Pernahkah kalian terbangun dari tidur siang singkat dan setelahnya merasa lebih mudah mengerjakan tugas yang sebelumnya terasa sulit? Hal itu disebabkan karena kalian terbangun pada fase awal tidur yang dapat menghasilkan ide-ide kreatif.
Seperti dikutip dari laman Massachusetts Institute of Technology (MIT), para peneliti menemukan fase awal tidur yang biasa dikenal sebagai N1 atau hipnagogia membuat pikiran sangat kreatif.
Hal tersebut terbukti melalui penelitian milik Paris Brain Institute yang menemukan peserta yang sejenak masuk dalam tahap N1 jauh lebih mungkin untuk berhasil menemukan cara mudah untuk memecahkan tugas terkait angka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Menggunakan Alat Pengatur Mimpi
Tim penelitian dari MIT kemudian mencari tahu bagaimana konten mimpi seseorang dapat mempengaruhi proses kreativitas milik seseorang.
"Salah satu tujuan kelompok kami adalah memberikan wawasan lebih kepada orang tentang bagaimana otak mereka bekerja, dan juga apa keadaan kognitif mereka dan bagaimana mereka mungkin dapat mempengaruhinya," ungkap Pattie Maes, Ketua Komite Eksekutif MIT Media Lab sekaligus peneliti utama riset tersebut.
Penelitian ini memanfaatkan pengembangan dari perangkat Dormio yang dapat digunakan untuk menginkubasi mimpi yang ditargetkan. Alat ini akan mengukur tiga penanda fisiologis tidur dan mengumpulkan datanya.
Pada saat peserta memasuki tahap N1, alat ini akan meminta mereka untuk bermimpi dengan topik tertentu. Setelah itu, ketika peserta mulai memasuki tahap tidur berikutnya, alat ini akan membangunkan mereka dan mencatat respons peserta akan mimpinya.
Tim peneliti juga membagi peserta ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama akan diberi waktu 45 menit untuk tidur menggunakan Dormio dan diarahkan untuk bermimpi tentang pohon.
Kelompok kedua akan tidur tetap menggunakan Dormio, tetapi alat tersebut hanya mengamati pikiran mereka. Dua kelompok lainnya tetap terjaga dengan satu kelompok diinstruksikan untuk memikirkan tentang pohon, sementara satunya hanya diamati pikirannya.
Setelah itu, mereka akan diberikan beberapa tugas, dengan tugas pertama peserta diminta untuk menulis cerita kreatif terkait pohon. Tugas selanjutnya, peserta diminta untuk menyebutkan sebanyak mungkin penggunaan kreatif yang mereka pikirkan untuk sebuah pohon.
Pada tugas terakhir, peserta akan diberi daftar kata benda dan diminta untuk merespons dengan kata kerja pertama yang muncul dalam pikiran untuk masing-masing kata benda tersebut.
Hasilnya: Mimpi Dapat Membuat Seseorang Lebih Kreatif
Hasil analisis peneliti terhadap tugas yang dihasilkan peserta adalah peserta yang tertidur dengan mimpi yang ditargetkan memiliki kinerja secara kreatif 43 persen lebih baik dibandingkan partisipan yang tertidur tanpa mimpi.
Selain itu, partisipan yang diatur mimpinya juga ditemukan lebih kreatif 78 persen dibandingkan peserta yang tidak tidur. Hal tersebut membuktikan bahwa tidur secara singkat dengan pengaturan mimpi terbukti dapat meningkatkan kreativitas seseorang.
Ditemukan pula peserta yang memiliki jumlah mimpi dengan pohon yang lebih tinggi juga menunjukkan lebih banyak kreativitas. Selain itu, mereka juga menggabungkan konten mimpi dengan cerita mereka.
"Bukti itu menunjukkan bahwa bukan hanya berada dalam keadaan tidur N1 yang membuat orang lebih kreatif. Orang lebih kreatif karena mereka juga memanfaatkan mimpi-mimpi yang terjadi dalam keadaan tidur tersebut," kata Kathleen Esfahany, seorang mahasiswa senior MIT dari Departemen Ilmu Komputer dan Neurosains sekaligus salah satu penulis utama studi.
Penelitian ini juga menunjukkan selama keadaan mimpi, otak membuat koneksi yang lebih luas antara konsep-konsep yang berbeda dan memberikan peningkatan kreativitas bagi seseorang yang mengalaminya.
"Jika Anda mengakses keadaan otak ini, Anda dapat lebih kreatif dalam kehidupan sehari-hari," jelas Adam Haar Horowitz, seorang peneliti pasca doktoral di MIT Media Lab.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang tidur siang memiliki kinerja yang baik pada jarak semantik. Jarak semantik ialah ukuran seberapa jauh dua kata atau konsep berbeda dalam makna mereka.
Contoh jarak semantik adalah ibu dan ayah akan lebih dekat, sementara ibu dan katak akan lebih jauh.
Diketahui, orang yang tidur siang akan menghasilkan kombinasi kata dengan jarak semantik yang jauh lebih besar daripada para peserta yang tetap terjaga.
Hal tersebut mendukung teori selama tidur siang otak akan menghubungkan konsep-konsep yang mungkin tidak terhubung selama kita terjaga.
"Jika kami membimbing Anda untuk bermimpi tentang pohon, Anda akan memiliki asosiasi yang jauh lebih luas tentang pohon, dan semua itu dapat termanifestasi dalam respons kreatif Anda," jelas Elshafany.
(pal/pal)