Saat terjadi pandemi COVID-19 di awal tahun 2019, masyarakat dunia mengalami gangguan stres yang tinggi. Penyebab stresnya ada banyak, di antaranya karena perubahan situasi yang cepat terkait pandemi, seperti kebijakan lockdown dan pembatasan sosial. Kekhawatiran akan kondisi kesehatan dan keselamatan diri dan orang yang dicintai, terutama bagi mereka yang menderita dan berisiko tertular COVID-19. Selain itu, tekanan finansial dan kekhawatiran tentang masa depan karir karena tidak dapat leluasa bekerja di masa lockdown juga menambah beban stres.
Sejak Pandemi hingga usai masa lockdown dan pembatasan sosial berangsur pulih, masyarakat dunia mulai melakukan perubahan gaya hidup ke arah yang lebih bersih dan sehat. Masyarakat mulai membiasakan diri dengan rutinitas hidup yang lebih menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Kampanye terkait gaya hidup sehat pun marak di mana-mana seperti: penggunaan masker, gerakan mencuci tangan, penggunaan antiseptik dan disiplin menjaga jarak/sosial distancing. Semua ini dilakukan selain untuk menurunkan risiko terpapar, juga untuk menurunkan risiko penularan COVID-19.
Masyarakat juga mulai fokus menjaga stamina tubuh dengan rajin berolahraga. Dikarenakan kegiatan olah raga secara indoor mengalami pembatas, maka aktivitas outdoor menjadi pilihan terbaik. Banyak kegiatan outdoor yang mulai nge-hits seperti bersepeda, jogging bahkan hiking ke alam terbuka seperti hutan. Beberapa kalangan juga mengklaim bahwa berkegiatan di hutan mampu meningkatkan stamina tubuh dan efektif dalam menurunkan tingkat stres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di negara seperti Jepang dan Korea, masyarakatnya banyak yang memilih berkegiatan di hutan. Karena aktivitas ini pun sudah mereka kenal sejak lama jauh sebelum pandemi COVID-19. Ada Shinrin Yoku di Jepang dan Salim Yok di Korea yang kini dikenal dengan kegiatan "Forest Bathing". Kegiatan ini bertujuan menghubungkan manusia dengan alam yang berdampak positif terhadap kesehatan fisik dan mental manusia.
Lalu pertanyaan muncul, bagaimana bisa hutan dianggap memberikan manfaat bagi kesehatan manusia? Ternyata, sudah ada penelitian yang mengungkapkan bahwa manusia memiliki kecenderungan kuat untuk berhubungan dengan alam, atau di kenal dengan istilah "biofilia". Oleh karena itu, manusia dapat merasa lebih bugar, merasa senang atau setidaknya merasa rileks ketika berinteraksi/beraktivitas dengan alam.
Berjalan di hutan, memandang keindahan alam, mendengarkan suara alam dari kicau burung, suara serangga dan gemericik air sungai, serta kesegaran udara di dalam hutan merupakan terapi yang dapat menenangkan dan menciptakan rasa bahagia. Secara psikologis kegiatan yang menyenangkan ini dapat berdampak pada penurunan stres dan depresi.
Selain itu, alam terutama hutan juga ternyata dapat memproduksi wewangian khas yang dapat merangsang peningkatan imunitas tubuh. Salah satunya adalah senyawa aromatik phytoncides. Phytoncides adalah senyawa kimia organik yang diproduksi secara alami oleh tumbuhan yang telah diteliti memiliki dampak manfaat kesehatan bagi manusia. Senyawa ini telah banyak dipelajari oleh para ilmuwan dan telah terbukti mampu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, mengurangi stres dan kecemasan, dan bahkan meningkatkan kualitas tidur.
Phytoncides banyak ditemukan dalam minyak esensial/minyak atsiri tumbuhan. Belum banyak literatur yang mengungkap secara jelas tentang jenis-jenis tumbuhan penghasil phytoncides, terutama tumbuhan di daerah tropis. Namun, beberapa literatur sudah ada yang meneliti beberapa tumbuhan sebagai penghasil phytoncides, seperti: pinus, kayu putih, jati belanda, eucaliptus, lavender, rosemary, mint, dan sereh. Senyawa ini dapat terlepas ke udara saat tumbuhan diguncang atau diganggu, seperti ketika angin bertiup, turun hujan bahkan saat hewan lewat. Ketika kita menghirup phytoncides, senyawa ini akan memberi efek positif pada tubuh kita, terutama sistem kekebalan tubuh kita.
Pertanyaan kini muncul, bagaimana cara phytoncides dapat berperan dalam meningkatkan fungsi kekebalan tubuh? Saat kita menghirup udara yang terpapar phytoncides, senyawa ini dapat merangsang produksi sel pembunuh alami, yaitu sel darah putih yang membantu melawan infeksi dan kanker. Peneliti Jepang Qing Li telah melakukan riset yang telah membuktikan bahwa saat berkegiatan di hutan atau lingkungan alami lainnya yang terpapar phytoncides, ternyata dengan signifikan telah meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dalam tubuh.
Selain meningkatkan fungsi kekebalan, phytoncides juga mampu mengurangi stres dan kecemasan. Aroma phytoncides memiliki efek yang dapat menenangkan otak, membantu mengurangi perasaan stres dan meningkatkan relaksasi. Ini sangat berguna dalam merawat individu dengan gangguan kecemasan.
Phytoncides mampu meningkatkan kualitas tidur. Penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa menghirup phytoncides dapat membantu mengatur produksi hormon seperti kortisol, yang dapat mengganggu pola tidur. Dengan menghirup phytoncides, kita dapat meningkatkan produksi melatonin, hormon yang bertanggung jawab mengatur pola tidur.
Phytoncides juga memiliki efek positif pada sistem pernapasan kita. Menghirup senyawa ini ternyata dapat meningkatkan fungsi kerja paru-paru dan mengurangi peradangan di saluran pernafasan. Senyawa ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang menderita asma atau sakit pernapasan lainnya.
Selain manfaat di atas, phytoncides juga dapat memberikan dampak positif pada suasana hati dan kesehatan mental manusia. Menghabiskan waktu di alam, di mana senyawa ini berlimpah, telah terbukti mengurangi gejala depresi dan memperbaiki suasana hati. Ini diduga karena efek menenangkan dari aroma phytoncides, serta pengalaman beraktivitas secara keseluruhan di alam.
Secara alaminya, phytoncides dihasilkan oleh tumbuhan yang berfungsi sebagai pelindung dari serangga dan serangan patogen. Phytoncides dapat berasal dari kulit, kayu, bunga dan daun tumbuhan. Phytoncides adalah senyawa yang terdiri dari berbagai senyawa organik, seperti: aldehid, keton, terpena, senyawa fenolik dan asam lemak. Contoh struktur kimia phytoncides yang biasa ditemukan adalah eugenol, thymol, mentol, karvokol dan limonene. Senyawa-senyawa tersebut umumnya berupa ikatan karbon-karbon dan ikatan karbon-oksigen yang teratur. Serta mempunyai kelompok fungsional tertentu yang mempengaruhi sifat fisik dan kimianya.
Phytoncides memiliki khasiat baik untuk kesehatan karena mengandung zat bioaktif yang berdampak pada peningkatan imunitas tubuh, mengurangi risiko penyakit jantung, mempercepat penyembuhan luka. Kandungan bioaktif yang terkandung dalam phytoncides, di antaranya:
1. Fenolik, merupakan senyawa yang bersifat antioksidan dan dapat mencegah kerusakan sel karena radikal bebas.
2. Flavonoid, merupakan senyawa yang umum ditemukan pada tumbuhan dan dapat memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan.
3. Monoterpenoid, merupakan senyawa yang terkandung dalam minyak esensial dan dapat memiliki sifat antibakteri dan antivirus.
4. Alkaloid, merupakan senyawa yang umum ditemukan pada tumbuhan dan terbukti memiliki sifat antibiotik dan analgesik.
5. Sesquiterpenoid, merupakan senyawa yang terkandung dalam minyak esensial dan memiliki sifat anti-inflamasi dan antikanker.
Meskipun manfaat phytoncides sudah jelas banyak, namun penting untuk diperhatikan bahwa senyawa ini paling efektif jika kita mengalaminya di lingkungan alaminya. Meskipun kita dapat mengekstraknya sebagai minyak atsiri dan produk lain yang mengandung phytoncides, ini mungkin tidak seefektif menghabiskan waktu di alam bebas. Hal ini, karena keseluruhan pengalaman berada di lingkungan alami, dengan udara segar dan suara kicauan burung, panorama alam yang indah dapat memberikan manfaat yang lebih signifikan dari pada efek dari senyawa individual phytoncides-nya saja.
*) Fitri Kurniawati, Kepala Kantor Kebun Raya Cibodas, peneliti BRIN.
![]() |
(nwk/nwk)