Kandungan dalam rokok telah banyak diteliti bisa memberikan berbagai dampak negatif. Termasuk bahaya kesehatan bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Tapi bagaimana efek rokok untuk otak?
Melansir laman Live Science, studi menemukan bahwa orang yang merokok memiliki volume otak yang lebih kecil dibandingkan orang yang tidak merokok.
Studi yang dipublikasikan di database pra-cetak medRxiv, memberikan bukti bahwa merokok dapat menyebabkan penyusutan otak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah studi yang sangat penting," tulis Dajiang Liu, yang mempelajari genetika risiko merokok di Penn State College of Medicine dan tidak terlibat dalam studi ini.
"Penelitian ini dilakukan dengan ketat dan hasilnya penting dari perspektif kesehatan masyarakat," tambahnya.
Baca juga: Benarkah Kesepian Berbahaya bagi Kesehatan? |
Otak Perokok Lebih Kecil Hingga 7,1 Sentimeter Kubik
Langkah yang dilakukan oleh tim peneliti ialah dengan menganalisis data pencitraan otak dari U.K. Biobank yang merupakan bank data genetik dan kesehatan yang memiliki basis di Inggris.
Selain melakukan penelitian melalui pemindaian otak, tim peneliti juga menganalisa kebiasaan merokok yang dilaporkan oleh para responden dan dikumpulkan dalam survei.
Responden akan menjawab survei dalam dua kali kesempatan yaitu pada sekitar tahun 2006 hingga 2010 dan akan mengisi kembali survei pada tahun 2012 dan 2013.
Pada rentang waktu yang kedua, otak dari responden juga diambil datanya dengan menggunakan metode pencitraan resonansi magnetik atau magnetic resonance imaging (MRI).
Melalui data tersebut, para peneliti menemukan bahwa responden yang memiliki kebiasaan merokok setiap hari memiliki volume otak rata-rata yang lebih kecil sebesar 7,1 sentimeter kubik dibandingkan dengan peserta yang tidak merokok.
Penurunan Volume Materi Abu pada Otak
Perbedaan volume otak juga merupakan dampak dari penurunan 5,5 cc dalam materi abu otak yang berisikan sel-sel otak besar atau neuron.
Pada masa lalu, merokok setiap hari juga dikaitkan dengan penurunan sebesar 1,6 sentimeter kubik pada materi putih otak, yang mencakup saluran panjang terisolasi yang menjadi penghubung antar neuron.
Para peneliti juga menemukan bahwa responden yang merokok dengan jumlah yang lebih banyak menunjukkan perbedaan volume materi abu yang lebih besar.
Jika perokok mengonsumsi satu bungkus rokok setiap harinya selama satu tahun diperkirakan dapat mengalami penurunan volume materi abu rata-rata sekitar 0,15 cc.
Hubungan antara dosis perokok dan dampaknya terhadap penurunan volume otak menjadi salah satu bukti penguat bagi gagasan bahwa merokok dapat mengurangi volume otak, seperti yang dituliskan oleh para peneliti.
Namun, jumlah rokok yang dikonsumsi diketahui tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap volume dari materi putih otak mereka.
Berhenti Merokok Dapat Meningkatkan Volume Otak
Peneliti kemudian melakukan analisa lebih lanjut dan menemukan bahwa orang yang berhenti merokok lebih lama memiliki sedikit peningkatan pada materi abu otak dibandingkan dengan orang yang baru berhenti merokok.
Hal itu menunjukkan bahwa berhenti merokok dapat sedikit meningkatkan volume otak. Misalnya, berhenti merokok selama setahun dapat mengalami peningkatan volume materi abu otak sebesar 0,09 cc dibandingkan dengan perokok harian.
Selain itu, tim peneliti juga memeriksa data genetik responden untuk mengetahui apakah varian gen dapat memengaruhi risiko merokok yang mungkin terkait dengan perbedaan volume materi abu pada otak.
Hasilnya, ditemukan bahwa orang yang memiliki risiko genetik yang lebih tinggi cenderung pernah merokok. Namun, genetik mereka terisolasi dan tidak terkait dengan volume materi abu.
Di sisi lain, riwayat merokok setiap hari memiliki kaitan dengan volume materi abu. Hal itu mendukung gagasan bahwa merokok lah yang mendorong perubahan ukuran otak menjadi mengecil.
Penyusutan otak kerap dikaitkan dengan penyakit saraf, seperti Alzheimer. Liu menuliskan bahwa membangun hubungan sebab akibat antara merokok dan penyusutan otak dapat memperdalam pemahaman kita apakah merokok dapat mendorong timbulnya penyakit ini.
Liu menambahkan bahwa ia akan melakukan eksperimen lebih lanjut untuk membantu mengkonfirmasi hubungan sebab akibat antara merokok dan ukuran otak dan efektivitas obat-obatan yang dapat membantu mencegah kerusakan jaringan otak.
(faz/faz)