Kilat diisukan muncul bersamaan dengan gempa Turki pada Senin (6/2/2023). Kilat itu tertangkap dalam sebuah video dan langsung viral di media sosial. Lalu apa penjelasan ilmiahnya?
Berdasarkan penelusuran detikEdu, video itu merupakan video yang beredar pada tahun 2022, bukan 2023 saat gempa Turki terjadi. Maka dari itu, kemungkinan besar video bukan merupakan video gempa Turki.
Namun Earthquake Light atau kilat saat gempa Bumi sebenarnya sesuatu yang benar terjadi. Para ilmuwan telah meneliti fenomena ini sejak puluhan tahun lalu.
Tentang Earthquake Light
Earthquake light atau kilat saat gempa Bumi merupakan kilat yang muncul sebelum atau saat gempa Bumi terjadi.
Masyarakat telah melaporkan penampakan earthquake light sejak 89 Sebelum Masehi (SM). Namun saat itu ilmuwan masih skeptis pada cahaya misterius ini.
Berkat teknologi sekarang, earthquake light mulai diyakini sebagai fenomena sains. Earthquake light pertama tertangkap kamera pada 1965 saat gempa Bumi Jepang.
Sejak itu, rekaman lain terus bergulir dan earthquake light bisa disaksikan di hampir seluruh wilayah di Bumi.
Mengapa Earthquake Light Terjadi?
Hingga saat ini, ilmuwan masih memperdebatkan penyebab pasti dari earthquake light. Beberapa teori antara lain:
1. Pecahan Atom Oksigen
Para ahli mengatakan bahwa sebelum gempa, tegangan di tanah dapat memecah kelompok atom oksigen bermuatan negatif. Ketika ini terjadi, atom-atom itu berlari ke permukaan.
Melansir dari Wonderopolis, para atom akan membentuk kelompok yang menghasilkan gas bermuatan yang memancarkan cahaya.
2. Efek Piezoelektrik
Teori lain mengusulkan bahwa tekanan tektonik menciptakan apa yang disebut efek piezoelektrik. Efek ini adalah keadaan di mana batuan pembawa kuarsa menghasilkan medan listrik yang kuat ketika dikompresi dengan cara tertentu. Hasilnya terlihat seperti kilat.
Daerah Earthquake Light
Earthquake light tidak terjadi di setiap gempa. National Geographic dalam situs resminya mengatakan, hanya 0,5 persen gempa yang disertai dengan kilat.
Menurut studi yang dirilis oleh Seismological Research Letters, gempa disertai kilat terjadi hingga 85 persen di lokasi retakan benua. Kemudian 15 persen lainnya terjadi dengan gempa Bumi yang disebabkan oleh dua lempeng yang saling bergeser satu sama lain (transform) dibanding lempeng yang didorong ke bawah (zona subduksi).
Pernahkah kamu melihat gempa Bumi disertai kilat ini, detikers?
Simak Video "Detik-detik Gempa M 6,4 Hantam Turki Saat Wartawan Lagi Live"
[Gambas:Video 20detik]
(nir/nwy)