Mengenal Teknologi Pemijahan Ikan Gabus

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Mengenal Teknologi Pemijahan Ikan Gabus

Dra Irin Iriana Kusmini M.Si - detikEdu
Sabtu, 04 Mar 2023 10:00 WIB
Dra Irin Iriana Kusmini M.Si
Dra Irin Iriana Kusmini M.Si
Irin iriana Kusmini dilahirkan di Bandung 17 Agustus 1962. Pendidikan S1 di Fakultas MIPA Jurusan Biologi UNPAD th.1985. Menyelesaikan Magister Sains (MSi) di Institut Pertanian Bogor th. 2009. Karir sekarang sebagai Peneliti Ahli Utama Gol IVc di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selama bekerja penulis pernah diangkat menjadi Ketua Kelompok Peneliti Genetik dan Perbenihan di BPPBAT KKP. Mendapat penghargaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pertanian (th.2001) dalam Tim pelepasaan Udang Galah Gimacro. Penghargaan juga diperoleh pada th. 2006 dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai anggota dalam rilis domestikasi Lobster Air Tawar hunamerah (Cherax quadricarinatus).
Ikan Gabus
Ikan gabus/ Foto: Kusmini
Jakarta -

Ikan gabus (Channa striata) adalah ikan asli Indonesia yang memiliki kandungan albumin sangat tinggi. Ikan tersebut dapat berperan dalam mempercepat penyembuhan pasca operasi, peningkatan gizi, juga dapat membantu mempercepat pemulihan beragam penyakit seperti sirosis hati, ginjal, luka yang besar, dan TBC.

Ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman hidup di dasar perairan dangkal, melalui proses domestikasi dan penerapan teknologi pemijahan (pengembangbiakan) dengan menggunakan hormon. Ikan gabus dapat memijah secara semi alami, sehingga dapat mempercepat proses pematangan gonad dan proses ovulasi dengan tingkat keberhasilan pemijahan yang lebih tinggi.

Kegiatan pembenihan ikan gabus relatif masih langka dan belum banyak dilakukan di masyarakat. Hal ini disebabkan minimnya informasi mengenai teknologi pembenihan ikan gabus. Pembudidaya ikan gabus ada di Kalimantan (Kabupaten Kapuas), di Sumatra (Kabupaten Banyuasin), dan di Pulau Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara alami ikan gabus memijah pada musim hujan, ketersediaan benih ikan gabus pada musim ini relatif banyak. Dalam rangka menunjang produksi ikan gabus, ketersediaan benih amat diperlukan, baik dalam kualitas maupun kuantitas, serta kesinambungannya. Pembenihan menjadi sangat penting mengingat benih yang berkualitas akan menghasilkan kualitas ikan yang baik untuk dijadikan induk maupun ikan konsumsi.

Umumnya indukan ikan gabus yang telah matang gonad adalah ukuran 150 mm - 185 mm, dengan bobot sekitar 150 - 200 g/ekor atau berumur 10- 12 bulan. Ciri-ciri visual pada ikan gabus yang sudah matang gonad adalah induk jantan yang matang ditandai dengan adanya titik pada lubang kelamin yang agak kemerahan dan apabila ditekan keluar cairan bening. Induk betina yang matang gonad ditandai dengan bagian perut membesar (buncit) lembek dan lubang kelamin kemerah-merahan, bila diurut keluar telur.

ADVERTISEMENT

Ikan GabusIndukan Ikan Gabus Betina/ Foto: (Sumber BPBAT Mandiangin)

Ikan GabusIndukan Ikan Gabus Jantan/ Foto: (Sumber BPBAT Mandiangin)

Pemilihan Induk

Secara Umum :
- Tidak cacat
- Sehat dan gerak lincah
- Tidak ada luka
- Warna cerah merata

Secara khusus :


Ciri induk gabus Jantan dan Betina

Ikan Gabus Foto: Kusmini

Pemijahan Ikan Gabus Secara Alami

Pemijahan secara alami biasanya terjadi pada musim hujan. Hal itu dapat dilakukan dalam kolam tanah, bak beton atau fibreglass. Kolam diberi eceng gondok untuk tempat menempel telur gabus seperti habitat di alam dan diberi potongan pipa untuk tempat bersembunyi ikan gabus.

Dengan kolam berukuran 4 m x 10 m x 0,8 m bisa dipelihara 10 ekor induk dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Induk-induk gabus dibiarkan memijah secara alamiah dan bertelur. Pemberian pelet pada pagi dan sore hari secukupnya. Perilaku pemijahan ditandai induk jantan bergerak mendekati dan mengelilingi induk betina sebagai tanda mulai terjadi ovulasi.

Saat terjadi pemijahan induk jantan melengkungkan tubuh pada tubuh induk betina. Kemudian induk betina mengeluarkan telur diikuti induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur. Telur-telur yang mengandung lemak akan mengapung atau menempel pada eceng gondok, setelah pemijahan selesai maka kedua induk ikan gabus akan menjaga telur dengan cara bergerak berputar di bawah permukaan air.

Ikan gabus bersifat partial spawning yaitu memijah sebagian di mana seluruh telur tidak dikeluarkan semua sehingga induk ikan akan memijah hingga 2-3 kali dengan interval waktu yang tidak menentu. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur 10.000 - 11.000 butir. Pemanenan telur dapat dilakukan dengan sekupnet halus; dan telur siap untuk ditetaskan dalam wadah terkontrol. Telur yang telah dibuahi berwarna bening, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih. Diameter telur sekitar 0,9 -2,3 mm.

Pemijahan Buatan Semi Alami untuk Indukan yang Telah Matang Gonad

Ikan Gabus
Gambar indukan gabus yang telah matang gonad. Jantan (kiri) dan betina (kanan) (Sumber: Kusmini)

Pada pemijahan buatan secara semi alami, Induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 :1 yang telah matang gonad dengan tanda-tanda seperti telah diterangkan di atas, dibius terlebih dahulu menggunakan anestesi. Disuntik dengan 'human chorionic gonadootropin' (HCG) dengan dosis 500 IU/kilogram bobot badan yang berfungsi untuk menyeragamkan kematangan telur, setelah 12- 24 jam disuntik lagi dengan Ovaprim (LHRHa) 0,6 ml/kg bobot badan berfungsi mempercepat proses ovulasi dan pemijahan.

Teknis penyuntikan hormon Ovaprim dilarutkan dengan larutan infus/NaCl fisiologis dengan perbandingan 1 :1. Penyuntikan secara intramuscular di belakang sirip punggung atau di bagian sisi kanan, kiri sirip punggung dengan sudut penyuntikan 45 derajat. Sebaiknya penyuntikan pertama dan kedua dilakukan di tempat yang berbeda yaitu sirip punggung bagian kiri dan kanan agar tidak terjadi penumpukan hormon atau luka pada otot.

Indukan jantan jika telah matang gonad tidak perlu disuntik hormon. Hasil penelitian kedua dosis hormon tersebut (HCG dan Ovaprim) memiliki masa laten ovulasi tercepat dengan tingkat ovulasi tinggi, yaitu rata-rata masa laten ovulasi 21 jam 8 menit, dengan tingkat ovulasi 100 %, sedangkan yang tanpa perlakuan hormon rata-rata masa laten ovulasi 110 jam dengan tingkat ovulasi 66,6 %. Indukkan yang telah disuntik dimasukkan ke dalam hapa berukuran 2m x 2m x 1m, untuk 1 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina.

Sebagai pelindung tumbuhan air seperti eceng gondok ditebar dipermukaan hapa. Penerapan
teknologi pemijahan pada ikan gabus dengan menggunakan hormon dapat mempercepat proses pematangan gonad dengan tingkat keberhasilan pemijahan yang lebih tinggi. Setelah 24 - 26 jam telur yang dibuahi akan menetas dan anakannya biasanya berkumpul di dasar hapa mendekati induk-induknya.

Penetasan dan Pemeliharaan Benih Ikan Gabus di Kolam

Penetasan telur dapat di lakukan di kolam induk, setelah telur menetas, indukan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk. Kepadatan benih gabus di dalam kolam adalah 30 ekor/ liter air. Lama pemeliharaan larva di dalam kolam sebagai pendederan pertama akan berlangsung selama 1 - 2 bulan. Pakan yang disuplai dari luar berupa cacing sutera, pada umur 2 minggu akan dihasilkan benih seukuran 1 - 2 cm. Dua minggu berikutnya larva yang sudah menjadi burayak 3 - 4 cm itu diberi pakan cacing sutera dan dilatih pakan dengan pelet halus.

Parameter kualitas air sebagai pendukung dalam pemeliharaan ikan gabus, sebagai berikut:

Ikan GabusFoto: Kusmini

*Irin Iriana Kusmini adalah Peneliti Ahli Utama Gol IVc di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sedangkan Anang Hari Kristanto juga peneliti ahli utama BRIN.




(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads