Apa Itu Karya Ilmiah? Pengertian, Ciri, Struktur, dan Contohnya

Apa Itu Karya Ilmiah? Pengertian, Ciri, Struktur, dan Contohnya

Putri Tiah Hadi Kusuma - detikEdu
Selasa, 17 Jan 2023 07:00 WIB
Daftar pustaka adalah kumpulan sumber yang digunakan sebagai referensi penulisan suatu naskah atau karya ilmiah. Simak cara menulis daftar pustaka dari jurnal.
Foto: Unsplash/Apa Itu Karya Ilmiah? Pengertian, Ciri, Struktur, dan Contohnya
Jakarta -

Detikers tentu sudah cukup familiar mendengar istilah karya tulis ilmiah, baik itu di sekolah, universitas, ataupun di lingkungan masyarakat. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan karya tulis ilmiah? Yuk, simak pembahasan selengkapnya seputar karya tulis ilmiah mulai dari pengertian hingga contohnya di bawah ini.

Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karya ilmiah adalah karya tulis yang dibuat dengan prinsip-prinsip ilmiah berdasarkan data dan fakta (observasi, eksperimen, dan kajian pustaka). Di dalam karya ilmiah terdapat informasi yang ingin disampaikan oleh penulis beserta tujuan penulisan.

Sementara dikutip dari Cara Praktis Penulisan Karya Ilmiah oleh Abd. Rahman Rahim, karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang isinya memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.

Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai suatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru, aktual, dan belum pernah ditulis orang lain.

Namun apabila, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu disebut juga dengan penelitian lanjutan.

Ciri Karya Tulis Ilmiah

Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh karya tulis ilmiah, seperti dikutip di buku Penulisan Karya Ilmiah oleh Dra. Zulmiyetri, M. Pd:

1. Ditulis secara sistematis, sehingga antara topik dan sub topik saling berkaitan dan mengacu pada topik utama
2. Ditulis berdasarkan penalaran yang logis sehingga apa yang ditulis oleh penulis sesuai dengan akal sehat
3. Tulisan didukung oleh data objektif, yakni data yang teruji kebenarannya secara empiris.
4. Objektif yakni ditulis atau dibukukan untuk individu atau kelompok-kelompok tertentu.
5. Argumentasi teori yang benar, sahih, dan relevan.
6. Mengaitkan argumentasi empirik dengan argumentasi teoritis.

Struktur Karya Ilmiah

Secara keseluruhan isi karya tulis ilmiah terdiri atas tiga bagian, yakni pembukaan, pembahasan, dan penutup. Akan tetapi, struktur karya tulis ilmiah dapat dikembangkan sesuai dengan jenis karya tulis ilmiahnya.

Berikut struktur karya tulis ilmiah, seperti dikutip pada buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI oleh Imam Taufik:

A. Bagian Pembuka
1. Halaman Judul
2. Abstrak

B. Bagian Pembahasan
1. Bab I Pendahuluan
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan penelitian
- Manfaat penelitian
2. Bab II Landasan Teori
- Kajian teoritis
- Kerangka pemikiran
- Hipotesis
3. Bab III Metode Penelitian
- Lokasi dan waktu penelitian
- Metode
- Populasi dan sampel
- Instrumen penelitian
- Teknik pengumpulan data
- Teknik analisis data
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
- Hasil penelitian
- Pembahasan penelitian
5. Bab V Penutup
- Kesimpulan
- Saran
C. Bagian Penutup
- Daftar pustaka
- Lampiran

Contoh Karya Tulis Ilmiah

Berikut beberapa contoh karya tulis ilmiah beserta struktur dan tangkapan layar, seperti dikutip dari buku Bahasa Indonesia SMP Kelas IX oleh Dra. Idda Ayu Kusrini dan Bahasa Indonesia oleh Nani Darmayanti:

1. Contoh Karya Tulis Ilmiah - Pemanfaat Limbah Tempe

Pemanfaatan Air Limbah Rendaman Kedelai Guna Mempersingkat Proses Pembuatan Tempe

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembuatan tempe secara tradisional memakan waktu yang cukup lama yakni 72 jam. Secara garis besar proses pembuatan tempe terdiri atas proses perendaman dan proses menjadi tempe.

Selain itu, proses pembuatan tempe tradisional membawa dampak, yakni adanya limbah air yang berasal dari proses perendaman kedelai. Limbah cair menimbulkan polusi udara berupa bau kurang enak. Tujuan perendaman adalah untuk mengasamkan kedelai agar jamur Rhizopus dapat berkembang dan menghasilkan hifa.

Jadi, dalam pembuatan tempe tradisional membutuhkan waktu yang lama juga menghasilkan limbah cair yang menimbulkan polusi udara.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Dapatkah rendaman air kedelai yang dicampur dengan air mempersingkat waktu proses pembuatan tempe?
2. Bagaimana pengaruh perebusan yang menggunakan air rendaman kedelai yang dicampur air terhadap pertumbuhan hifa dalam proses pembuatan tempe?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Memaparkan proses mempersingkat pembuatan tempe dengan perebusan menggunakan air rendaman kedelai
2. Mendeskripsikan pengaruh perebusan tempe dengan perebusan menggunakan air rendaman kedelai.
3. Mendeskripsikan pengaruh pengaruh perebusan yang menggunakan air rendaman kedelai yang dicampur air terhadap pertumbuhan air pertumbuhan hifa dalam proses pembuatan tempe.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut

1. Membantu perajin tempe agar dapat memaksimalkan hasil produksi tempe
2. Menambah pengalaman bagi peneliti

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Tingkat Keasaman

Ada dua sistem proteolitik, yang satu mempunyai PH optimum 3,0 dan yang lain 5,5. Kedua, sistem enzim itu mempunyai aktivitas maksimum pada 50 derajat, dan cukup stabil pada pH 3,0 sampai 6,0 tetapi cepat mengalami kerusakan pada pH 2,0 atau di atas 7.0.

Enzim proteolitik yang mempunyai pH optimum 3,0 telah dimurnikan dan kemudian dipisahkan dalam 5 fraksi yang aktif dan dari 2 fraksi utamanya diperoleh enzim berbentuk hablur.

Selain mempunyai aktivitas protease tinggi, kapang mempunyai aktivitas lipase yang kuat, tetapi aktivitas amilase rendah dan tidak ditemukan adanya aktivitas pektinase yang dapat dideteksi. Pertumbuhan sebagian organisme sangat peka terhadap perubahan pH.

2.2 Jamur

Jamur Rhizopus oryzae dapat mengubah amilum menjadi dektrosa dan memecah protein dan lemak yang terdapat dalam kedelai. Pertumbuhan mikroorganisme membuat tempe menjadi lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kedelai biasa. Selain itu terbentuk semacam vitamin B.

2.3 Pembuatan Tempe Tradisional

Pembuatan tempe tradisional melalui beberapa fase, yaitu:

1. Perebusan
Tujuannya adalah untuk membuat kedelai mengembang. Kemudian, diganti dengan air baru.
2. Perendaman
Kedelai yang sudah diganti air baru direndam 24 jam. Tujuannya untuk mengasamkan kedelai agar dapat ditumbuhi jamur Rhizopus.
3. Pengupasan
Kedelai yang sudah direndam kemudian dikupas kulitnya hingga bersih
4. Pendinginan
Kedelai didinginkan sampai betul-betul kering
5. Peragian
Kedelai diberi ragi dan tepung tapioka secukupnya, lalu diaduk hingga rata
6. Pembungkusan
Kedelai yang sudah diberi ragi dan tepung tapioka, kemudian dibungkus dengan plastic atau daun pisang yang telah diberi lubang. Tujuan diberi lubang agar uap bisa keluar dan tempat sirkulasi udara.
7. Pemeraman
Kedelai yang sudah dibungkus ditaruh di suatu tempat yang dilandasi bawahnya dengan kain atau karung. Tunggu hingga terlihat embun di plastik dan dibuka tutupnya. Kemudian, tunggu hingga hifa tumbuh dan menjadi tempe.

Bab III Metodologi dan Cara Kerja

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 7 bulan yaitu mulai dari bulan Desember 2018 sampai bulan Juni 2019.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas kimia 500 ml, pH meter, plastic dan panic. Adapun bahan yang digunakan, yaitu kedelai, ragi, tepung tapioka dan air rendaman kedelai. Sebagai penguji rasa digunakan 10 panelis.

3.3 Langkah Kerja
1. Pra Penelitian menghitung pH campuran air rendaman kedelai dengan air.
a. Air rendaman kedelai dimasukkan ke dalam 3 buah gelas kimia dengan volume masing-masing 300 ml.
b. Masing-masing gelas kimia terdiri dari rendaman kedelai dengan air.
c. Hasil pengukuran dibuat tabel
d. Campuran tersebut diukur menggunakan PH
2. Penelitian pada kedelai dengan berbagai tingkat perbandingan antara air dengan air antara lain, 450 gram kedelai dipisahkan untuk diuji dengan 3 tingkat perbandingan yang berbeda.
a. 150 gram kedelai pertama menggunakan perbandingan antara air rendaman kedelai dengan air sebesar 1:1
b. 150 gram kedelai kedua menggunakan perbandingan antara air rendaman dengan air sebesar 1:2
c. 150 gram kedelai ketiga menggunakan air rendaman kedelai tanpa campur air.
3. Membuat tempe menggunakan air yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh berupa waktu awal hifa, sifat penyebaran hifa, ketahanan, cita rasa, dan pH tempe dimasukkan dalam tabel dan dibuat grafiknya.

3.4 Teknik Penelitian

Sebagai pendukung data, diadakan beberapa observasi dan eksperimen sebagai berikut.

a. Observasi
1. Observasi ke tempat pembuatan tempe, sebagai sampel tempe adalah perajin yang ada di Bontang Selatan.
2. Observasi ke perajin tempe yang ada di Bontang selatan serta diambilnya air rendaman kedelai dan ragi.
b. Penelitian laboratorium
Pra penelitian yang ditempuh adalah membuat perbandingan antara air rendaman kedelai dengan air. Adapun teknik yang ditempuh sebagai berikut.
1. Pencampuran air rendaman kedelai dengan air dimana air rendaman kedelai sebagai variabel tetap.
2. Pengukuran pH hasil campuran.
3. Pembuatan tabel

Klik halaman berikutnya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia