Sebagian orang memiliki anggapan bahwa semakin banyak uang yang dimiliki,maka akan semakin bahagia hidupnya. Pasalnya, uang dapat memberikan akses yang membuat hidup kita menjadi lebih mudah.
Bahkan, sebuah ide 'uang tidak bisa membeli kebahagiaan' telah dipatahkan oleh ilmuwan sosial seperti yang dituliskan pada laman milik BBC Science Focus. Motto baru yang saat ini digunakan ialah 'semakin banyak uang semakin bahagia'.
Berapa Uang yang Dibutuhkan supaya Bahagia?
Para peneliti pada tahun 2020, melakukan analisis data dari Kantor Statistik Nasional di Inggris dan Indeks Planet Bahagia. Analisis ini ditujukan untuk mencari tahu berapa banyak uang rata-rata yang dibutuhkan orang Inggris untuk menjalani hidup bahagia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil dari analisis tersebut, mendapatkan bahwa mereka membutuhkan sekitar Β£33.864 atau lebih, angka tersebut setara dengan sekitar 629 juta rupiah. Namun, bagian 'lebih' itulah yang menjadi kunci.
Studi lainnya yang dilakukan oleh Matthew Killingsworth dari University of Pennsylvania yang diterbitkan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa semakin banyak uang yang kita miliki akan semakin bahagia kita.
Namun, semakin banyak uang yang kita miliki tidak terkait dengan filosofi 'keserakahan itu baik'. Kebahagiaan dn kaitannya dengan uang lebih berkaitan dengan kondisi dunia dan ketimpangan kesejahteraan yang saat ini terjadi di banyak tempat.
Seseorang yang memiliki uang yang lebih banyak cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik dan dapat berdampak pada kebahagiaan. Selain itu, mereka juga dapat mengeluarkan uang yang lebih untuk membeli pengalaman yang juga dapat meningkatkan kebahagiaan.
Kebahagiaan yang kita miliki juga dipengaruhi oleh seberapa banyak uang yang kita miliki dibandingkan dengan orang lain. Jika kita mampu mempertahankan standar hidup dengan sekitar kita, kita mengalami tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dan merasa lebih bahagia.
Pajak Tinggi Meningkatkan Kebahagiaan?
Menurut ilmu pengetahuan, kemiskinan absolut tidak terkait dengan deprivasi relatif (perasaan tidak puas atau kesenjangan dengan kelompok lain). Pasalnya, kita dapat tinggal pada lingkungan kaya, tetapi jika kita tidak memiliki mobil baru seperti yang dimiliki tetangga kita, kita bisa tidak bahagia.
Efek dari deprivasi relatif yang menjadi alasan di balik rata-rata kebahagiaan yang stagnan meskipun terjadi peningkatan pendapatan global. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari deprivasi relatif ialah dengan pajak atas pengeluaran 'status-seeking' serta pajak penghasilan yang lebih tinggi.
Hal itu terbukti karena negara-negara Skandinavia yang memiliki pajak yang tinggi acap kali menduduki peringkat atas dalam jajak pendapat kebahagiaan global.
Kendati demikian, kebanyakan orang Inggris masih menolak gagasan pajak yang lebih tinggi dapat membuat bahagia. Sehingga, saat ini mereka memilih untuk memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada sekitarnya dan penghasilan sekitar 33.000 pound.
Uang Tidak Membuat Anak Bahagia
Meskipun lebih banyak uang dapat membuat kita lebih bahagia, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi anak-anak kita. Pasalnya, semakin kaya orang tua dapat berdampak kepada psikologi milik anaknya.
Diketahui melalui sebuah studi di Psychology Today, anak-anak dengan orang tua kaya justru memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, gangguan makan, bahkan penyalahgunaan zat.
Para peneliti studi tersebut juga menemukan bahwa semakin kaya kita dapat menjadikan kita kurang etis dan kurang empati. Hal itu disebabkan karena kekayaan memberikan rasa kebebasan sehingga semakin kaya kita semakin sedikit pula rasa peduli terhadap masalah dan perasaan orang lain.
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh psikolog di University of California di Berkeley dan San Francisco menemukan bahwa orang dengan pendapatan yang lebih rendah dapat membaca ekspresi muka dan memiliki empati yang lebih baik.
Di samping itu, meskipun uang memberikan kita lebih banyak opsi kehidupan tetapi kebahagiaan juga datang dari hubungan, kenyamanan pekerjaan, dan kemampuan kita untuk menikmati hidup.
Baca juga: Law of Attraction dari Sudut Pandang Sains |
(nah/nah)