Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dialog memiliki dua pengertian, yaitu percakapan dalam sandiwara atau cerita dan karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Jika kedua pengertian tersebut digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dialog atau percakapan adalah penggunaan bahasa secara langsung dalam percakapan baik lisan maupun tulisan.
Di dalam bahasa tulis, kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat langsung yang dilengkapi dengan tanda petik (") sebagai pembuka dan penutup percakapan. Hal ini dapat kita temukan dalam naskah cerita pendek, novel, ataupun roman. Sedangkan dalam drama, dialog dilengkapi dengan tanda titik dua (:) sesudah menyebutkan nama tokoh.
Kekhasan lain yang ditemukan dalam teks dialog adalah adanya kesatuan waktu, tempat, dan peristiwa dari kedua belah pihak (pembicara dan lawan bicara). Percakapan terjadi dengan bersemuka. Karena itu, dapat dipahami bila dalam teks dialog (juga dalam percakapan lisan) kalimat-kalimat yang digunakan dibentuk secara ringkas dan padat, demikian di kutip di buku Terampil Berekspresi: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia oleh JS Kamdhi.
Ciri Teks Dialog
Sebuah karya yang memuat unsur dialog di dalam teksnya, tentu terdapat ciri-ciri yang membedakannya dengan jenis-jenis tulisan lainnya. Adapun ciri-ciri dialog antara lain sebagai berikut:
1. Melibatkan dua tokoh atau lebih, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam percakapan tersebut
2. Ada tanya jawab diantara tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog
3. Dialog bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung
4. Membahas suatu topik
5. Berbicara menggunakan bahasa yang sama dan mudah dimengerti
6. Saling mendengarkan
Aturan Menulis Dialog
Dalam penulisan dialog ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut aturan-aturan untuk menulis dialog, seperti dikutip di buku Bahasa Indonesia Kelas X oleh Suherli:
1. Mulailah dengan paragraf baru setiap kali pembicaraannya berganti, meskipun si pembicara hanya mengucapkan sepatah kata. Kecuali, dialog yang dipotong sedikit lalu dilanjutkan kembali
2. Huruf pertama menempel tanda (tanda spasi) dengan kutip buka dan tanda baca atau huruf terakhir menempel dengan kutip tutup. Contoh: "Berapa hari kamu di Jakarta?"
3. Huruf kapital di awal dialog, kalimat dialog sekalipun diawal petik dianggap sebagai awal kalimat sehingga perlu ditulis dengan huruf kapital. Contoh: "Saya mau berhenti dari tempat kerja ini!"
4. Jika kalimat dijeda, maka kalimat pada petik berikutnya dianggap lanjutan sehingga ditulis dengan huruf kecil. Contoh: "Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku."
5. Titik, koma, tanda tanya, tanda seru, pada akhir kalimat terletak di dalam petik, bukan di luar petik. Contoh: "Sini! Lihat tuh, dengan mata kepalamu!"
6. Koma digunakan jika menggunakan narasi setelah tanda petik. Contoh: "Tapi engkau harus belajar mando, duduk menangkup serata lantai," demikian Resmi berkata dengan tertawa.
7. Apabila diawali narasi sebelum dialog, maka perlu diawali tanda koma yang menempel pada kalimat narasi. Contoh: Nyai Raden Teja Ningrum menentang Ratna sejurus, lalu berkata dengan tajam, "Menurut adat lembaga Sunda, tidak patut menyebut nama itu di depan muka ibunya, anak saya lazim dikenal orang dengan nama Agan!"
8. Titik digunakan jika dialog berhenti tanpa keterangan narasi. Contoh: "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa."
Langkah Menulis Dialog
Setelah mengetahui aturan tentang penulisan dialog, maka detikers juga perlu mengetahui bagaimana cara menyusun dialog yang baik dan benar. Adapun cara atau langkah dalam menyusun dialog, seperti dikutip di buku Bahasa Indonesia 2 oleh Sri Sutarni, sebagai berikut:
1. Menetapkan Tema
Syarat tema yang baik adalah membahas persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
2. Menentukan Tokoh yang Terlibat dalam Dialog
Menentukan penokohan berupa penentuan watak dan nama tokoh. Penentuan nama tokoh harus sesuai dengan tema cerita, watak, dan latar belakang karakternya.
3. Menentukan Latar (Setting)
Latar merupakan bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa. Latar terbagi menjadi dua, yaitu latar sosial (berupa waktu, suasana, dan bahasa) dan latar fisik berupa benda-benda sekitar tokoh (rumah, pakaian, dan lain-lain)
4. Merangkai Jalan Cerita (Alur)
Terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan, permasalahan, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Agar cerita lebih hidup, penulis bisa memodifikasi dengan mengubah urutan (tahapan) alur tersebut.
5. Menentukan Permasalahan (Konflik)
Berupa gambaran pertentangan atau pertikaian dua pihak yang berlawanan. Konflik bisa terjadi antara satu tokoh dan tokoh lainnya, tokoh dan lingkungan (masyarakat), serta tokoh dengan dirinya sendiri.
6. Menggunakan Kata yang Sesuai
Menggunakan kata-kata sehari-hari atau kata yang biasa diucapkan oleh kebanyakan orang, bisa dipahami oleh pembaca, dan memilih kalimat yang singkat tetapi mengandung kesan tertentu bagi pembaca.
Contoh Teks Dialog
Untuk membantu detikers memahami lebih dalam tentang dialog, ada baiknya untuk mempelajari contoh dialog terlebih dahulu. Berikut contoh dialog, seperti dikutip dari buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII oleh Erwan Rachmat:
Penantian
(Karya Lukman Riyadi)
Ruangan rumah yang sederhana, terlihat foto keluarga dan perabotan rumah yang serba sederhana. Terdengar suara-suara kicau burung menyambut datangnya pagi. Musik terdengar syahdu yang menggambarkan suasana pedesaan.
Ibu : "Sudah beberapa tahun aku dan anakku seperti kehilangan sesuatu. Apakah ini adalah kutukan atau mimpi jika seorang anak rindu bertemu bapaknya? Sejak suamiku memutuskan merantau, tinggallah aku dan anakku berdua. Suamiku berjanji akan datang di penghujung bulan purnama."
Datanglah si anak yang terlihat lesu, kemudian duduk di kursi.
Anak : "Bu, sudah delapan purnama kita menunggu kedatangan Bapak. Akankah ini cuma sekedar penantian, Bu?
Ibu : "Nak, sudah 20 tahun Ibu menikah dengan bapakmu. Dia sosok bapak yang bertanggung jawab atas keluarganya. Ibu yakin, Bapak kamu tidak akan ingkar janji, Nak."
Anak : "Aku tahu, Bu, tapi ini beda, Bu. Berapa lama lagi kita harus menunggu Bapak? Apakah Bapak di sana baik-baik saja?"
Ibu : "Kita harus yakin, Nak. Bapak pasti pulang dan membawa sejuta kejutan kebahagiaan bagi kita. Bersabarlah."
Hening, si anak lama berpikir dan menarik napas panjang.
Anak : "Iya, Bu. Meskipun harus 20 purnama lagi, aku yakin Bapak akan datang."
Ibu : "Kamu pasti lelah, Nak, semalaman kamu bekerja. Mandilah dulu agar badan kamu segar. Biar Ibu bikinin kopi, ya."
Anak : "Iya, Bu, aku mandi dulu. Ibu jangan terlalu kecapekan. Akhir-akhir ini, Ibu sering sakit-sakitan. Istirahat yang cukup, ya, Bu"
Si anak masuk ke kamar.
Ibu : "Bersabarlah, anakku. Akhir-akhir ini, kesehatan Ibu menurun karena Ibu selalu memikirkan Bapak dan masa depan kamu, Nak."
Si ibu pun masuk ke dalam dapur. Seorang tamu mengucapkan salam dari luar pintu.
Tamu : "Assalammualaikum."
Ibu : "Waalaikumsalam. Ya, tunggu sebentar." Keluar dari dalam dapur dengan tergesa-gesa menuju pintu. "Waalaikumsalam. Maaf, mencari siapa, ya?"
Tamu : "Maaf, Bu, mengganggu. Saya cuma mau nanya, apa benar ini rumah Bu Minten?"
Ibu : "O, iya benar! Ada perlu apa, ya, Pak?" agak panik
Tamu : "Begini, Bu, saya mau mengantarkan surat ini."
Tamu mengeluarkan amplop warna coklat bertulis: untuk Minten, istriku.
Ibu : Dengan perasaan masih bertanya-tanya, ia menerima amplop itu, "Terima kasih banyak, Pak."
Tamu : Iya, Bu, sama-sama. Saya pamit dulu, ya, Bu. Assalamualaikum."
Ibu : "Waalaikumsalam."
Tamu pergi. Dengan rasa senang bercampur cemas, si ibu menutup pintu dan duduk di kursi tamu.
Ibu : "Nak, ini ada amplop kiriman dari Bapakmu."
Itulah penjelasan terkait dialog mulai dari pengertian sampai contohnya. Selamat belajar!
Baca juga: Wacana: Jenis, Ciri, Syarat, dan Contohnya |
Simak Video "Momen Jackson Wang Minta Belajar Bahasa Indonesia di Panggung HITC 2022"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nah)