Kisah Peneliti RI-Inggris Bantu Keamanan Nelayan dan Pelaut

ADVERTISEMENT

Kisah Peneliti RI-Inggris Bantu Keamanan Nelayan dan Pelaut

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 01 Mar 2023 18:36 WIB
Nelayan di Pandeglang kini sudah bisa melaut.
Foto: Aris Rivaldo/detikcom
Jakarta - Tahukah detikers, sensor gerak di smartphone bisa digunakan untuk mendeteksi masalah stabilitas di perahu kecil, dan mencegah bencana di laut?

Nah, kerjasama peneliti Indonesia dan Inggris menghasilkan mobile app dengan memanfaatkan teknologi tersebut untuk menjaga keamanan para nelayan dan pelaut di dunia.

App Kora Kora ini, namanya diambil dari kano tradisional Kepulauan Maluku, sudah diuji coba di perairan Indonesia dan akan dirilis untuk publik.

"Riset kami dengan University College London, UCL, kami membuat mobile app yang bisa signifikan meningkatkan keamanan orang-orang yang berprofesi di laut, termasuk nelayan dan pemilik perahu kecil," tutur Guru Besar ITS Prof Ir I Ketut Aria Pria Utama, MSc dalam rangkaian acara penghargaaan 75 Tahun British Council di Jakarta, Rabu (1/3/2023).

Guru besar ITS yang disapa Prof IKAP itu menuturkan, aplikasi ini tidak dipatenkan. Dengan demikian, mobile app ini bisa diakses gratis dan tanpa internet untuk masyarakat dunia yang beraktivitas di laut.

Kolaborasi ini diusung University College London (UCL), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Pattimura sebagai penerima hibah Newton Fund.

Newton Fund, yang di Indonesia dikenal sebagai UK-Indonesia Science and Technology Fund, didanai oleh UK Department for Business, Energy, and Industrial Strategy (BEIS) dan Kemendikbudristek, serta diluncurkan British Council.

Diluncurkan sejak 2014, hibah ini diberikan untuk membangun kerja sama riset dan inovasi dengan negara berkembang di penjuru dunia untuk mendorong perkembangan ekonomi dan kesejahteraan sosial negara rekanan.

Kenapa Buat Mobile App untuk Nelayan-Pelaut?

Prof IKAP mengatakan, sebagai negara maritim, Indonesia masuk tiga besar negara di dunia dengan tingkat kematian tertinggi di industri perikanan. Kondisi ini ditengarai pengawasan stabilitas perahu, desain lambung kapal yang buruk, dan budaya keamanan di tengah komunitas nelayan belum baik.

Lebih jauh, di masa pandemi, berlebihnya jumlah awak kapal dan muatan hasil tangkapan maupun perlengkapan melaut tidak hanya berisiko pada kematian langsung, tetapi juga penyebaran wabah COVID-19.

Di sisi lain, ia mengatakan, para nelayan umumnya tidak punya dana untuk menyediakan sensor gerak yang baik untuk mendukung stabilitas kapalnya.

Prof IKAP menjelaskan, saat kapal nelayan kecil makin masuk ke dalam air yang lebih dalam dan lebih banyak ikan, maka nelayan makin perlu mengetahui kondisi stabilitas kapalnya.

Untuk itu, kolaborasi peneliti Indonesia dan Inggris ini membuat mobile app yang akan memperingatkan nelayan tentang kondisi stabilitas dan keamanan di kapal.

Cara Kerja App Kora Kora

Prof IKAP menjelaskan, aplikasi Kora Kora dapat dipasang di smartphone terjangkau apa saja yang aktif atau memiliki daya baterai. Sebelum kapal melaut, smartphone diletakkan di deck dan aplikasi dihidupkan.

"Saat orang masuk, kapal akan goyang. Lalu akan muncul indikasi di smartphone, apakah kapal masih stabil dengan isi sekian orang dan perlengkapannya, atau tidak. Bisa juga melihat apakah orang di dalam kapal terlalu kapal atau salah posisi duduk (sehingga kapal tidak stabil)," tuturnya pada detikEdu.

Prof IKAP menjelaskan, app ini juga bisa mengindikasikan sebanyak apa hasil laut yang ditangkap dan dimuat dalam kapal. Sebab, jika berlebih dari muatan seharusnya, maka hasil tangkapan bisa mengganggu keselamatan. Di sisi lain, sambungnya, ada kecenderungan untuk menangkap sebanyak mungkin hasil laut.

"Jadi ini agar nelayan lebih wise juga mempertimbangkan seberapa tangkapan yang dibawa. Di samping untuk keselamatan, hasilnya (hasil laut) juga tidak hanya untuk kapalnya, tetapi juga berbagi dengan kapal lain," imbuhnya.

IKAP menuturkan, aplikasi ini akan tersedia dalam opsi setelan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedianya, app ini akan dikoordinasikan ke Kementerian KKP dan sosialisasi bersama ITS.

Sementara BT Chair of Maritime Engineering UCL Prof Giles Thomas menuturkan, dampak app yang luas ini signifikan bagi masyarakat dunia.

"Terutama Bangladesh dan Filipina, yang juga mengalami tingkat kematian nelayan tertinggi," pungkasnya.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads