Istilah love bombing merujuk kepada seseorang yang menunjukkan kasih sayang berlebih pada awal hubungan mereka.
Beberapa waktu lalu Forbes melaporkan media sosial dihebohkan dengan istilah tersebut. Pasalnya, tagar TikTok #lovebombing dan #lovebomb, masing-masing mencapai 329 juta dan 133 juta penayangan.
Seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic, love bombing merupakan bentuk pelecehan psikologis dan emosional yang melibatkan seseorang dalam upaya memanipulasi pasangannya untuk menjalin hubungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Love bombing dapat terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja. Meskipun kerap dihubungkan terjadi pada pasangan kekasih, rupanya perilaku ini bisa juga dilakukan oleh anggota keluarga dan teman.
Baca juga: Kata Baru di KBBI, Apa Itu Skor Afrika? |
Chitra Raghavan, profesor psikologi di John Jay College of Criminal Justice, mengungkapkan biasanya perilaku love bombing akan mencakup perhatian intens atau sanjungan yang diberikan dari pasangan kekasih untuk memanipulasi terutama pada awal hubungan.
Adapun konselor keluarga, Emily Simonian, LMFT menyebut love bombing adalah salah satu bentuk pelecehan emosional. Seperti semua bentuk pelecehan, perilaku tersebut berhubungan dengan membangun kendali dan kekuasaan atas orang lain.
"Love bombing terjadi sebagai bagian dari apa yang disebut 'siklus kekerasan', di mana pelaku mencoba mengembangkan rasa koneksi dan kepercayaan palsu pada awal hubungan dengan tujuan untuk mengendalikan atau mengeksploitasi secara emosional di kemudian hari," kata Simonian, LMFT dikutip dari laman Psych Central.
Pada tahun 2017, studi yang dilakukan di Universitas Arkansas, melakukan survei pada mahasiswanya dan menemukan tingkat perilaku love bombing lebih tinggi pada orang-orang yang diidentifikasi memiliki kecenderungan narsistik dan harga diri rendah.
Meskipun siapa saja dapat menunjukkan kecenderungan love bombing tetapi taktik emosional ini kerap dikaitkan dengan pengidap gangguan kepribadian narsistik (NPD).
Simonian mengungkapkan ciri kepribadian narsistik seperti kebutuhan konstan akan pujian, memiliki rasa hak istimewa atau merasa penting jika bergabung dengan pola perilaku hubungan jangka panjang dapat menyebabkan eksploitasi dan manipulasi.
"Ini adalah tempat love bombing berpotensi muncul, karena orang dengan perilaku ini melakukannya untuk menciptakan rasa kedekatan palsu untuk keuntungan pribadi, yang konsisten dengan narsisme," kata Simonian.
Fase Love Bombing
Berikut merupakan fase love bombing yang diungkapkan oleh psikolog Alaina Tiani, PhD dari Cleveland Clinic:
- Fase Idealisasi
Pada fase ini, pasangan akan membombardir kita dengan cinta dan kasih sayang untuk menarik perhatian dan meyakinkan kita.
- Fase Devaluasi
Setelah kita merasa nyaman dengan situasi hubungan kita, pada fase ini pasangan kita akan mencoba mengontrol kita dengan berbagai cara bahkan membatasi akses terhadap teman dan keluarga.
- Fase Pembuangan
Fase ini biasa terjadi ketika kita mengkonfrontasi pelaku love bombing tentang perilaku bahaya mereka atau mencoba mengatur ulang batasan yang sehat. Biasanya pelaku love bombing akan menghindari pertanggungjawaban dan menolak untuk bekerja sama dengan cara meninggalkan hubungan.
Tanda Seseorang Terjebak dalam Situasi Love Bombing
Meskipun berbeda pada setiap orangnya, tetapi berikut merupakan tanda umum dari perilaku love bombing yang juga diungkapkan oleh Dr. Tiani:
- Memberi Hadiah yang Tidak Perlu
Biasanya pelaku love bombing akan memberikan kita banyak hadiah tak terduga sebagai tanda kasih sayang mereka. "Ini lebih dari sekadar bunga pada kencan pertama," ujar Tiani. Ia menambahkan, "Hadiah ini biasanya merupakan pembelian yang cukup rumit, mahal, atau besar untuk memenangkan hati Anda."
- Terlalu Cepat Untuk Mengikat
Pelaku love bombing biasanya akan dengan cepat memanggil kita dengan panggilan romantis, berfantasi akan masa depan bersama atau mengenalkan kita kepada keluarga atau teman dekatnya. "Mereka ingin menciptakan rasa keintiman, kedekatan, dan komitmen dengan sangat cepat," kata Tiani.
- Selalu Tersedia dan Menuntut Perhatian
Pelaku love bombing akan lebih menuntut kita untuk bergantung padanya dibandingkan orang lain dan dapat menjadi marah ataupun cemburu kepada teman atau keluarga.
"Mereka lebih suka Anda menghabiskan waktu bersama mereka dibandingkan dengan orang penting lainnya karena mereka ingin memonopoli waktu Anda sehingga Anda hanya mengandalkan mereka," kata Dr. Tiani.
- Tidak Bisa Menerima Jawaban Tidak
Ketika kita memberi jawaban tidak kepada pelaku love bombing, biasanya mereka akan mempertanyakan cara berpikir kita dan bahkan mendorong kita untuk percaya bahwa pendapat kita adalah salah.
- Lebih Menyukai Saat Pasangannya Sendiri
Tanda ini biasanya terlihat ketika pasangan kita melarang untuk melakukan aktivitas dengan orang lain tanpa kehadiran mereka. Secara tidak langsung mereka akan mengasingkan kita dan memperkuat kendalinya atas aktivitas kita.
- Mengkomunikasikan Cinta Secara Berlebihan
Pelaku love bombing, biasanya akan memeriksa aktivitas kita pada saat tidak bersama dengan mereka. Selain itu, mereka bisa saja mem-posting perasaannya tentang pasangannya secara berlebihan untuk mendapatkan penerimaan publik.
- Merasa Kewalahan, Gelisah atau Kehilangan Keseimbangan
Perasaan gelisah, tidak seimbang, atau kewalahan dalam hubungan merupakan sesuatu yang wajar. Namun, jika pasangan kalian memberikan respon yang negatif ketika kalian mengungkapkan perasaan kalian, hal itu dapat menjadi salah satu tanda perilaku love bombing.
(pal/pal)