Studi: Orang Cerdas Butuh Lebih Lama untuk Jawab Pertanyaan Kompleks

ADVERTISEMENT

Studi: Orang Cerdas Butuh Lebih Lama untuk Jawab Pertanyaan Kompleks

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 07 Jun 2023 15:30 WIB
Tanda orang cerdas
Foto: Getty Images/iStockphoto/BongkarnThanyakij
Jakarta -

Kecepatan seseorang dalam menjawab pertanyaan ternyata tidak selalu selaras dengan seberapa tinggi tingkat inteligensinya.

Umumnya, orang-orang yang memiliki skor tinggi dalam tes kecerdasan memang bisa menjawab pertanyaan simpel lebih cepat dari orang dengan skor sebaliknya. Namun, pada pertanyaan tertentu yang lebih kompleks, yang terjadi justru kebalikannya.

Orang-orang yang mempunyai skor tinggi pada tes kecerdasan membutuhkan waktu lebih lama pada pertanyaan tertentu yang lebih kompleks. Meski begitu, jawaban mereka memang cenderung tepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profesor Petra Ritter dari Berlin Institute of Health (BIH) di CharitΓ© tengah membuat simulasi yang menirukan model jaringan otak atau brain network models (BNM).

Supaya akurat, Ritter dan rekan mengambil data dari 1.176 peserta dalam Human Connectome Project, yang menggunakan fMRI untuk mengobservasi bagaimana koneksi-koneksi dalam otak saat menghadapi tantangan atau sedang beristirahat.

ADVERTISEMENT

Melalui jurnal Nature Communications, mereka menjabarkan hasilnya.

Semakin Cerdas, Memproses Lebih Lama

Pada penelitian ini, para partisipan diperlihatkan sebuah rangkaian pola dan diminta untuk mengidentifikasi pola tersebut. Pertanyaan yang diberikan bertingkat, dari yang mudah sampai yang sulit.

Skor IQ para peserta juga diukur dengan tes konvensional. Ritter kemudian menganalisis antara pola aktivasi dalam otak partisipan, IQ, dan performa mereka menghadapi tes tersebut.

"Keseimbangan situasi naik-turun neuronlah yang memengaruhi proses pengambilan keputusan, serta lebih atau kurang memungkinkan seseorang memecahkan masalah," ujar Ritter dalam laman resmi BIH, dikutip dari IFL Science.

Semakin cerdas seorang partisipan, pada umumnya juga memiliki sinkronisasi otak yang lebih baik. Studi menunjukkan, mereka juga mampu melihat solusi masalah-masalah sederhana lebih cepat.

Ketika tantangannya meningkat, otak para partisipan yang lebih cerdas ini membutuhkan waktu lebih lama hingga seluruh area otak mereka selesai memproses sebuah pertanyaan atau tantangan. Kendati begitu, kesabaran semacam ini rupanya merupakan sebuah keuntungan.

Pada pertanyaan yang lebih sulit, sinkronisasi berkorelasi dengan respons yang lebih lambat. Sirkuit saraf lobus frontal pada otak yang lebih sinkron, membutuhkan waktu sejenak sebelum menyimpulkan sesuatu.

"Pada tugas yang lebih menantang, otak harus menyimpan progress sebelumnya di memori kerja, sambil menjelajahi jalur solusi lain dan mengintegrasikannya satu sama lain," kata kepala penulis studi, Profesor Michael Schirner.

"Proses mengumpulkan bukti ini terkadang membutuhkan lebih banyak waktu, tetapi juga hasilnya lebih baik," lanjutnya.

Ritter berhasil mencapai targetnya dalam menirukan replika fitur-fitur otak ini dalam silikon. Dia membuat BNM individu yang konektivitasnya mirip dengan masing-masing partisipan.

Ritter berharap, pengembangan otak buatan yang mensimulasikan otak sebenarnya, bisa membantu mengidentifikasi langkah untuk para penderita penyakit neurodegeneratif.

Sementara, hasil penelitian Ritter ini bisa menjadi rujukan pada pelaksanaan ujian.

Jika apa yang ditemukannya diterapkan, maka pada tes-tes yang mengandung pertanyaan singkat, batasan waktu yang ketat bisa jadi merupakan hal yang bagus.

Sementara, jika siswa harus menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, maka waktu ujian yang kurang longgar bisa jadi adalah hal yang buruk.




(nah/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads