Detikers pernah merasa ingin meringkuk saja, setelah seharian bekerja keras di depan komputer? Sebuah studi yang meneliti kaitan antara kelelahan mental dan metabolisme otak, mengungkap bahwa hal semacam ini adalah respons fisiologis terhadap pekerjaan yang menguras mental.
Sebuah studi yang diterbitkan pada Agustus 2022 di jurnal Current Biology menemukan bahwa orang-orang yanug lebih dari enam jam mengerjakan tugas melelahkan mental ternyata punya tingkat glutamat lebih tinggi. Glutamat adalah molekul untuk aktivitas sinyal penting di otak.
Kebanyakan glutamat bisa mengganggu fungsi otak. Karena itu, orang membutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan pengaturan molekul tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelelahan Otak
Ahli saraf kognitif Antonius WIehler dari Paris Brain Institute dan rekan-rekannya berpendapat bahwa efek kelelahan kognitif bisa disebabkan perubahan metabolisme di otak. Wiehler dan tim mengukur kadar glutamat di wilayah otak yang disebut korteks prefrontal lateral.
Wilayah korteks prefrontal lateral adalah area kontrol kognitif yang memungkinan manusia bisa menekan impuls.
Sebagai contoh, saat seseorang disengat serangga, maka dia mungkin ingin menggaruknya. "Jika Anda menghentikan refleks ini, itu akan menjadi kontrol kognitif," ujar Wiehler, dikutip dari Nature.
Para peneliti ini kemudian menemukan, peserta yang mengerjakan tugas lebih sulit memiliki lebih banyak kadar glutamat di dalam otaknya ketimbang mereka yang mengerjakan tugas lebih mudah. Saat para peserta riset diberi pilihan antara hadiah uang tunai langsung atau hadiah lain yang lebih besar beberapa bulan kemudian, para peserta itu cenderung memilih hadiah jangka pendek yang lebih kecil.
Studi mengenai kelelahan kognitif ini juga bisa membantu memahami bagaimana reaksi dan cara pemulihan dari pekerjaan mental berisiko tinggi, contohnya pengontrol lalu lintas udara.
"Akan sangat bagus untuk mengetahui lebih banyak tentang bagaimana tingkat glutamat dipulihkan," kata Wiehler.
"Apakah tidur membantu? Berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan untuk memberikan efek positif?" lanjutnya.
Baca juga: Orang Kidal Lebih Pintar, Mitos atau Fakta? |
(nah/twu)