Gorila merupakan salah satu jenis satwa yang terancam punah. Primata terbesar di dunia ini berasal dari hutan tropis di Afrika. Sayangnya, gorila yang memiliki DNA 97-98% identik dengan DNA manusia saat ini terancam punah.
Bennett dan Davies menyatakan bahwa satwa yang terancam punah memiliki resiko kepunahan yang tinggi. Tentunya hal ini menyebabkan keberadaan gorila semakin terancam. Salah satu penyebab kepunahan satwa adalah perilaku manusia yang mengakibatkan hilangnya habitat satwa.
Yuk, simak informasi selanjutnya mengenai gorila yang melansir dari buku Gorilla Society karya Alexander H Harcourt, Buku PIntar Hewan Buas karya Jumanta, Jurnal "Perilaku Harian Great Apes (Gorilla gorilla, Pantroglodyxtes blumenbach, Pongo pygmaeus pigmaeus) di Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan Jakarta", dan buku Gorila karya Sally Morgan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taksonomi Gorila
Gorila memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
- Kerajaan: Animalia
- Filum: Chordata
- Kelas: Mamalia
- Ordo: Primates
- Famili: Hominidae
- Genus: Gorilla
- Spesies: Gorilla gorilla
Seperti yang kita ketahui, gorila masuk ke dalam famili Hominidae bersama simpanse dan orang utan. Groves menyebutkan bahwa klasifikasi gorilla ke dalam famili Hominidae juga sama seperti klasifikasi manusia. Hal ini menyebabkan gorila juga memiliki susunan DNA yang menyerupai manusia.
Ukuran Tubuh
Kera besar merupakan ukuran primata terbesar di dunia. Gorila sendiri merupakan spesies dari kera besar yang paling besar. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa gorila merupakan primata yang memiliki ukuran paling besar di dunia seperti yang disebutkan oleh Mitani dkk; Plavcan; Smith dan Cheverud.
Gorila jantan dewasa memiliki berat yang mencapai 165 kg sedangkan gorila betina dewasa memiliki berat setengahnya atau sekitar 80 kg. Gorila jantan tidak hanya memiliki ukuran yang lebih besar tetapi juga memiliki karakteristik seksual sekunder yang khas.
Karakteristik seksual sekunder yang dimiliki oleh gorila jantan adalah mereka lebih terkait dengan keberhasilan kawin dibandingkan dengan keberlangsungan hidup ataupun pengasuhan keturunan.
Gorila juga memiliki dimorfisme seksual yang mencerminkan sistem perkawinan suatu spesies. Pada mamalia, dimorfisme seksual mencolok disebabkan oleh seleksi seksual yaitu persaingan kawin jantan dalam memilih betina yang memiliki sifat yang dapat digunakan untuk mengintimidasi pesain dan memberikan kesan yang baik pada pasangan.
Smuts menyebutkan bahwa dimorfisme seksual dapat memengaruhi kehidupan sosial para gorila. Hal tersebut tercermin pada gorila jantan memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku gorila betina.
Baca juga: Apakah Hewan Bisa Tertawa Seperti Manusia? |
Habitat Gorila
Gorila liar diketahui hidup di hutan-hutan di Afrika. Namun, saat ini habitat gorila untuk bertahan hidup sudah sangat sempit. Hal ini disebabkan karena banyaknya hutan Afrika yang telah ditebang sehingga habitat gorila menjadi menyempit.
Gorila dataran rendah barat banyak kita temukan di Kongo bagian barat dan Gabon. Gorila dataran rendah timur dapat kita jumpai di Kongo bagian timur. Sedangkan gorila gunung dapat ditemukan di gunung-gunung di Rwanda, Uganda dan Kongo bagian timur.
Dapat kita ketahui bahwa gorila menyukai hidup pada hutan yang mempunyai persediaan makanan yang melimpah bagi mereka. Namun, gorila tidak menyukai hidup pada hutan yang lebat karena ukuran tubuhnya yang besar. Mereka lebih menyukai untuk hidup pada hutan keluarga bersama kumpulannya.
Biasanya gorila akan hidup berkelompok yang terdiri atas 3 hingga 30 ekor. Uniknya, dalam kumpulan tersebut biasanya hanya terdiri dari satu gorila jantan dewasa (punggung perak), tiga atau empat gorila betina dewasa dan lima atau enam gorila muda. Gorila jantan dewasa akan menjadi pemimpin dalam kelompok tersebut.
Masa Hidup Gorila
Masa hidup hewan primata sulit untuk dilacak dan diketahui karena kematiannya biasanya tidak terlihat. Perhitungan akan kematian gorila dilakukan dengan cara menghitung jumlah gorila yang menghilang. Namun, hal ini tidak menghasilkan angka yang pasti karena dapat terjadi akibat imigrasi.
Penghitungan akan masa hidup gorila memakan waktu studi yang cukup lama karena masa hidup yang dimiliki oleh satu gorila memiliki waktu yang lama pula. Robbins menemukan bahwa gorila gunung betina biasanya mati pada usia pertengahan dua puluh atau awal tiga puluh.
Gorila betina tertua yang ditemukan hingga saat ini adalah Effie dari kelompok studi Virunga yang tewas pada usia pertengahan empat puluh. Biasanya, betina pada mamalia dengan dimorfisme seksual memiliki jangka waktu hidup yang lebih panjang.
Perbedaan jangka hidup antara gorila jantan dan betina disebabkan karena gorila jantan memiliki kompetisi kawin dengan sesamanya. Dari tujuh studi yang dilakukan, gorila jantan yang ditemukan tewas secara alami memiliki rata-rata usia 26 tahun.
Perilaku Harian Gorila
Penelitian akan perilaku keseharian gorila dilakukan pada Pusat Primata Schmutzer yang dimana terdapat tiga gorila jantan dengan usia dan berat yang berbeda. Berdasarkan penelitian ini ditemukan beberapa faktor yang dapat memengaruhi bobot gorila.
Hasil yang ditemukan adalah terdapat dua gorila yang mengalami kenaikan berat badan yang disebabkan oleh pola makan. Namun, satu gorila lainnya mengalami penurunan berat badan yang disebabkan karena stres oleh pengunjung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Focal Animal Sampling. Hasil yang didapatkan adalah perilaku berpindah gorila lebih mendominasi dibandingkan perilaku makan dan istirahat.
Groves, dkk juga menyebutkan bahwa pada malam hari gorila akan tidur selama 13 jam dan beberapa jam pada saat siang. Gorila diketahui memakan makanan nabati tetapi terkadang gorila juga memakan belatung, cacing, larva dan serangga.
Namun, Arifin dalam studinya menyebutkan persentase terbesar dalam aktivitas gorila adalah beristirahat yang kemudian diikuti dengan perilaku berpindah gorila. Pernyataan ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan pada Pusat Primata Schmutzer.
(nah/nah)