Cegukan adalah tiruan bunyi 'guk' yang terjadi karena udara di kerongkongan tersendat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini bisa terjadi ketika makan makanan yang kering, lalu tidak minum sehingga udara di kerongkongan tersendat-sendat keluar.
Pada dasarnya, cegukan adalah hal yang biasa dan umum terjadi. Namun, bisakah cegukan membunuh manusia? Ini faktanya.
Kasus Cegukan Kronis
Biasanya cegukan terjadi dalam beberapa menit. Namun, ada kasus yang disebut dengan cegukan kronis bila terjadi lebih dari dua hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika, cegukan terjadi selama sebulan disebut sebagai "cegukan yang tidak dapat diatasi". Dikutip dari Science ABC, ada kasus cegukan terpanjang yang pernah tercatat yakni selama 86 tahun.
Kejadian itu menimpa Charles Osborne, pria kelahiran tahun 1893 menderita cegukan hampir tujuh dekade penuh. WebMD menjelaskan cegukan kronis bisa menimpa setiap 1 dari 100.000 orang, dengan demikian hal itu mungkin terjadi kepada siapapun.
Cegukan kronis bisa berdampak besar kepada tubuh karena sangat melelahkan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Camielle Rizzo dokter dari Rumah Sakit Middlesex, Inggris menjelaskan cegukan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menjadi sumber depresi dan cemas.
"Insomnia karena cegukan sepanjang malam bisa sangat menyusahkan, dan kemudian bisa tidak mengherankan jika Anda tidak tidak tidur selama dua sampai tiga minggu, Anda bisa menjadi depresi dan cemas," ungkapnya.
Cegukan Dapat Membunuh?
Tidak ada bukti langsung bahwa terlalu banyak cegukan dapat membunuh seseorang. Namun cegukan kronis bisa menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
Karena cegukan yang sulit diatasi dapat memicu efek samping yang berbahaya. Salah satunya membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
Selain itu, cegukan dianggap sebagai indikator stroke. Hal ini terjadi pada Charles Osborne pada tahun 1922.
Charles terjatuh saat mencoba mengangkat babi karena cegukan dan menderita stroke. Setelah kejadian ini, Charles Osborne cegukan hampir tanpa henti hingga tahun 1990.
Dokter Ali Seifi yang juga profesor asosiasi di Departemen Bedah Saraf di UT Health San Antonio, Texas menyebutkan stroke mungkin berkontribusi pada perkembangan cegukan keras dan terus menerus pada Charles Osborne.
Dengan berbagai fakta di atas, bisa disebutkan bila cegukan sendiri pada dasarnya tidak membunuh. Meski begitu, kita tidak boleh mengabaikannya karena pada beberapa kondisi kesehatan cegukan bisa bertindak sebagai pendahulu.
Misalnya, cegukan bisa muncul bersamaan dengan nyeri dada, mati rasa sekujur tubuh, pandangan kabur, dan manifestasi dari stroke. Jadi, tetap waspada ya detikers!
(nwk/nwk)