Buaya yang sering kita temui umumnya berwarna hijau tua, abu-abu bahkan hitam kecoklatan. Namun tahukah kamu ternyata buaya yang hidup di Nepal salah satunya gharial (Gavialis gangeticus) memiliki kulit berwarna jingga.
Buaya gharial merupakan buaya air tawar memiliki moncong panjang dan sempit. Dikutip dari laman Live Science, buaya gharial jantan bisa tumbuh mencapai panjang sekitar 5 meter dan berat mencapai 250 kilogram.
Populasi buaya gharial ini terancam punah, bahkan populasinya di Nepal anjlok hingga 98% sejak tahun 1940-an karena perburuan liar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini buaya gharial tersisa 200 ekor di Taman Nasional Chitwan, kawasan lindung di kaki bukit Himalaya, Nepal. Para peneliti bekerja sama dengan Proyek Mecistops untuk mencari tahu mengapa buaya gharial berwarna jingga.
Penyebab Kulit Gharial Berwarna Jingga
Para peneliti berasumsi warna jingga ini disebabkan oleh zat besi di perairan tempat mereka berkumpul. Phoebe Griffith, seorang peneliti postdoctoral di Leibniz Institute of Freshwater Ecology dan Inland Fisheries, Jerman mengungkapkan buaya gharial berwarna jingga karena beberapa sungai mengandung kadar besi yang tinggi.
"Kandungan air di beberapa daerah di Chitwan memiliki kadar besi yang sangat tinggi, besi ini bereaksi dengan oksigen dan membentuk zat berwarna jingga yang disebut oksida besi," ujar Griffith dalam postingannya di Twitter.
Buaya gharial menghabiskan sebagian besar waktunya di air. Buaya ini hanya merangkak ke tumpukan pasir untuk berjemur di bawah sinar matahari atau berdiam di sungai yang mengandung zat besi dan melapisi sisik dan giginya.
Lala Aswini Kumar Singh, seorang ahli zoologi dan peneliti satwa liar di India mengungkapkan buaya gharial bisa saja mati jika berada di air bersih.
Hewan Lain Berwarna Jingga
Ternyata buaya gharial bukan satu-satunya reptil berwarna jingga, lo. Sebuah studi dalam jurnal Ekologi Afrika tahun 2016 mengungkapkan bahwa terdapat buaya kerdil oranye yang hidup di gua-gua di Gabon.
Buaya kerdil ini berubah menjadi orange karena terpapar kotoran kelelawar yang mengandung urea tinggi atau zat efek pemutih yang terbentuk saat protein pecah di hati. Tak hanya itu, oksida besi juga mempengaruhi alligator di South Carolina pada tahun 2017 menjadi warna orange.
(pal/pal)