Fosil Kelelawar Tertua Ditemukan, Usianya 52 Juta Tahun

ADVERTISEMENT

Fosil Kelelawar Tertua Ditemukan, Usianya 52 Juta Tahun

Cicin Yulianti - detikEdu
Sabtu, 15 Apr 2023 13:00 WIB
Fosil kelelawar tertua berusia 52 juta tahun Icaronycteris gunnelli Rietbergen et al., 2023, PLOS One, CC0 via Smithsonian Magazine
Foto: Fosil kelelawar tertua berusia 52 juta tahun Icaronycteris gunnelli Rietbergen et al., 2023, PLOS One, CC0 via Smithsonian Magazine
Jakarta -

Baru-baru ini para arkeolog berhasil menemukan fosil kelelawar di Wyoming Barat, Amerika Serikat. Usianya diperkirakan sekitar 52 juta tahun, sehingga menjadi fosil kelelawar tertua yang pernah ditemukan hingga saat ini.

Kerangka fosil ditemukan pada batuan kapur yang terakumulasi sebagai sedimen di Green River Formation. Banyak arkeolog yang berhasil menguak jejak sejarah dan sekitar 30 fosil kelelawar telah ditemukan di danau tersebut dalam setengah abad terakhir ini.

Dalam catatan penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, para peneliti menuliskan bahwa keberadaan fosil spesies Icaronycteris gunnelli tersebut menjadi penemuan hebat. Kerangkanya menunjukkan bahwa jenis kelelawar tersebut menjadi yang paling kerdil dalam genusnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Science News, Zhe Xi Luo, Ahli Paleontologi Vertebrata di University of Chicago menjelaskan jika kebiasaan kelelawar purba ini sama dengan kelelawar modern yakni bertengger dan tergantung terbalik di pepohonan.

Jenis Kelelawar Terkecil

Melansir IFL Science, ciri yang dari kelelawar purba tersebut antara lain memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dari kelelawar modern, terdapat cakar pada jari sayap, lengan bawah yang pendek sedangkan sayapnya lebih lebar, serta giginya yang berbeda.

ADVERTISEMENT

I gunnelli memiliki ukuran sayap 7 persen lebih kecil dari kelelawar yang saat ini masih hidup dan berkeliaran di sekitar kita. Berat tubuhnya pun sekitar 22,5 hingga 28,9 gram atau setara dengan berat sebuah bola tenis.

Ciri-cirinya yang mirip dengan kelelawar modern membuat para peneliti tidak menelusuri lebih jauh soal evolusi hewan tersebut.

"Kami tidak lebih dekat untuk mengetahui dari jenis makhluk apa kelelawar berevolusi," kata Brock Fenton, Ahli Paleontologi Vertebrata yang terlibat penelitian juga dalam situs Science News, dikutip Sabtu (15/4/2023).

Spesies yang Baru Ditemukan

Mengutip Live Science, para peneliti membandingkan fosil baru dengan kerangka utuh dari enam spesies kelelawar Eosen serta dengan gigi terisolasi dari dua spesies punah lainnya dan dengan kerangka kelelawar hidup.

Hasilnya menunjukkan bahwa kerangka kelelawar yang baru ditemukan adalah spesies baru dalam keluarga Icaronycteris yang baru ditemukan.

"Setelah membandingkan pengukuran dengan kelelawar lain, jelas menonjol sebagai spesies yang berbeda. Saya sangat bersemangat, dan bertanya-tanya, bahwa mungkin keanekaragaman kelelawar dari Eosen awal jauh lebih tinggi dari yang kita duga" ujar Rietbergen Ahli Paleontologi Kelelawar dan Manajer Koleksi di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden, Belanda.

Berdasarkan analisis mereka, para peneliti berpendapat bahwa kelelawar Sungai Hijau berevolusi secara independen dari kelelawar Eosen lainnya.

"Begitu kita memiliki pandangan yang baik tentang keanekaragaman kelelawar, kita dapat mempelajari adaptasi evolusioner dan mungkin menemukan petunjuk yang akan membawa kita lebih dekat pada penemuan nenek moyang kelelawar," terang Rietbergen.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads