Baru-baru ini terjadi kasus bunuh diri seorang siswa kelas IV SD di Banyuwangi. Diduga, anak tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya lantaran depresi karena sering di-bully tidak memiliki ayah oleh teman-temannya.
Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair) sekaligus ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) Wiwin Hendriani mengatakan, kendati jarang terjadi, kasus ini merepresentasikan soal kondisi psikologis anak yang dapat membuat dirinya mengambil keputusan perilaku sangat fatal.
Menurutnya, kasus semacam ini harus menjadi perhatian bagi orang tua, guru, dan pendamping tumbuh kembang anak untuk melakukan langkah preventif supaya kejadian serupa tidak terulang kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menjadi refleksi pula bagi pihak orangtua, guru, dan para pendamping tumbuh kembang anak yang lain untuk melakukan langkah-langkah preventif agar kasus serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari," tegasnya.
Dampak Bullying terhadap Kondisi Psikologis Anak
Menurut Wiwin, semakin sering frekuensi perudungan yang dialami seorang anak, maka semakin tinggi pula intensitas dan variasi tipe perundungannya. Tentunya, hal tersebut akan menimbulkan dampak yang semakin besar.
1. Stres dan Cemas
Wiwin menuturkan bahwa anak yang mengalami perubdungan akan merasa stres dan cemas setiap hari. Kondisi ini muncul karena anak merasa tidak aman dan tidak tahu kapan atau di mana serangan berikutnya akan terjadi.
2. Depresi
Dampak selanjutnya dari perundungan terhadap anak adalah dapat membuat korban merasa depresi. Seseorang yang mengalami perubdungan akan merasakan kesedihan yang mendalam, kehilangan minat pada hal-hal yang biasa dia sukai, merasa putus asa, hingga kehilangan harapan akan masa depan.
3. Merasa Rendah Diri dan Tidak Berharga
Korban dari perundungan akan merasa tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah situasi. Menurut Wiwin, biasanya mereka akan melakukan isolasi sosial.
"Tidak sedikit dari korban perundungan yang kemudian mengalami isolasi sosial. Mereka merasa terisolasi dari teman-teman, sulit untuk bergaul dan merasa tidak ada yang bisa mereka percayai atau ajak berbicara. Ini dapat terjadi jika teman-teman yang lain di luar pelaku perundungan juga tidak ada yang berusaha membantu atau memberikan dukungan yang menguatkan secara mental," jelasnya.
4. Memicu Kekerasan dan Agresi
Korban dari perudungan pun berpotensi menyalurkan emosinya ke dalam bentuk kekerasan maupun agresi. Emosi kekesalan, marah, dan frustrasi akan membuat mereka merespon tekanan dengan melakukan kekerasan dan agresi baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
5. Gangguan Pola Makan dan Tidur
Kondisi penuh cemas dan ketidaknyamanan akan mengakibatkan gangguan pola makan dan tidur.
"Terakhir, berbagai gangguan perilaku yang lain, seperti gangguan pola makan dan tidur yang diakibatkan oleh kondisi pikiran dan emosi yang dipenuhi oleh kecemasan dan ketidaknyamanan yang lain juga bisa terjadi," pungkasnya.
(twu/twu)