5 Ungkapan Ini Tak Boleh Dikatakan pada Anak-anak, Psikolog Ungkap Efeknya

ADVERTISEMENT

5 Ungkapan Ini Tak Boleh Dikatakan pada Anak-anak, Psikolog Ungkap Efeknya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 19 Mei 2023 08:30 WIB
Anak Ketahuan Bolos Sekolah? Ini 7 Cara Tepat Orang Tua Menghadapinya
Foto: Getty Images/iStockphoto/takasuu
Jakarta -

Bahasa menjadi alat komunikasi penting yang harus dikuasai setiap orang tua ketika berbicara dengan anak-anak. Terutama, bila orang tua mengalami emosi yang naik.

Ada banyak contoh yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar, bahwa ketika seorang anak berperilaku buruk atau membuat ulah, orang tua mudah untuk mengatakan apa pun yang menurut mereka dapat membuat tenang.

Namun, kerap kali kata-kata yang keluar dari orang tua justru secara tidak sengaja dapat mempermalukan anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu menyebabkan kerusakan permanen pada harga diri anak-anak," kata Dr. Tovah Klein, psikolog anak dan penulis buku, dikutip dari CNBC Internasional.

Ungkapan yang 'Menyalahkan' Anak

Klein mengatakan ungkapan orang tua yang muncul sering karena rasa malu sebagai emosi atau respons dari perilaku anak.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, menyalahkan anak baik atas perilaku atau emosi yang orang tua alami adalah sebuah masalah.

"Rasa malu (orang tua) benar-benar bisa menjadi racun bagi seorang anak kecil," kata Klein, yang juga direktur Pusat Pengembangan Balita Universitas Barnard.

Kepercayaan Diri dan Motivasi Anak Menurun

Penelitian menunjukkan, ketika dipermalukan oleh orang tua mereka, orang-orang yang dicintai dan paling berarti baginya, maka kepercayaan diri dan motivasi anak bisa menurun.

Perilaku orang tua tersebut juga dapat membuat anak cenderung tidak mencoba hal-hal baru dan enggan menghadapi tantangan baru. Padahal, keduanya adalah sifat yang mereka butuhkan untuk menghadapi kehidupan di kemudian hari.

Dr. Tovah Klein menuturkan lima frasa umum yang harus orang tua hindari, berikut daftarnya.

5 Ungkapan yang Tidak Boleh Dikatakan kepada Anak

Sering kali, orang tua sama sekali tidak bermaksud mempermalukan anak-anak mereka. Namun, kata-kata spontan atau tatapan mata yang berlebihan bisa berujung berbahaya bagi perkembangan anak.

1. "Jadi, suasana hatimu sedang buruk, lagi. Kamu selalu dalam suasana hati yang buruk." atau "Sekarang ngambek lagi. Kamu memang selalu ngambek-an."

2. "Mengapa kamu selalu marah ketika ini terjadi?" atau "Kenapa kayak gini aja marah-marah?"

3. "Apakah kamu harus melakukan [perilaku negatif] itu lagi?"

4. "Itu konyol!"

5. "Kamu bereaksi berlebihan." atau "Kamu terlalu lebay!"

Klein mengungkapkan bahwa ungkapan atau kalimat di atas kerap muncul sebagai tanda frustrasi.

Bisa jadi muncul karena anak bertengkar lagi dengan saudaranya, tiba-tiba berpura-pura tidak mendengar permintaan orang tuanya atau menolak melakukan sesuatu yang biasanya mereka tidak keberatan melakukannya.

"Menjatuhkan anak Anda karena suasana hati yang buruk dan wajah cemberut akan membuat anak merasa tidak enak dan membuat mereka bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang salah dengan mereka," ungkap Klein.

Apa yang Bisa Dikatakan Orang Tua untuk Anak?

Klein menjelaskan, langkah pertama untuk mengantisipasi orang tua tidak berbicara sembarang adalah dengan berpikir terlebih dahulu sebelum berkata.

Tanyakan pada diri masing-masing orang tua saat emosi tidak stabil: "Apa yang terjadi dengan saya, dan mengapa saya marah dan kecewa pada anak saya?"

Orang tua harus selalu mengingat bahwa anak-anak, juga seperti orang dewasa. Mereka diciptakan untuk melewati berbagai perasaan dan beberapa di antaranya positif, tapi banyak di antaranya tidak.

Beberapa contoh ungkapan atau kalimat yang bisa jadi pilihan orang tua ketika suasana hari sedang buruk menurut Klein, yakni:

1. "Kamu tidak ingin melakukan ini sekarang. Saya mengerti. Tapi, kita masih harus pergi."

2. "Jika ini sulit, aku akan membantumu."

3. "Aku berharap kita bisa melakukan itu."

4. "Kamu ingin pergi ke luar? Saya mengerti. Sayangnya, kami tidak bisa sekarang."


Meski bisa diucapkan dengan bahasa yang berbeda-beda, tapi intinya, Klein mengatakan bahwa pengakuan dan validasi kekecewaan penting dilakukan orang tua sebelum bersikap tegas tentang apa yang perlu dilakukan.

Kemudian orang tua bisa beri tahu anak bahwa mereka tidak mengabaikan rencana hanya karena suasana hati mereka sedang buruk.

"(Orang tua) tidak perlu berbicara berlebihan. Sedikit empati akan sangat membantu," ujar Klein.

Klein menegaskan, jika orang tua kehilangan kesabaran dan mengatakan sesuatu yang kelak disesali, maka harus mengakui kesalahan untuk membangun kembali kepercayaan dengan anak.




(faz/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads