Otak Ternyata Lebih Menyukai Suara Manusia yang Positif, Ini Alasannya

ADVERTISEMENT

Otak Ternyata Lebih Menyukai Suara Manusia yang Positif, Ini Alasannya

Zefanya Septiani - detikEdu
Kamis, 25 Mei 2023 19:30 WIB
Ilustrasi telinga
Foto: Thinkstock/Ninell_Art/ilustrasi indra pendengaran
Jakarta -

Kehidupan kita tentunya tidak dapat lepas dari indra pendengaran dan suara-suara yang tercipta di sekitar kita. Baik suara-suara berkonotasi positif maupun negatif.

Nyatanya, suara yang kita dengar bisa memiliki makna dan kualitas yang berbeda-beda dalam penangkapan otak.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Swiss menemukan bahwa otak memiliki preferensi terhadap suara yang menyenangkan yang dibuat oleh manusia lain yang didengar dari sisi kiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penilaian Emosi pada Suara yang Didengar

Melansir laman IFL Science, pada penelitian sebelumnya mengungkapkan, salah satu faktor yang memengaruhi penilaian emosional dari suara ialah dari mana suara itu berasal.

Jika suara tersebut berasal dari benda yang mendekati kita, maka suara akan dianggap lebih tidak menyenangkan, lebih intens, dan membangkitkan ketegangan daripada suara yang menjauh dari kita.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut berlaku jika suara yang mendekat berasal dari belakang kita. Pasalnya, evolusi nenek moyang kita menganggap suara yang mendekat dari belakang sebagai sebuah ancaman.

Selain itu, penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa arah pendengaran seseorang dapat mempengaruhi kemampuannya dalam mengidentifikasi nada emosional dalam ucapan manusia.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1985, membuktikan bahwa telinga kita memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi terhadap nilai emosional.

Telinga Sisi Kiri Lebih Sensitif Mendengar Suara Positif

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sisi kiri telinga kita juga sensitif terhadap suara positif, seperti hal-hal yang membuat kita merasa lebih bahagia.

Tim ahli saraf dari Institut Teknologi Federal Swiss Lausanne (EPFL), Rumah Sakit Universitas Lausanne, dan Universitas Lausanne, mengungkapkan suara positif yang dibuat oleh manusia atau vokalisasi manusia, menyebabkan aktivitas saraf yang lebih kuat di area auditori otak ketika didengar dari sisi kiri pendengar.

"Di sini kami menunjukkan bahwa vokalisasi manusia yang memicu pengalaman emosional positif, menghasilkan aktivitas yang kuat di korteks auditori otak saat mereka berasal dari sisi kiri pendengar. Hal ini tidak terjadi ketika vokalisasi positif berasal dari depan atau kanan," jelas Dr. Sandra da Costa, seorang peneliti staf di EPFL.

"Kami juga menunjukkan bahwa vokalisasi dengan nilai emosional netral atau negatif, misalnya vokal tak berarti atau teriakan ketakutan, dan suara selain vokalisasi manusia tidak memiliki hubungan dengan sisi kiri ini," tambahnya.

Penelitian ini melibatkan 13 partisipan yang mendengarkan berbagai suara yang datang dari berbagai arah.

Partisipan merupakan kelompok campuran pria dan wanita berusia pertengahan dua puluh, dan tidak pernah memiliki pelatihan musik.

Penilaian seberapa kuat orak partisipan merespon enam kategori suara dilakukan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).

Para partisipan mendengar vokalisasi manusia positif seperti suara erotis, vokalisasi netral dan negatif, seperti vokal tak berarti dan teriakan ketakutan.

Para partisipan juga mendengar suara non-vokal positif, netral, dan negatif, seperti tepuk tangan, angin, dan bom berdetak.

Otak Memiliki Aktivitas yang Lebih Banyak

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa terdapat aktivitas lebih banyak di area otak yang terkait dengan tahap awal pemrosesan suara ketika mendengarkan suara positif yang berasal dari sisi kiri.

Sebaliknya, ketika suara positif yang didengar berasal dari depan atau kanan dan ketika mendengar suara netral, negatif, atau suara non-vokal, otak akan menghasilkan lebih sedikit aktivitas.

Diketahui, aktivasi kuat oleh suara dengan valensi emosional positif yang berasal dari sisi kiri terjadi di korteks auditori primer di salah satu belahan otak, yaitu area pertama di korteks otak yang menerima informasi auditori.

"Temuan kami menunjukkan bahwa sifat suara, valensi emosionalnya, dan asal spasialnya pertama kali diidentifikasi dan diproses di sana," tambah rekan penulis, Dr. Tiffany Grisendi.

Tim peneliti juga menemukan area L3 yang terletak di belahan otak kanan, dan tidak terdapat di otak bagian kiri memiliki respon yang lebih baik akan suara positif yang berasal dari kiri atau kanan daripada yang berasal dari depan.

Kendati demikian, ternyata ketika kita mendengar suara non-vokal maka respons yang diberikan oleh otak tidak berkaitan dengan asal suara yang didengar.

Sayangnya, alasan di balik kecenderungan terhadap suara manusia positif belum diketahui, tim peneliti juga menambahkan bahwa fenomena ini belum dipelajari pada spesies non-manusia, seperti primata.

Selanjutnya, dibutuhkan penelitian mendalam untuk meninjau apakah preferensi terhadap sisi kiri juga mempengaruhi persepsi seseorang akan suara yang mereka dengar.

"Saat ini belum diketahui kapan preferensi korteks auditori primer terhadap vokalisasi manusia positif dari sisi kiri muncul selama perkembangan manusia dan apakah ini merupakan karakteristik khas manusia," jelas Profesor Stephanie Clarke, dari Klinik Neuropsikologi dan Neurorehabilitasi di Rumah Sakit Universitas Lausanne.

"Setelah kita memahami ini, kita dapat berspekulasi apakah hal ini terkait dengan preferensi tangan atau pengaturan asimetris organ internal," pungkasnya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads