2,45 Juta Remaja RI Gangguan Mental: Kerap Dibenturkan Agama-Perlu Sistem Nasional

ADVERTISEMENT

2,45 Juta Remaja RI Gangguan Mental: Kerap Dibenturkan Agama-Perlu Sistem Nasional

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 15 Mei 2023 09:00 WIB
Anxiety disorder menopause woman, stressful depressed emotional person with mental health illness, headache and migraine sitting feeling bad sadly with back against wall on the floor in domestic home
Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong
Jakarta -

Masalah kesehatan mental remaja saat ini memang masih banyak ditemui baik secara nasional maupun global. Berdasarkan hasil riset The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) & Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2021, ditunjukkan bahwa sekitar 2,6 persen atau 2,45 juta remaja di Indonesia mengalami masalah gangguan mental.

Tingginya angka tersebut tidak sesuai dengan pelayanan rumah sakit jiwa atau ruang konsultasi kesehatan mental yang tersedia di Indonesia. Hal tersebut pun menjadi sorotan Aldi Palguna, anggota Orygen (Asean - Australia Youth Mental Health Fellowship Cohort).

Kesehatan Mental Masih Dibenturkan ke Agama

Dalam acara diskusi Impact of Climate Change on Youth Mental Health di Monash University, Indonesia, Tangerang, pada Jumat (12/5/2023), Aldi berpendapat bahwa di Indonesia belum ada yayasan yang menginisiasi keperluan para remaja akan masalah kesehatan mental yang mereka miliki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tidak cukup memiliki inisiatif dukungan kesehatan mental remaja di negara ini," terang Aldi di Monash University, Tangerang, pada Jumat (12/5/2023).

Menurut Aldi, kesehatan mental masih menjadi hal yang tabu di masyarakat Indonesia. Beberapa masyarakat masih membenturkannya ke dalam masalah agama dan lainnya.

ADVERTISEMENT

"Orang Indonesia sering mengasosiasikan kesehatan mental dengan gangguan kesehatan mental dan memandang mereka yang hidup dalam kondisi gila dan kurang keyakinan agama. Pandangan negatif tentang kesehatan mental seperti itu sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pendidikan kesehatan mental," jelasnya.

Perlu Sistem Kesehatan Mental Skala Nasional

Aldi turut menuturkan bahwa remaja yang terganggu kesehatan mentalnya di Indonesia memerlukan sebuah sistem yang tepat dalam penanganan berbagai masalah.

"Saya pikir saya tidak dapat melihat (organisasi inisiasi kesehatan mental remaja) karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, praktik terbaik adalah metode kerja atau serangkaian metode kerja yang diterima secara resmi sebagai yang terbaik untuk digunakan dalam bisnis atau industri tertentu," jelas Aldi.

Menurutnya, remaja di Indonesia memerlukan sebuah sistem kesehatan mental berskala nasional seperti Headspace di Australia. Headspace sendiri merupakan yayasan kesehatan mental di Australia.

Yayasan tersebut memberi layanan perawatan primer terintegrasi yang mudah diakses, ramah remaja, yang dibangun di atas kapasitas layanan di komunitas lokal untuk memberikan pendekatan intervensi dini terhadap masalah kesehatan mental untuk anak muda berusia 12-25 tahun

"Saya bukan mengatakan bahwa pelayanan masalah kesehatan mental remaja di sini tidak baik, tapi saya pikir kita bisa belajar dari Headspace," tuturnya.

Meskipun di Indonesia belum ada yayasan seperti Headspace, tetapi menurutnya terdapat beberapa organisasi profit maupun nonprofit yang bisa dijadikan alternatif bagi remaja di Indonesia saat sedang membutuhkan konsultasi soal masalah kesehatan mental.

Menurut Aldi, beberapa layanan konsultasi soal kesehatan mental bagi remaja Indonesia yang dapat dicoba yakni Satu Persen, Sehat Jiwa, Ruang Jiwa, dan Fam Health.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads