Siapa yang belum pernah mencoba kerang hijau? Kerang hijau (Perna viridis) adalah jenis kerang yang sangat terkenal di Indonesia. Spesies ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan, karena selain mudah ditemukan di perairan Indonesia, juga memiliki nutrisi yang cukup lengkap bagi tubuh manusia.
Kerang hijau mengandung protein yang sangat tinggi, yaitu sekitar 20-25% dari berat keringnya. Selain itu, kerang hijau juga mengandung lemak tak jenuh, asam lemak omega-3, dan mineral seperti kalsium, fosfor, zat besi, dan seng. Kandungan nutrisi ini sangat penting bagi kesehatan manusia, terutama untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan sistem kardiovaskular.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi kerang hijau di Indonesia terus mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2017, produksi kerang hijau mencapai 264.728 ton dan pada tahun 2021, produksi meningkat menjadi 348.880 ton. Indonesia juga berhasil meningkatkan ekspor kerang hijau dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2017, nilai ekspor kerang hijau mencapai USD 5,5 juta dan pada tahun 2021, nilai ekspor meningkat menjadi USD 10,3 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara-negara tujuan ekspor kerang hijau Indonesia antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. Selain diekspor, kerang hijau juga memiliki pasar yang besar di dalam negeri. Konsumsi kerang hijau dalam negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya produksi. Kerang hijau menjadi salah satu bahan makanan yang diminati oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah pesisir.
Dengan segala potensi yang dimiliki, budidaya kerang hijau di Indonesia tak lepas dari beberapa tantangan. Salah satu tantangannya adalah kontaminasi logam berat. Logam berat seperti merkuri, timbal, arsenik, dan kadmium dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh kerang hijau akibat pencemaran lingkungan.
Pencemaran ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti limbah industri, pembuangan limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik, dan aktivitas pertanian. Konsumsi kerang hijau yang tercemar oleh logam berat dapat membahayakan kesehatan manusia. Beberapa efek kesehatan yang mungkin terjadi akibat konsumsi kerang hijau yang tercemar antara lain keracunan akut, keracunan kronis, dan gangguan kesehatan lain seperti kerusakan pada organ hati, ginjal, dan sistem saraf.
Selain logam berat, potensi senyawa Saksitoksin juga terjadi pada budidaya kerang hijau. Saksitoksin adalah senyawa racun yang diproduksi oleh beberapa jenis mikroorganisme seperti alga dan bakteri. Saksitoksin dapat terakumulasi di dalam tubuh hewan laut seperti kerang, tiram, dan ikan, serta menyebabkan keracunan makanan pada manusia. Kerang hijau dapat terkontaminasi oleh Saksitoksin jika terjadi peningkatan jumlah alga toksik di perairan tempat kerang hidup.
Penyebab peningkatan alga toksik ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak stabil, seperti perubahan suhu air laut dan pencemaran perairan. Proses pemanasan maupun hidrolisis tidak dapat menghilangkan Saksitoksin dari makanan laut.
Salah satu daerah yang mengalami peristiwa keracunan massal setelah mengonsumsi kerang hijau adalah Cirebon pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peristiwa keracunan telah menyebabkan dua warga meninggal dunia dan belasan warga di rawat di rumah sakit. Keracunan diduga disebabkan oleh konsumsi kerang hijau yang mengandung saksitoksin. Hasil Penelitian Nurlina dan Liambo (2018) menunjukkan bahwa Kerang hijau berasal dari daerah budidaya tersebut yang diduga mengalami ledakan populasi mikroalga Pyrodinium bahamense.
Saya melakukan penelitian tentang kandungan biotoksin pada kerang hijau asal perairan Cirebon tahun 2018. Hasil pengujian menunjukkan Saksitoksin terdeteksi berada di rentang 0,0008-0,0383 mg/kg sampel kekerangan segar. Nilai tersebut menunjukkan daya toksin yang rendah, karena batas maksimum adalah 0,8 mg/kg (BSN 2009).
Untuk menghindari konsumsi kerang hijau yang tercemar oleh logam berat dan biotoksin, kita perlu memperhatikan asal-usul dan kualitas kerang hijau yang akan kita konsumsi. Pastikan kerang hijau yang akan kita beli berasal dari perairan yang terjamin kebersihannya dan telah melalui proses pengolahan yang aman.
Selain itu, kita juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar, terutama dalam hal pengelolaan limbah. Kita bisa memulainya dari diri sendiri dengan tidak membuang sampah sembarangan dan membuang limbah rumah tangga dengan benar.
Pemerintah juga perlu memperketat pengawasan terhadap industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang melanggar aturan. Dengan demikian, kita dapat meminimalisir risiko tercemarnya kerang hijau dan menjaga kesehatan kita serta keluarga.
Izhamil Hidayah adalah Peneliti Muda pada Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
(nwy/nwy)