Astronom Harvard: Ada Kemungkinan Alien Intai Bumi dari Orbit

ADVERTISEMENT

Astronom Harvard: Ada Kemungkinan Alien Intai Bumi dari Orbit

Zefanya Septiani - detikEdu
Minggu, 23 Apr 2023 15:01 WIB
Oumuamua (European Southern Observatory/ESP/M Kornmessera)
Oumuamua yang memicu ilmuwan top Harvard University menyelidiki keberadaan makhluk luar angkasa secara ilmiah Foto: European Southern Observatory/ESP/M Kornmesser
Jakarta -

Ada tidaknya kehidupan lain di luar planet Bumi masih menjadi misteri dan perdebatan setidaknya sampai saat ini.

Publik pun banyak yang mendengar kabar pemerintah Amerika Serikat punya sejumlah bukti eksistensi makhluk luar angkasa dan kunjungan makhluk tersebut ke Bumi selama beberapa dekade.

Ada yang percaya dan penasaran pada kabar tersebut. Namun tidak sedikit pula berpandangan sebaliknya dan menganggapnya hanya teori konspirasi belaka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah ilmuwan pun terpanggil untuk menyelidikinya. Salah satunya astronom terkemuka dari Harvard University, AS, Prof Abraham 'Avi' Loeb.

Loeb memegang jabatan Frank B. Baird Jr. Professor of Science Departemen Astronomi Harvard. Gelar bergengsi ini merupakan pengakuan pada seorang ilmuwan yang dinilai memiliki kiprah luar biasa.

ADVERTISEMENT

Ia memang diakui sebagai salah satu ilmuwan bidang luar angkasa yang paling berpengaruh di dunia. Kecemerlangannya terlihat saat meraih gelar doktor fisika plasma dari Hebrew University of Jerusalem, Israel pada usia 24 tahun.

Dikutip dari BBC Science Focus, Loeb mengklaim kemungkinan Bumi telah dikunjungi oleh makhluk lain dari luar angkasa memang tak bisa diabaikan. Ia pun akhirnya menggagas Proyek Galileo.

Proyek yang didirikan Juli 2021 bersama koleganya Frank Laukien, visiting scholar di Departemen Kimia dan Biologi Kimia Harvard bertujuan menyelidiki kebenarannya dari sudut pandang sains.

Seperti diketahui, saat ini UFO (unidentified flying objects) telah diubah namanya menjadi UAP (unidentified aerial phenomena).

Pendirian Proyek Galileo berhubungan dengan dokumen hasil rilis Kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada tahun 2021 perihal laporan UAP yang mereka selidiki.

Menurut dokumen itu, dari 2004 hingga 2021 terdapat 144 kejadian UAP yang sebagian besar dilaporkan oleh personel militer. Namun hanya sedikit kesimpulan yang dapat ditarik karena data aktual terbatas dan sulit dianalisis.

Nah, pada titik tersebut, Loeb sebagai ilmuwan menyatakan akan membantu untuk melakukan penelitian. "Saya pikir pemerintah (AS) bingung. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka bukan ilmuwan," kata Loeb.

Ia menambahkan, "Saya katakan mari kita cari tahu, jangan berprasangka, kumpulkan saja lebih dulu data yang lebih baik. Itu metode ilmiahnya. Begitulah cara kerja sains."

Karena itu, tujuan dilakukannya penelitian dalam Proyek Galileo untuk mengubah sistematika pencarian tanda-tanda teknologi luar angkasa asing dari pengamatan yang tak disengaja menjadi ilmiah yang transparan, tervalidasi dan sistematis.

Ketertarikan Loeb berawal ketika para astronom menemukan asteroid yang tidak biasa yang dikenal dengan 'Oumuamua pada 2017.

'Oumuamua sendiri baru ditemukan saat sedang meninggalkan tata surya. Bentuknya pun seperti silinder tak seperti asteroid biasanya. Ia juga dapat berakselerasi dengan cara yang tidak dapat dijelaskan oleh gravitasi tata surya.

Sejumlam astronom menganggap gerak tersebut disebabkan gas layaknya komet. Namun, Loen memiliki pendapat berbeda. Ia berpikir akselerasi itu mirip yang dilakukan pesawat luar angkasa alien.

Kemudian, Loeb juga mengamati bahwa enam bulan sebelum 'Oumuamua mendekat pada Bumi, terdapat sebuah meteor yang menabrak Bumi. Berdasarkan kecepatan dan lintasannya diketahui meteor tersebut berasal dari luar tata surya.

Meskipun tidak memiliki kaitan dengan 'Oumuamua tetapi orbit dari meteor tersebut menginspirasi Loeb, akan kemungkinan UAP melepaskan probe kecil untuk menyelidiki planet yang dilaluinya.

Hipotesis tersebut kemudian disebut sebagai 'benih dandelion' oleh Loeb. Ia juga mencocokkan temuan akan UAP yang dilaporkan dengan hipotesisnya.


Proyek Galileo

Untuk mengumpulkan data untuk dianalisis, Proyek Galileo memiliki observatorium khusus di Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts.

Observatorium ini memantau seluruh langit dan melacak semua yang lewat di atas kepala. Triknya, menurut Loeb, mengadaptasi peralatan untuk melacak objek yang bergerak cepat.

Sejumlah ilmuwan berbagai bidang dan kampus terkemuka dari beberapa negara juga bergabung dalam penelitian tersebut.

Seperti misalnya, Prof Gaspar Bakos dari Departemen Ilmu Astrofisika, Princeton University lalu Garry Nolan guru besar bidang mikrobiologi dan imunologi dari Departemen Patologi, Stanford University School of Medicine

Selain itu ada nama Kevin Heng, profesor astronomi dan planet dari University of Bern, Swiss serta Maria-Paz Zorzano peneliti di Astrobiology Center, National Institute for Aerospace Technology, Madrid, Spanyol.

Data pertama dari observatorium prototipe Proyek Galileo diharapkan bisa didapatkan paling cepat pertengahan tahun 2023. Namun data itu hanya bersumber dari satu tempat saja di Harvard.

Loeb mengharapkan bisa didirikan lebih banyak lagi observatorium di beberapa tempat agar didapatkan data lebih banyak.

"Ini pada dasarnya seperti mengalikan jumlah objek yang kami pantau. Untuk sampai ke dasar ini kita harus memiliki lokasi yang cukup untuk mendapatkan statistik yang baik, dan mengklarifikasi apakah ada sesuatu selain objek alam atau buatan manusia," kata Loeb.

Prof Michael Garrett, astronom dari University of Manchester mengatakan Proyek Galileo merupakan jembatan antara dua subjek yang dipisahkan yakni "UFOlogi" dan "Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI)".

Keduanya selama ini dipandang dengan skeptisisme yang ekstrim, atau bahkan jadi bahan ejekan oleh berbagai komunitas ilmiah.

Garret juga menambahkan jika ia menerima kenyataan bahwa ada kecerdasan di luar angkasa berarti harus juga menerima kemungkinan ada sebuah fenomena mereka dapat mengunjungi Bumi.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads