Ucapan Orang Tua Bantu Anak Senang Belajar, Pakai Growth Mindset

ADVERTISEMENT

Ucapan Orang Tua Bantu Anak Senang Belajar, Pakai Growth Mindset

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 24 Jun 2023 18:34 WIB
Shireen Ratnani
Ahli pendidikan anak usia dini ungkap kata-kata yang bantu anak senang belajar dengan growth mindset. Foto: Nograhany Widhi Koesumawardani/detikEdu
Jakarta -

Belajar di mata anak-anak terkadang tidak menyenangkan. Dalam berbagai situasi, belajar terkadang menjadi beban mental karena anak merasa tidak cukup pintar atau tidak cukup ilmu. Lantas, bagaimana agar anak senang belajar?

Ahli pendidikan anak usia dini Shireen Ratnani menuturkan, penerapan growth mindset dalam percakapan di situasi sehari-hari bisa mendorong anak belajar dengan happy.

Berdasarkan penelitian Pakar Psikologi Carol S Dweck dari Stanford University, growth mindset adalah rangkaian keyakinan bahwa talenta bisa dikembangkan lewat kerja keras, strategi yang baik, dan masukan dari orang lain, dikutip dari laman Harvard Business Review.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shireen menuturkan, untuk itu, respons orang tua atas pencapaian anak, proses belajar, maupun kesalahan sehari-harinya sejak masa kecil dapat memengaruhi bertumbuhnya growth mindset. Contohnya, lepaskan ekspektasi, judgement, dan fixed mindset agar terlepas dari jebakan mental.

Termasuk di dalamnya yakni berhati-hati dalam melabeli anak sebagai anak yang pintar atau tidak pintar. ia menjelaskan, ketika dibilang pintar, anak berpotensi tidak mencoba hal baru di bidang yang belum ia kuasai. Lantas, bagaimana komunikasi sehari-hari dengan anak agar ia belajar dan berkembang dengan bahagia?

ADVERTISEMENT

Kata-kata Ortu Bantu Anak Senang Belajar dengan Growth Mindset

Belajar Apa Hari Ini? Apa yang Susah?

Shireen mengatakan, tanyakan proses belajar anak hari itu dan kesulitannya. Tanyakan juga bagaimana cara sang anak menghadapi tantangan tersebut agar lebih mudah. Lalu, tanyakan juga apa yang membuat tantangan itu sulit dihadapi.

"Bukan, 'How's your day today', yang anak sering malas atau singkat menjawabnya. Tapi, 'Belajar apa aja hari ini? Ada kesulitan apa aja? Gimana ngatasinnya tadi? Susah, nggak? Susahnya apa aja?'," jelasnya dalam festival platform pendidikan berbasis aplikasi bimbingan belajar online CoLearn Smart Fest 2023, didukung Binus University, Sabtu (24/6/2023).

Ia menjelaskan, pertanyaan dengan pendekatan pada proses mendukung anak merasa diapresiasi usahanya, sekalipun menghadapi tantangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga memastikan anak tahu bahwa setiap orang dapat merasakan kesulitan yang berbeda-beda.

"Jangan membandingkannya dengan temannya yang lain, 'Kenapa nggak bisa, temen bisa'. Bantu anak tahu dan dorong bahwa proses berlatih penting," imbuhnya.

Nggak Apa-apa Salah

Ia menuturkan, ketika anak melakukan sebuah kesalahan, penting bagi orang tua untuk merespons dengan fokus pada pembelajaran ketimbang memberi tahu apa yang anak harus lakukan. Dengan begitu, anak sadar bahwa tidak apa-apa melakukan kesalahan, belajar menyelesaikan masalahnya sendiri, dan melatih kecakapan problem solving.

Shireen mencontohkan, ketika anak betul 9 dan salah 1 dalam ulangannya, puji anak dan tanyakan bagaimana strateginya agar nilai 90 dapat menjadi 100 di masa depan.

"'Hebat sudah belajar keras, sudah dapat 90. Gimana rencananya nanti biar dapat 100?' Diskusikan dengan anak," tuturnya.

"Pastikan bahwa anak tahu bahwa melakukan salah itu tidak apa-apa, tetapi belajar mengetahui apa yang salah, kenapa, gimana cara mendapat ilmu (untuk memperbaikinya), dan apa yang bisa dilakukan setelah ini. Dan, belajar mengetahui bisa bertanya pada siapa untuk mendukung proses ini," sambungnya.

Shireen menambahkan, hal ini juga berlaku untuk hal nonakademik seperti menjatuhkan gelas berisi air minum.

"Biarkan anak menemukan pemecahan masalahnya sendiri, mulai dengan kenapa gelas jatuh, mau dibersihkan pakai apa, biar nggak licin," ucapnya.

Terima Kasih Ya, Sudah Usaha

Tanggapan positif seperti pujian, jelas Shireen, juga penting berfokus pada usaha ketimbang sekadar hasilnya. Ia mencontohkan, seorang anak menggambar kapal melaju di tengah laut. Di sisinya, tampak lumba-lumba berenang. Matahari bersinar terang, langit biru, laut biru, dan kapal warna-warni. Gambar tersebut diwarnai dengan krayon.

"Alih-alih bilang 'kamu pelukis yang bagus, tapi..', atau 'kamu berbakat', apresiasi usahanya menggambar. Lalu tanyakan apa rencananya selanjutnya dan bagaimana dia merencanakannya.'Sabar sekali mewarnainya. Gimana caranya biar dibingkai?' Atau, 'Ggimana caranya karya kamu nanti masuk museum?" kata Shireen mencontohkan.

Shireen menjelaskan, hal ini juga berlaku ketika anak mendapatkan nilai tinggi di tes. Alih-alih melontarkan pujian atas dirinya (personal praise), sampaikan pujian atas usahanya (process praise).

"Personal praise contohnya, 'Tuh kan kamu pinter, makanya kamu dapat nilai bagus di tes'. Sementara process praise itu contohnya, 'Mama kagum kamu kerja keras untuk belajar. Kamu baca, kamu tanya guru kalau ketemu soal yang susah, sampai kelihatan di hasilnya," jelas Shireen.

"Belum, Bukan Tidak Bisa" Bantu Anak Self-Talk Positif

Shireen mengatakan, anak terkadang mengatakan dirinya tidak tahu dan tidak bisa melakukan sesuatu. Ketimbang membandingkan dengan teman atau orang lain yang bisa, dukung anak yakin untuk mencoba belajar dan mencari tahu. Dengan begitu, hati kecil anak dapat berkata bahwa dirinya bisa jika mau belajar.

"Sesederhana melihat anak sering tertawa, beri tahu anak dia anak yang happy. Sehingga tumbuh keyakinan pada anak bahwa ia adalah anak yang bahagia. Pakai kata belum, bukan tidak bisa. Bukan bilang "kamu bisa" saat anak "nggak bisa". Nggak connect sama anak. Pastikan bahwa komunikasi tersebut membuatnya merasa didengarkan," terang Shireen.

"Anak bilang susah, amini susah, tetapi bisa dicoba. Anak bilang plan A nggak berjalan, tanyakan, plan B-nya apa? Ini berdampak pada anak ingin mencoba. Meskipun belum benar, effort-nya ada," sambungnya.

Shireen menegaskan, upaya-upaya di atas oleh orang tua dapat membangun anak dalam hal kepercayaan diri, rasa mau belajar, mau berkembang, mau bekerja keras, mau membuka diri pada masukan, mau menghadapi tantangan, mau berkomunikasi dengan sosok yang terkesan lebih berprestasi darinya, dan juga mau belajar dari sosok tersebut.




(twu/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads