Detikers ingat film animasi Despicable Me? Tokoh Gru berencana mencuri Bulan agar jadi penjahat terbesar di dunia.
Urusan mengutak-atik Bulan rupanya sudah ada pada 1958, melibatkan Angkatan Udara AS dan ilmuwan.
Rencana rahasia bernama Project A119 ini sederhananya adalah rencana mengebom Bulan sampai tampak awan jamur dari langit Bumi, seperti usai meledaknya bom atom Nagasaki, Jepang, 9 Agustus 1945, dikutip dari History.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana Pengeboman Bulan
Asal-usul Rencana
Uni Soviet meluncurkan satelit sebesar bola pantai Sputnik ke ruang angkasa pada 4 Oktober 1957. Aksi tersebut memicu Pemerintah Amerika Serikat, sebagai negara lawan di Perang Dingin, untuk melampaui pencapaian tersebut.
Kurator International Spy Museum Vince Houghton menjelaskan, dari titik itu, muncul kebutuhan AS untuk menunjukkan dominasi kekuasaan di dunia internasional, memastikan tidak akan diserang Uni Soviet, dan menjaga keberlangsungan industri militer AS ke depan.
Alhasil, muncul Project A119. Tujuannya untuk meledakkan bom termonuklir di terminator, sebutan untuk garis antara sisi terang dan gelap Bulan.
"Ledakannya akan tampak paling baik di sisi gelap Bulan. Teorinya, jika bom meledak di 'pinggir' Bulan itu, awan jamur akan teriluminasi (hingga muncul siluetnya) oleh Matahari," kata ilmuwan Leonard Reiffel asal Institute for Nuclear Studies, University of Chicago.
"Jelas bahwa tujuan utama peledakan ini adalah agenda humas dan memperlihatkan kekuatan AS. Angkatan Udara AS ingin ada awan jamur super besar yang bisa terlihat dari Bumi," sambung Reiffel, dikutip dari the Guardian.
Kenapa Ilmuwan Mau Terlibat?
Reiffel kelak mengelola Armour Research Foundation (ARF) Chicago (kini Illinois Institute of Technology) pada 1949. Sampai 1962, ia dan timnya bertugas mempelajari efek ledakan nuklir pada lingkungan secara global.
Namun sebelum Mei 1958, Angkatan Udara AS meminta tim ARF untuk menginvestigasi sepertia apa keterlihatan ledakan nuklir di Bulan dari Bumi dan dampaknya jika dilakukan.
Keterbatasan keahlian di ARF membuat Reiffel mengajak ahli fisika planet Gerard Kuiper. Sebagai informasi, Gerard Kuiper adalah peneliti yang kini diabadikan di sabuk Kuiper, yaitu cakram di planet Neptunus yang berisi ratusan ribu benda es dan triliunan komet.
Kuiper menyarankan agar Carl Sagan ikut diajak. Sagan, yang puluhan tahun kemudian jadi ilmuwan televisi populer, saat itu sedang jadi mahasiswa pascasarjana University of Chicago.
Di ARF, Sagan bertugas di bidang matematika, menghitung dan membuat model perluasan awan debu yang akan muncul jika terjadi ledakan nuklir di Bulan.
Keterlibatan ilmuwan dalam proyek ledakan di Bulan ini, diperkirakan sejarawan dan Kurator International Spy Museum Vince Houghton, ada kaitannya dengan kebijakan Perang Dingin AS pada akhir 1950-an sampai 1960-an.
Saat itu, pengembang bom atom Robert Oppenheimer dicambuk di muka publik karena meninggalkan pekerjaan perintisnya dan menentang penciptaan termonulkir, penerus bom atom yang ratusan kali lebih kuat dan desktruktif.
Di samping adanya rasa takut, para ilmuwan fisika, kimia, astrofisika, dan biologi ini diperkirakan Houghton bergabung dengan proyek pertahanan dan dirgantara atas rasa patriotisme yang melampaui batas. Sebab, para ahli yang berpotensi global ini di antaranya merupakan pengungsi Perang Dunia II.
Pro-kontra Meledakkan Bulan
Menurut Reiffel, ledakan nuklir di Bulan akan disertai setidaknya tiga paket instrumen untuk melakukan berbagai pengukuran ilmiah.
Ia memperkirakan, dengan jarak Bumi ke Bulan sekitar 386.200 km, akurasinya sampai 3,2 km.
Sagan berpendapat, mengebom Bulan mungkin bisa jadi jalan mengidentifikasi kehidupan selain di Bumi, seperti mikroba atau molekul organik.
Masalahnya, jelas Houghton, tidak akan terjadi awan jamur di Bulan yang tampak dari Bumi. Sebab, awan jamur tercipta dari debu dan puing-puing hasil ledakan nuklir ke atmosfer yang padat, sehingga ada perlawanan terhadap perluasan debu dan puing.
Sementara itu, Bulan pada dasarnya tidak punya atmosfer padat seperti Bumi. Alhasil, debu dan puing tidak akan berbentuk semburan besar dan kembali ke bawah membentuk awan jamur, serta tidak ada suara atau gelombang kejut.
Menurut Houghton, akan ada kilatan yang bisa terlihat dari Bumi. Matahari yang bersinar melewati debu Bulan itu juga mungkin memunculkan pemandangan indah. Namun, bentuknya tidak seperti awan jamur bom atom, sehingga tidak cocok untuk agenda humas AS ke dunia.
Ia menjelaskan, ada perkiraan dampak negatif lain yang muncul jika mengebom Bulan. Contohnya, ilmuwan khawatir Bulan jadi tercemar dengan bahan radioaktif. Dengan begitu, misi pendaratan dan kolonisasi di Bulan bisa terganggu.
Kemudian, muncul anggapan bahwa ada kekhawatiran bahwa agenda ini justru dianggap publik sebagai perusakan Bulan ketimbang pertunjukan keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi AS.
Terlepas dari penyebab aslinya yang belum diungkap sejak Proyek A119 dibuka ke publik pada 2000, rencana mengebom Bulan dibatalkan.
(nah/nah)