Ini Alasan Mengapa Orang Mudah Marah saat Cuaca Panas

ADVERTISEMENT

Ini Alasan Mengapa Orang Mudah Marah saat Cuaca Panas

Martha Grattia - detikEdu
Jumat, 05 Mei 2023 11:30 WIB
Ilustrasi Cuaca Panas
Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media
Jakarta -

Cuaca panas membuat orang menjadi mudah emosi. Kok bisa? Ini beberapa alasannya menurut para ilmuwan.

Dilansir laman Radboud University-Belanda beberapa ilmuwan telah mempelajari pertanyaan menarik ini: pengaruh suhu hangat terhadap agresi dan kekerasan. Para ilmuwan hampir semuanya sampai pada kesimpulan yang sama: ketika suhu naik, agresi dan kekerasan meningkat.

Negara-Kota yang Panas dan Tingkat Kriminalitas Tinggi

Masih dari laman Radboud University, ada penelitian yang mengkorelasikan tentang suhu di negara kota dan tingkat kriminalitas. Semakin dekat dengan garis khatulistiwa, semakin tinggi tingkat kekerasan: untuk setiap 100.000 orang, ada 26 pembunuhan di Amerika Tengah, 18 di Afrika Tengah, dan 5 di Eropa dan Amerika Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentu saja daerah-daerah ini berbeda satu sama lain dalam lebih dari satu hal. Namun, pola ini juga dapat dilihat dalam negeri. Misalnya, kejahatan terkait mafia jauh lebih sering terjadi di Italia selatan daripada di utara. Selain itu, tingkat kejahatan di Amerika Serikat lebih tinggi di kota-kota yang lebih hangat daripada di daerah yang lebih dingin, bahkan ketika mengontrol faktor sosial dan budaya.

Data di atas tersebut diutarakan Paul AM Van Lange dan rekan-rekan dari Vrije Universiteit saat merilis hasil studi Ilmu Perilaku dan Otak yang hasilnya dirilis 2016 lalu. Data itu dikutip Van Lange dari laporan pembunuhan global PBB 2013.

ADVERTISEMENT

Van Lange saat itu mengusulkan model dengan akronim CLASH untuk climate (iklim), agression (agresi/kekerasan), dan self control (pengendalian diri) pada manusia. Van Lange dan kolega berpendapat bahwa iklim - dalam bentuk budaya yang ditimbulkannya - adalah pendorong utama agresi. Pada dasarnya, Van Lange mengatakan bahwa tinggal di tempat dengan musim yang lebih banyak dan suhu yang lebih rendah mendorong orang untuk lebih berorientasi pada masa depan dan lebih menghargai pengendalian diri, yang oleh para peneliti disebut strategi "hidup lambat", sebagai lawan dari "hidup cepat".

Menurut CLASH, kekerasan berasal dari orang-orang yang berasumsi bahwa mereka akan memiliki umur yang lebih pendek, kurang merencanakan masa depan, dan kurang mengendalikan diri.

"Kami melihat bukti strategi hidup yang lebih cepat di iklim yang lebih panas dengan variasi suhu yang lebih sedikit - mereka tidak terlalu ketat tentang waktu, mereka lebih sedikit menggunakan alat kontrasepsi, mereka memiliki anak lebih awal dan lebih sering," kata rekan studi Van Lange, Brad Bushman dalam sebuah pernyataan.

Musim yang Hangat dan Tingkat Agresivitas Tinggi

Selain perbedaan suhu antara daerah, perbedaan periodik dalam suhu juga mempengaruhi agresi dan kekerasan. Sebuah studi longitudinal Amerika yang mencakup 45 tahun menunjukkan bahwa serangan kekerasan meningkat pada tahun dan musim yang hangat. Kejahatan non-kekerasan tidak terpengaruh oleh suhu. Selain itu, Veilig Verkeer Nederland (VVN, atau 'Lalu Lintas Aman Belanda') mengamati bahwa di Belanda, tingkat kematian dan cedera terkait lalu lintas 30% lebih tinggi di musim panas dibandingkan musim dingin. VVN menunjukkan bahwa ini mungkin disebabkan oleh peningkatan perilaku mengemudi agresif di musim panas, karena kondisi berkendara lebih optimal.

Suhu Panas Bikin Orang Lebih Mudah Tersinggung

Pada tahun 2016, psikolog di Universitas Texas Tech menemukan bahwa para pemain sepak bola Amerika lebih cenderung melakukan pelanggaran agresif selama cuaca yang lebih panas, demikian dilansir dari laman BBC Science Focus Magazine.

Penjelasan psikologisnya adalah bahwa karena panas membuat orang merasa tidak nyaman secara fisik, cenderung memiliki pikiran agresif dan menginterpretasikan hal-hal dengan cara yang negatif. Ada juga penjelasan biologis yang tentatif, penelitian di Scandinavia terbaru mengidentifikasi hubungan antara suhu yang lebih tinggi dan peningkatan kadar serotonin - zat kimia otak yang terkait dengan impulsivitas.

Hari dengan suhu panas dapat mempengaruhi suasana hati dan membuat lebih mudah tersinggung, demikian menurut para ahli seperti dilansir dari Live Science.

Menurut Nancy Molitor, seorang profesor asisten kedokteran klinis dan ilmu perilaku di Northwestern University Feinberg School of Medicine, banyak orang merasa sedikit penuh emosi ketika suhu meningkat.

"Kenyataannya, cuaca panas dan terutama lembab diketahui terkait dengan peningkatan agresi dan kekerasan, serta suasana hati yang lebih rendah," kata Molitor.

Hal ini disebabkan karena masalah tidur, dehidrasi, dan pembatasan pada aktivitas harian - seperti terkurung di dalam ruangan sepanjang hari untuk menghindari panas yang menyengat - mungkin semuanya berkontribusi pada buruknya suasana hati di musim panas. Selain itu, kurangnya kontrol atas situasi dapat memicu kemarahan pada beberapa orang.

Molitor menyarankan agar menghindari membuat keputusan penting dalam hidup di musim panas yang membuat perasaan lebih sensitif yang mengakibatkan penyelasan di kemudian hari. Dan apakah sedang di kantor atau di jalan, sadarlah bahwa orang yang detikers hadapi mungkin juga merasa sedikit kesal.

"Masing-masing orang akan menjadi lebih mudah tersinggung," kata Molitor.

Sementara itu, beberapa orang mengalami gangguan suasana hati di musim panas. Selain merasa tidak nyaman dan depresi, orang-orang dengan kondisi ini merasa sangat cemas pada musim panas.

"Bahkan mungkin sampai berpikir untuk bunuh diri. Bagi mereka, panas dan sinar matahari 'hampir tidak mungkin ditanggung'," katanya.

Cara 'Stay Cool' Saat Cuaca Panas

Molitor menyarankan agar orang mendayagunakan akal sehat saat cuaca panas: tetap terhidrasi dan mendengarkan tubuhmu.

Jika detikers sehat dan ingin berolahraga, coba lakukan pada pagi atau sore hari, bukan di tengah hari. Jika detikers mengonsumsi obat-obatan yang bersifat diuretik yang mendorong produksi air seni seperti obat tekanan darah, perlu minum lebih banyak dari biasanya untuk tetap terhidrasi.

"Selain itu, fokuslah pada aspek kehidupan yang dapat dikendalikan, dan sadarlah bahwa suatu saat nanti, cuaca akan menjadi lebih dingin. Orang biasa dapat mengatasi ini, jika mereka mendengarkan tubuh mereka," kata Molitor.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads