Ikan Buntal: Bisa Kayak Balon, Beracun, dan Tak Bisa Sembarangan Dimakan!

ADVERTISEMENT

Ikan Buntal: Bisa Kayak Balon, Beracun, dan Tak Bisa Sembarangan Dimakan!

Zefanya Septiani - detikEdu
Rabu, 15 Mar 2023 16:00 WIB
Keracunan Ikan Fugu Beracun Koma
Foto: Istimewa
Jakarta -

Ikan buntal/buntek alias fugu atau puffer fish dikenal lucu bentuknya, bisa mengembang seperti balon. Namun, jangan sembarangan dimakan karena ikan ini beracun melebihi sianida!

Racunnya meski mematikan, ternyata bisa dimanfaatkan dalam bidang farmasi. Dan di Jepang-Korea, ikan ini dimakan lho detikers, namun harus diolah oleh koki yang disertifikasi khusus.

Yuk, mengenal keunikan ikan buntal yang mengutip dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), laman IPB University, National Geographic, BBC, Guardian, Nikkei Asia, buku Ragam Jenis ikan Hias Air Tawar Populer karya Putra Indah, buku Ikan Berbisa dan Beracun yang diterbitkan oleh Penerbit IPB Press, buku Aku Ingin Tahu Sains 2: Kehidupan di Air Tawar terbitan Elex Media Komputindo, dan buku Eco Leather Penyamakan Ikan Buntal ditulis RLMS Ari Wibowo dkk dari laman repository UGM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taksonomi Ikan Buntal

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Sub-filum: Vertebrata
Kelas: Actinopterygii
Sub-kelas: Neopterygii
Ordo: Tetraodontiformes
Sub-ordo: Tetraodontoidei
Famili: Tetraodontidae
Sub-famili: Tetraodontinae
Genus: Tetraodon Linnaeus
Spesies:

Diodon hystrix (ikan buntal duren)
Diodon holocatus (ikan buntal landak)
Rhyncostrcion nasus (ikan buntal kotak)
Tetronomus gibbosus (ikan buntal tanduk)
Arothon reticularis (ikan buntal kepala)
Arothon immaculatus (ikan buntal pasir)
Arothon aerostaticus (ikan buntal tutul)
Tetraodon lunaris (ikan buntal pisang)
Chonerhinos naritus (ikan buntal kuning)

ADVERTISEMENT

Morfologi, Ciri, Habitat dan Perilaku Ikan Buntal

Ordo Tetraodontiformes berasal dari morfologi gigi ikan ini, yaitu memiliki dua gigi besar pada rahang atas dan bawahnya yang cukup tajam. Ikan ini banyak ragamnya di perairan tropis namun tidak banyak di daerah subtropis maupun perairan dingin. Ikan buntal hidup di perairan umum seperti danau dan sungai.

Di Asia ikan buntal menyebar di Jepang, India, Myanmar, Thailand, Singapura dan Philipina. Di Indonesia sendiri, ikan buntal tersebar di seluruh perairan seperti Pulau Weh, Sumatera (Bagan Siapi-api, Sibolga, Deli), Pulau Bintang, Pulau Bangka, Pulau Jawa (Jakarta, Karawang, Subang, Cilacap, Semarang, Surabaya), Madura, Kalimantan (Pemangkat, Singkawang, Pontianak, Sungai Kapuas, Banjarmasin, Sungai Mahakam).

Bentuk dan karakteristik ikan dari Famili Tetraodontidae yang secara umum sama. Ikan buntal secara umum berbentuk seperti torpedo yang pada bagian luarnya terdapat sirip
yang mengandung 7-18 bagian halus. Sirip pada bagian bawah terbentang vertikal sejajar dengan sirip punggung yang juga mengandung 7-18 bagian halus. Sirip bagian belakang berbentuk bulat cekung. Sirip pada bagian dada berada di belakang insang. Sirip bagian punggung dan bagian belakang merupakan sumber utama tenaga penggerak, sedangkan bagian sirip lainnya biasanya digunakan sebagai alat kemudi.

Gigi-gigi yang ada dalam rahang cukup kuat membentuk 4 bagian yang terlihat jelas di garis rahangnya. Fungsi gigi-gigi ini untuk menghancurkan cangkang moluska dan udang-udangan, juga ikan-ikan kecil hingga kepiting, makanan utama ikan buntal. Mata ikan buntal sebenarnya cukup besar bagi tubuhnya yang mampu bergerak secara bebas. Ikan buntal memiliki perut yang mulus dan bagian sebaliknya memiliki duri.

Ciri utama ikan buntal ini, tubuhnya bisa mengembang seperti balon serta mengeluarkan duri tajam untuk melindungi dirinya dari pemangsa. Ikan buntal dapat mengembung dan mengempiskan badannya karena ia memiliki badan yang lentur. Salah satu upaya untuk mengembungkan badannya adalah dengan cara meminum air sebanyak-banyaknya. Biasanya mereka akan mengembung jika musuhnya mendekat.

Air yang diminum oleh ikan buntal lalu ditahan dalam tubuhnya yang menyebabkan badannya membesar sampai dua kali. Lalu bintik-bintik hitam ikan ini akan mengembang menjadi duri-duri tajam. Pada saat mengembang ikan buntal bisa melayang-layang seperti bola yang berduri. Proses mengembang bak balon ini bisa bertahan selama 2 jam.

Ukuran tubuh yang dimiliki ikan buntal terbilang cukup kecil yaitu hanya sekitar 4-5 cm tetapi pada saat mengembung ia bisa menambah besar hingga dua kali, bahkan ukuran tubuh ikan buntal dapat mencapai 17 cm (6 ΒΎ inchi).

Ikan buntal ini cukup agresif perilakunya, tidak segan menyerang bagian sisik atau sirip ikan lain yang dianggap sebagai musuhnya. Ikan buntal juga dapat memakan bagian sirip ikan yang jadi mangsanya, menyerang mangsanya yang bergerak kemudian memakan mangsanya dengan cara menerkam dan mengigitnya. Apabila ukuran mangsanya lebih besar, ikan
buntal dapat membunuh mangsanya terlebih dahulu kemudian memakannya secara bertahap sampai habis.

Ikan ini mengandung sejenis racun yang sangat mematikan, yaitu tetrodotoxin, terutama di bagian organ hati, ovarium, dan kulit. Ikan buntal sering dijadikan ikan hias dalam akuarium dan biasanya dapat dipelihara secara kelompok dengan sesama jenisnya.

Racun Ikan Buntal

Ikan buntal memiliki racun yang sangat kuat di dalam tubuhnya yaitu racun tetrodo (tetrodotoxin/TTX) yang terdapat pada hati, gonad atau organ reproduksi, usus dan kulit. Zat ini akan membuat mereka terasa busuk dan sering kali mematikan.

Racun yang terdapat pada ikan buntal diduga berasal dari makanan yang mereka konsumsi seperti alga, ubur-ubur, spons dan makanan lain yang beracun. Hal ini juga dikaitkan dengan musim reproduksinya karena pada saat musim reproduksi makanan yang dikonsumsi digunakan untuk sumber energi dan meningkatkan hormon reproduksi sehingga beracun.

Senyawa yang dimiliki oleh racun TTX merupakan senyawa yang dapat larut dalam air dan tahan panas. Tidak hanya itu senyawa ini juga tidak mengubah warna dan rasa ikan sehingga kita harus benar-benar berhati-hati.

Meskipun ikan buntal kebal terhadap TTX tetapi racun ini sangat mematikan bagi manusia. TTX ini dapat mematikan saluran sodium di sistem syaraf. Hasil analisis menunjukkan, kematian dapat terjadi pada asupan sebanyak 25 mg secara oral oleh manusia dengan asumsi berat badan 75 kg. Gejala keracunan dapat terlihat 15 menit usai terkonsumsi dengan toksisitas mencapai 20 hingga 1.200 kali sianida. Gejalanya mulai dari gatal di bibir, lidah, sakit kepala, mual, diare atau muntah, kesulitan berjalan, kelumpuhan hingga kematian. Racun yang terdapat dalam satu ikan buntal dapat membunuh hingga 30 manusia dewasa. Hingga saat ini belum ditemukan obat penawar bagi menangani keracunan ikan buntal.

Beberapa kasus keracunan yang terjadi di Indonesia di antaranya pada tahun 2010 dan 2008 di Cirebon. Kasus keracunan ikan buntal juga terjadi di beberapa daerah seperti
Tapanuli Tengah, Bengkulu dan Maluku. Pada 2018, seorang warga Desa Mliwang, Tuban, Kasmini usai memakan telur ikan buntal, kemungkinan akibat keracunan TTX yang terdapat pada ovarium ikan dan mengkontaminasi telurnya. Kasus terbaru pada 2021, 13 warga Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga keracunan setelah makan ikan buntal, 4 orang di antaranya tewas.

Meskipun berbahaya, TTX ternyata dapat dimanfaatkan terutama pada bidang farmasi. TTX dapat digunakan sebagai obat anastesi lokal (dapat memblok syaraf). TTX yang dicampur dengan bupivacaine dan dexamethasone dapat meningkatkan waktu anastesi. Obat berbahan dasar dari TTX yang pertamakali dipasarkan adalah Tectin. Dalam dosis kecil, obat ini sangat mampu mengurangi rasa sakit kronis yang dialami oleh pasien kanker.

Pengolahan Ikan Buntal di Jepang

Ikan fuguIkan fugu Foto: South China Morning Post

Ikan buntal alias fugu di Jepang dimakan. Namun tidak semua orang dapat mengolah ikan ini. Jepang memiliki tes standar nasional untuk para koki yang dirancang untuk memastikan keselamatan dalam persiapan hidangan yang berpotensi mematikan ini.

Kementerian Kesehatan Jepang, baru saja menambahkan persyaratan lisensi untuk mengonfirmasi bahwa koki yang menyiapkan fugu tahu cara menghilangkan bagian beracun. Namun, saat ini persyaratan dapat berbeda mengikuti pemerintah daerah.

Pengolahan ikan fugu di Jepang hanya boleh dilakukan oleh koki yang sudah memegang lisensi fugu. Jepang berharap dapat meningkatkan ekspor makanan laut dengan meningkatkan standar persiapan fugu. Saat ini ekspor fugu jauh lebih kecil dibandingkan dengan makanan laut utama seperti scallop.

Selain berfokus kepada diperkuatnya standar sertifikasi fugu di Jepang, pemerintah juga fokus terhadap perubahan ekosistem. Akibat pemanasan global, fugu melakukan migrasi ke utara dan menyebabkan perkawinan silang antar spesies ikan buntal.

Hal tersebut menyebabkan peningkatan jumlah hibrida ikan buntal. Konsumen lebih mungkin sakit atau mati karena bagian beracun ikan buntal hibrida berbeda dari spesies asli. Kementerian kesehatan akan menyelidiki dan melaporkan kondisi hibrida ikan buntal kepada pemerintah daerah secara teratur.

Dikutip dari laman Matcha Japan, ikan buntal ini bisa disajikan mentah sebagai sashimi, sushi, dibakar, dibuat jeli, siripnya bisa dibuat rendaman sake, digoreng tepung dan sebagainya. Karena penyajian dan pengolahannya membutuhkan koki yang berlisensi nasional, maka tak heran harga sajian ikan buntal cukup mahal.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads