Perempuan Pertama Pemenang Nobel Punya Peti Mati Tidak Biasa, Mengapa?

ADVERTISEMENT

Perempuan Pertama Pemenang Nobel Punya Peti Mati Tidak Biasa, Mengapa?

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 03 Jun 2023 20:10 WIB
Marie Curie. Historical portrait of the Polish-French physicist Marie Curie (1867-1934, nee Marya Sklodowska). With her husband Pierre, she isolated the radioactive elements polonium and radium in 1898. Marie won the 1911 Nobel Prize for Chemistry for thi
Foto: Getty Images
Jakarta -

Ibu Fisika Modern, Marie Curie ternyata memiliki peti mati yang tidak sama seperti orang kebanyakan.

Marie Curie dikenal sebagai seorang pionir studi radioaktivitas. Dia tak hanya menjadi satu-satunya perempuan yang memperoleh dua hadiah Nobel, tapi juga perempuan pertama yang memenangkan Nobel.

Dua penelitiannya mengenai elemen radioaktif, polonium, dan radium merupakan warisan yang abadi. Sayang, kedua elemen tersebut juga memiliki dampak yang awet pada tubuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kunci Pengobatan Kanker Modern

Kisahnya, pada 1896 fisikawan Prancis Henri Becquerel menemukan bahwa garam uranium memancarkan sinar yang mirip sinar-X dalam kemampuannya melewati benda. Penemuan ini menginspirasi Curie untuk mengeksplorasi hasil riset Becquerel sebagai bagian dari tesis penelitiannya.

Dia dan suaminya, Pierre Curie pun mulai bekerja dan akhirnya menemukan unsur polonium dan radium pada 1898. Sebagai ganjaran, keduanya mendapatkan setengah hadiah Nobel Fisika pada 1903. Sementara, separuh hadiahnya lagi untuk Becquerel.

ADVERTISEMENT

Pierre Curie wafat pada 1906 dan pada 1911 Marie Curie memperoleh Nobel bidang kimia karena mengisolasi radium murni. Dia terus mendedikasikan dirinya pada penelitian unsur radioaktif sekaligus aplikasinya dalam pengobatan.

Faktanya, pengobatan kanker tidak akan seberkembang sekarang. Namun, paparan radioaktif yang berkepanjangan menyebabkan Curie harus membayar mahal.

Peti Mati Perempuan Radioaktif

Marie Curie meninggal pada 4 Juli 1934 akibat anemia aplastik. Penyakit ini diakibatkan pekerjaannya yang dekat dengan radiasi.

Anemia aplastik bukan sekadar anemia. Penyakit ini adalah kondisi darah yang cukup langka, dengan sumsum tulang tidak dapat membuat cukup sel darah merah baru agar tubuh bisa berfungsi dengan baik.

Saat Curie meninggal, tubuhnya sangat radioaktif sehingga dia harus disemayamkan dalam peti berlapis timbal. Kendati demikian, tidak ada yang tahu mengenai hal ini sampai pada 1995 peti matinya digali.

Pada saat itu, pihak otoritas Prancis ingin memindahkan pasangan Curie ke pemakaman nasional Pantheon. Hal ini dalam rangka apresiasi terhadap kontribusi mereka untuk sains dan karena mereka merupakan ikon sejarah Prancis.

Pihak otoritas yang bertanggung jawab atas penggalian ini bahkan menghubungi badan perlindungan radiasi dengan kekhawatiran atas sisa-sisa radiasi. Mereka juga meminta agar para petugas di pemakaman dilindungi.

Ketika para penggali mendekati makam, mereka mendeteksi tingkat radiasi normal di udara. Namun, tingkat radiasi meningkat saat makam dibuka, meski levelnya tidak cukup tinggi.

Awalnya, peti mati Marie Curie kelihatannya terbuat dari kayu. Namun, saat dibuka, para penggali menemukan petinya dilapisi 2,5 milimeter timbal.

Analisis terhadap jasad Curie kemudian menunjukkan bahwa tubuhnya terawetkan dengan sangat baik dan hanya ada sedikit kontaminasi alfa dan beta yang terdeteksi.

Menurut Journal of British Society for the History of Radiology seperti dikutip dari IFL Science, hal tersebut kemungkinan karena Curie telah mengurangi eksposur terhadap radiasi pada akhir-akhir hidupnya.

Setelah 100 tahun, banyak barang kepemilikan Marie Curie seperti furnitur, buku memasak, baju, hingga catatan laboratoriumnya yang tetap sangat radioaktif. Barang-barang ini disimpan di kotak berlapis timbal di France's Bibliothèque National, Paris.

Orang yang ingin mengakses barang-barang tersebut harus menandatangani surat pernyataan pelepasan tanggung jawab dan mengenakan pakaian pelindung untuk menghindari eksposur radium-226. Pasalnya, isotop tersebut mempunyai usia paruh sekitar 1.600 tahun.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads