Masa Cuaca Ekstrem di Indonesia, Ini Kata Pakar UGM

ADVERTISEMENT

Masa Cuaca Ekstrem di Indonesia, Ini Kata Pakar UGM

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 27 Apr 2023 18:30 WIB
Hujan deras mengguyur Kota Malang sejak siang, membuat sejumlah genangan air di beberapa titik.
Pakar UGM jelaskan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan. Begini sebab dan cara mengantisipasi dampaknya. Foto: M Bagus Ibrahim
Jakarta -

Beberapa waktu ke belakang, beberapa daerah di Indonesia tengah dilanda cuaca ekstrem. Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gelombang panas sedang menimpa Benua Asia.

Meskipun Indonesia tak ikut terdampak, suhu panas ikut melanda beberapa di daerah. Berdasarkan indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum di Indonesia yang tercatat stasiun BMKG di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada 17 April 2023 adalah 37,2Β°C.

Selain suhu panas yang menyengat, cuaca bisa tiba-tiba berubah 180 derajat menjadi hujan deras dengan angin kencang dan petir. Fenomena ini disebut dengan perubahan cuaca ekstrem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip melalui laman Universitas Gadjah Mada (UGM), penyebab cuaca ekstrem bisa terjadi karena adanya Sirkulasi Siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin. Hal ini terpantau ikut memanjang melewati pulau Jawa.

Untuk lebih lengkapnya, yuk simak penjelasan pakar UGM terkait cuaca ekstrem!

ADVERTISEMENT

Faktor Cuaca Ekstrem

Pakar UGM, Dr Emilya Nurjani SSi MSi menjelaskan cuaca ekstrem adalah fenomena alam yang tidak normal dan ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara, dan jarak pandang.

Ia menegaskan, hal ini tak bisa dipandang enteng karena dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia, terutama keselamatan jiwa dan harta.

Emilya menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan cuaca ekstrem bisa terjadi. Namun penyebabnya bergantung pada cuaca ekstrem seperti apa yang dimaksud.

Contohnya bila menjelaskan tentang hujan ekstrem dengan intensitas di atas 100 mm/jam, bisa jadi disebabkan karena tingginya kelembaban. Selain itu, kondisi tersebut berhubungan dengan gangguan atmosfer seperti badai musim dingin, front hangat atau dingin, dan siklon tropis.

Bahkan menurutnya, lingkungan yang ikut menghangat juga berpotensi membentuk kejadian hujan ekstrem loh!

Suhu Panas di Indonesia

Tentang suhu panas atau cuaca panas, pakar UGM ini juga ikut angkat pendapat. Menurutnya, suhu panas yang terasa beberapa waktu ke belakang menjadi tanda bahwa kita akan memasuki musim kemarau.

Musim kemarau bisa dilihat melalui pengaruhi monsun serta posisi matahari yang disebabkan oleh gerak semu matahari (ekuinoks).

Selain itu, terjadinya gelombang panas karena pusat tekanan tinggi yang terhambat dan massa udara menjadi lebih rendah juga bisa disebut menjadi penyebab suhu panas.

Ia menuturkan, pada dasarnya cuaca dan iklim global dipengaruhi oleh atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan geosfer.

Sedikit perubahan yang ada di muka Bumi juga akan memengaruhi sistem iklim yang terjadi dan dampaknya pada manusia.

"Sebagai contoh, faktor dari luar Bumi yaitu jarak Bumi dan matahari. Jarak Bumi dan Matahari yang jauh atau dekat akan memengaruhi iklim di Bumi, bentuk lintasan Bumi terhadap Matahari (membulat atau elips) juga akan memengaruhi iklim di Bumi," ujarnya.

Perubahan Iklim Salah Siapa?

Emilya tidak memungkiri bila perubahan iklim terjadi salah satunya karena perubahan tutupan lahan atau alam dan berkurangnya lahan terbuka.

Ia menambahkan, di samping solusi da regulasi dari pemerintah, perlu dukungan seluruh masyarakat untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.

Ia mencontohkan, kurangi penggunaan bahan bakar fosil termasuk untuk sektor transportasi, energi, maupun industri.

"Sistem pertanian pun diharapkan yang ramah lingkungan, yaitu rendah emisi karbon, minim penggunaan air, dan senantiasa membiasakan menanam karena itu memberi pengaruh," ucapnya.

Emilya mengatakan, tidak mengantisipasi cuaca ekstrem akan berdampak seperti kerusakan bangunan, sarana dan prasarana, ataupun kendaraan.

"Padahal jika bisa mengantisipasi dan mengatasi, terlebih jika tidak ada kerusakan, maka dana yang ada bisa dialokasikan untuk sektor atau pembangunan yang lain," imbuhnya.

Begitulah penjelasan tentang cuaca ekstrem yang mungkin terjadi beberapa waktu ke depan. Jadi, hati-hati ya detikers!




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads