Mengapa Manusia Bisa Keranjingan Cinta? Begini Penjelasan Sains

ADVERTISEMENT

Mengapa Manusia Bisa Keranjingan Cinta? Begini Penjelasan Sains

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 17 Apr 2023 18:30 WIB
Aplikasi Kencan Online
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tero Vesalainen
Jakarta -

Diskusi mengenai cinta sepertinya tidak akan pernah habis untuk dibahas. Mulai dari lagu, puisi, lukisan, hingga epos tentang hal itu tidak pernah surut.

Mengapa manusia bisa keranjingan dengan gagasan tentang cinta?

Otak Manusia saat Jatuh Cinta

Antropolog di Kinsey Institute at Indiana University menyebut, manusia dapat keranjingan akan cinta karena memang sifatnya adiktif. Dia menjelaskan bagaimana reaksi otak manusia saat mengalami pasang surut dalam kehidupan romantis.

Cinta romantis memicu bagian otak yang disebut ventral tegmental area (VTA). VTA menciptakan dopamin, yakni neurotransmitter yang membantu menghasilkan rasa euforia. Perasaan ini muncul terutama saat kita berada di sekitar seseorang yang membangkitkan romansa dalam diri.

Dopamin juga memengaruhi perilaku dan fungsi tertentu seperti tidur, suasana hati, dan fokus yang berkaitan dengan dasar-dasar cinta romantis. Menurut Fisher, dasar-dasar cinta romantis adalah sebagai berikut:

  • Makna: orang yang disukai memiliki arti khusus dan itu dapat meluas ke hal-hal material seperti mobil atau tas mereka.
  • Fokus: memfokuskan perhatian pada semua hal baik tentang orang yang disukai dan mengabaikan yang buruk.
  • Tingkat energi yang tinggi: menolak tidur agar dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang disukai.
  • Kecemasan untuk berpisah: panik saat orang yang disukai tidak ada atau tidak mengirim pesan maupun menelepon.
  • Posesif: memiliki ketertarikan seksual yang kuat dan hanya kepada orang tersebut.

"Cinta romantis adalah salah satu sensasi paling kuat di Bumi," kata Fisher dalam Ted Talk 2008, dikutip dari Discover Magazine.

Fisher menyebut semua orang memiliki tipe alias "love map", yaitu daftar bawah sadar tentang apa yang dicari dari pasangan romantis.

Secara alami, kata Fisher, kita tertarik pada orang yang mirip dengan diri kita sendiri. Menurutnya hal itu bisa mencakup kesamaan latar belakang sosial ekonomi, ras, latar belakang politik, tingkat daya tarik, tingkat pendidikan dan keyakinan agama.

Selain itu, ada faktor humor yang merupakan sifat lain yang disukai kebanyakan orang. Sejak 2010, Fisher telah melakukan studi "Singles In America" dan melakukan survei terhadap lebih dari 55.000 orang. Setiap tahun, salah satu dari lima hal teratas yang dicari seseorang dari calon pasangan adalah seseorang yang membuat mereka tertawa.

Fisher menjelaskan, saat menemukan seseorang yang cocok dengan love map dan kita memang siap, otak akan memicu timbulnya cinta romantis. Cinta romantis mengambil alih otak seperti zat adiktif.

Fisher menerangkan, saat orang kecanduan cinta, maka ia akan mendambakan persatuan emosional dengan orang yang disukai, sangat termotivasi untuk memenangkan dan mendapatkan kasih sayang mereka, dan pikiran bisa terganggu. Menurutnya, pikiran yang mengganggu ini berupa ketidakberdayaan mengeluarkan orang yang disukai dari kepala.

Berkaitan dengan Insting Keberlangsungan Spesies

Meskipun beberapa sifat yang disebutkan di atas terkesan berlebihan, ada alasan bagus mengapa manusia memilikinya. Fisher memaparkan, VTA terletak di dekat hipotalamus, yaitu bagian otak yang mengontrol rasa haus, lapar, dan dorongan seksual. Fungsi-fungsi ini membantu manusia tetap hidup.

Jadi, dalam sisi tertentu, cinta romantis mendorong seseorang untuk tetap hidup guna mewariskan gen dan memastikan kelangsungan hidup spesies. Cinta romantis adalah fungsi otak sekaligus mekanisme bertahan hidup.

"Cinta romantis mendorongmu untuk memfokuskan energi melakukan perkawinan dan mengirimkan DNA ke masa depan," ungkapnya.

Otak saat Patah Hati

VTA memang sangat baik dalam menghasilkan dopamin dan mendorong perasaan cinta romantis, tetapi juga tidak membiarkan kita melupakan subjek cinta romantis itu.

Fisher dan rekan-rekannya memindai otak 17 orang yang baru saja putus cinta. Temuan mereka menunjukkan adanya aktivitas di daerah otak yang terkait dengan penderitaan fisik dan mental, keterikatan secara mendalam, dopamin, daerah yang terkait dengan keinginan, dan daerah otak utama yang berkorelasi dengan kecanduan yaitu nukleus akumbens.

Menurut Fisher, kita perlu memperlakukan patah hati seperti semua kecanduan lainnya. Berhenti menjangkau orang tersebut, singkirkan semua hal yang bisa mengingatkannya, berhentilah bertanya kepada teman tentang orang itu, dan jangan berteman dengan orang tersebut setidaknya pada awal patah hati.

Penolakan dalam percintaan memicu bagian otak yang akan menyebabkan evaluasi untung dan rugi. Contohnya seperti menghitung apa yang akan hilang, dan seberapa berbeda kehidupan setelah patah hati.

Ini adalah cara otak memproses hilangnya hubungan. Meskipun wajar, tetapi penting juga untuk tidak terlalu memikirkannya.

Alih-alih bersembunyi di rumah, menonton film sedih, atau mendengarkan musik sedih, Fisher menyarankan untuk menemukan hobi baru dan cara lain untuk menghasilkan dopamin alami. Ikut kelas seni, yoga, lebih banyak berolahraga, mencoba makanan baru, mendengarkan musik baru, dan memeluk teman atau keluarga bisa dicoba.

Secara keseluruhan, kata Fisher, waktu akan menyembuhkan patah hati. Cinta romantis bisa menjadi kecanduan yang baik jika dilakukan dengan orang yang tepat.




(nah/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads