Saat sendirian di ruangan yang gelap dan sepi, kita kerap merasa seperti ada yang hadir atau menemani di sekitar. Perasaan tersebut tentunya dapat menimbulkan ketakutan pada seseorang. Lalu bagaimana hal tersebut dijelaskan dari sisi sains?
Beberapa orang mungkin mengaitkannya dengan hal-hal berbau mistis atau indera keenam. Namun, ternyata perasaan tersebut telah dikaji lewat studi yang dilakukan oleh Society for Psychical Research (SPR). Mereka mengkajinya lewat sebuah survei yang dinamakan Sensus Halusinasi.
Melansir Science Alert, survei tersebut dilakukan terhadap lebih dari 17.000 orang di Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa. Survei tersebut bertujuan untuk memahami seberapa umum orang-orang memiliki pengalaman tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil survei menunjukkan bahwa 1 dari 43 orang menjawab bahwa mereka sering merasakan hal demikian. Meskipun data dari survei tersebut tampak jelas, namun banyak orang yang menyebutnya kurang ilmiah.
Namun, studi berlanjut selama 25 tahun dan menunjukkan bahwa perasaan seperti ada yang hadir tersebut tidak hanya merupakan hal biasa dalam masa hypnagogia. Hal tersebut merupakan transisi kondisi seseorang saat tidur.
Adapun pendapat dari ahli tidur yakni J Allen Cheyne dan Tood Girad berpendapat bahwa perasaan seperti ada yang hadir pada saat tidur (ketindihan) bisa terjadi akibat kondisi tubuh sedang rentan. Sehingga, naluri seseorang membuatnya merasa terancam dan ada pihak lain yang hadir menghampirinya.
Adanya Gangguan Sinkronisasi Otak
Serangkaian percobaan pada tahun 2014 juga menunjukkan bahwa tampaknya gangguan ekspektasi sensorik seseorang menimbulkan perasaan kehadiran pada beberapa orang sehat. Peneliti menyimpulkannya setelah melakukan penelitian pada beberapa objek pengamatan (manusia).
Objek pengamatan tersebut dikelabui seolah-olah objek menyentuh punggungnya sendiri dengan menyinkronkan gerakan objek dengan robot yang ada di belakangnya.
Otak objek otomatis akan memahami sinkronisasi dengan menyimpulkan bahwa ia sendirilah yang menghasilkan sensasi tersebut. Kemudian, jika sinkronisasi itu terganggu misalnya dengan membuat sentuhan robot sedikit tidak sinkron, maka ia dapat tiba-tiba merasa seperti ada orang lain yang hadir.
Cara kerja otak tersebut pun dapat diterapkan pada situasi 'ketindihan'. Jika merasa seperti ada yang hadir pada saat tidur, maka hal tersebut bisa terjadi karena semua informasi yang biasa tentang tubuh dan indera seseorang yang merasakannya terganggu.
(nwk/nwk)