7 Contoh Dampak Sosial Pemanasan Global

7 Contoh Dampak Sosial Pemanasan Global

Putri Tiah Hadi Kusuma - detikEdu
Jumat, 27 Jan 2023 06:00 WIB
HOFN, HORNAFJORDUR, ICELAND - AUGUST 17: In this aerial view Hoffellsjokull glacier lies behind moraines and an iceberg-filled lagoon the glacier once covered on August 17, 2021 near Hofn, Iceland. Iceland is feeling a strong impact from global warming. Since the 1990s 90% of Icelands glaciers have been retreating and projections for the future show a continued and strong reduction in size of its five ice caps. Flaajokull is one of dozens of glacier tongues that descend from Vatnajokull, Icelands biggest ice cap.  (Photo by Sean Gallup/Getty Images)
Foto: Getty Images/Sean Gallup
Jakarta -

Bagaimana dampak sosial pemanasan global yang mulai tampak di depan mata? Semengerikan apa konsekuensinya?

Pemanasan global merupakan suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di Bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan.

Terjadinya peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, ini disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hydrofluorocarbon, perfluorocarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Selain rumah kaca, emisi ini juga dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil seperti (minyak bumi dan batu bara) serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan, demikian dikutip di jurnal ilmiah Pemanasan Global: Dampak Dan Upaya Meminimalisasinya oleh Ramli Utami

Dari hal tersebut itulah memicu terjadinya pemanasan global yang menimbulkan sejumlah konsekuensi yang merugikan, baik di lingkungan maupun aspek sosial kehidupan manusia. Berikut beberapa contoh dampak sosial pemanasan global, sebagaimana dikutip di buku Pemanasan Global dan Perubahan Iklim oleh Bayu Sapta Hari; buku Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global oleh HJ Mukono; dan situs Kecamatan Buleleng, di antaranya yaitu:

1. Mencairnya Lapisan Es

Sebenarnya, fenomena mencairnya lapisan es di daerah kutub, pada dasarnya merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi setiap tahun. Lapisan es meleleh di kutub utara tiap tahun secara alamiah berlangsung antara bulan Juni sampai Agustus. Hal ini terjadi karena pada bulan-bulan tersebut merupakan wilayah Bumi utara sedang mengalami musim panas.

Namun, pada tahun-tahun belakangan ini pencairan es menjadi tidak normal karena bisa terjadi di luar lebih cepat dari waktu normal (Juni-Agustus) dan dalam jumlah yang besar. Bahkan di tahun 2012, hampir seluruh lapisan es di wilayah Greenland mencair.

Adapun di tahun 2019, lapisan es di Greenland kembali mencair dalam jumlah yang cukup besar, yaitu 2 miliar ton dan terjadi hanya dalam tempo sehari. Oleh karena itu, pemanasan global dianggap menjadi salah satu alasan mencairnya lapisan es secara tidak lazim ini.

Dampak dari mencairnya lapisan es dalam jumlah yang besar, mengakibatkan salju es yang memiliki fungsi memantulkan radiasi Matahari kembali ke angkasa, mengalami penurunan karena mencair. Sehingga radiasi Matahari banyak diserap ke dalam tanah dan membuat suhu semakin naik dan memperkuat pemanasan global.

2. Iklim Menjadi Tidak Stabil

Iklim yang menjadi tidak stabil telah diungkapkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang menyatakan bahwa pemanasan global menimbulkan efek perubahan cuaca dan iklim Bumi yang ekstrem. Hal ini dapat dilihat pola curah hujan yang berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat lain.

Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat.

3. Perubahan Pola Curah Hujan

Perubahan pola curah hujan akan menyebabkan aliran permukaan dan kelembaban meningkat sehingga mengakibatkan banjir dan gangguan keseimbangan air yang berpengaruh pada kondisi sanitasi dan penyebaran beberapa penyakit.

Kemudian, bersamaan dengan naiknya suhu akan menurunkan aliran permukaan yang menyebabkan penurunan ketersediaan air bersih dan menimbulkan kekeringan serta meningkatkan resiko kualitas air yang jelek sehingga dapat menyebabkan penyakit water and food borne disease, seperti kolera, disentri, tifus, dan wabah penyakit diare.

Kekeringan dan banjir dapat menyebabkan gagal panen yang dapat mengganggu ketersediaan bahan makanan. Ini akan berakibat negatif pada industri makanan karena harga bahan makanan bisa saja meningkat drastis dan pada akhirnya akan menimbulkan penurunan kinerja ekonomi.

4. Naiknya Permukaan Air Laut

Mencairnya es di kutub dan berkurang penguapan air ke atmosfer menyebabkan naiknya permukaan laut. Dengan meningkatnya volume air laut, diperkirakan ada beberapa pulau di wilayah Pasifik akan tenggelam akibat naiknya air laut.

Banjir rob (banjir akibat naiknya air laut ke daratan) di wilayah pesisir pantai akan semakin sering terjadi. Akibatnya, banyak penduduk yang tinggal di wilayah pesisir pantai terpaksa untuk mengungsi ke daerah wilayah lebih tinggi. Selain itu, banjir rob juga berdampak terhadap kehidupan ekonomi.

5. Gangguan Ekologi

Perubahan musim dan suhu udara yang lebih tinggi bisa berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan. Spesies tumbuhan dan hewan yang tidak bisa bertahan terhadap perubahan musim dan suhu bisa mengalami kepunahan.

Jika hewan dan tumbuhan ini merupakan sumber bahan makanan bagi manusia atau makhluk hidup lain, ancaman kekurangan pangan dan kelaparan pun mengemuka.

Di satu sisi, beberapa spesies hewan lain yang tidak diharapkan bisa timbul, seperti spesies nyamuk penyebab penyakit bisa saja berkembang lebih baik dengan suhu yang lebih panas. Berkembangnya spesies penyebab penyakit bisa meningkatkan kasus penyakit dan meningkatkan resiko kesehatan dalam masyarakat.

6. Kebakaran Hutan

Seiring dengan meningkatnya suhu permukaan Bumi, salah satu dampak dari pemanasan global adalah semakin sering terjadinya gelombang panas udara. Gelombang udara panas ini dapat membuat suhu suatu daerah akan meningkat secara drastis dan bisa menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.

Apabila kebakaran hutan sudah terjadi makan akan semakin sulit dipadamkan dan akan berimas pada meningkatnya jumlah karbon dioksida di udara serta kerugian bagi seluruh makhluk hidup.

7. Kerusakan Pada Ekosistem Laut

Pada saat suhu air laut terus mengalami kenaikan, maka hal itu akan berdampak buruk bagi ekosistem laut. Setiap ekosistem di laut memiliki batasan suhu ideal agar bisa bertahan di hidup dan akan menjadi rusak jika air laut terjadi peningkatan suhu. Hal ini dapat mengakibatkan, terumbu karang akan terus menghilang karena tidak tahan dengan air laut yang semakin panas.

Selain itu, kondisi juga makin diperparah ketika karbon dioksida bereaksi dengan air laut dan merubah kadar pH air laut sehingga air laut menjadi lebih asam. Proses peningkatan kadar asam dapat menyebabkan makhluk hidup di laut mati dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Itulah sederet dampak sosial pemanasan global bagi kehidupan di bumi. Detikers juga ikut jaga lingkungan, ya!



Simak Video "Bill Gates Bicara Perubahan Iklim, Sulit Capai Target 1,5 Derajat Celsius"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia