Bagaimana Pegunungan Himalaya Terbentuk? Puncak Tertinggi Ada di Sini!

Bagaimana Pegunungan Himalaya Terbentuk? Puncak Tertinggi Ada di Sini!

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 16 Jan 2023 16:00 WIB
Tim Putra Perkasa Abadi (PPA) Ekspedisi Himalaya kembali mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Mera Peak, Pegunungan Himalaya, Nepal.
Bagaimana Pegunungan Himalaya terbentuk? Begini prosesnya. Foto: dok. PPA
Jakarta -

Pegunungan Himalaya adalah rumah bagi puncak-puncak gunung tertinggi di Bumi. Karena itu, Pegunungan Himalaya disebut sebagai pegunungan yang megah.

Saking megahnya, Himalaya terbentang sepanjang sekitar 2.400 km, memisahkan anak benua India dan Eurasia. Puncak tertingginya berada di Gunung Everest yang terkenal dengan ketinggian 8.850 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Tak berhenti disitu, pegunungan Himalaya tersebar di lima negara, yakni India, Bhutan, China, Pakistan, dan Nepal. Dikutip dari laman Encyclopaedia Britannica, ada tiga rentang utama Pegunungan Himalaya, yaitu Himadri (Himalaya Besar), Himachal (Himalaya Kecil) di ketinggian 2.000-3000 mdpl, dan Shiwalik (Himalaya Luar) ke arah selatan.

Namun tahukah detikers bahwa pegunungan Himalaya tidak serta merta terbentuk? Prosesnya bahkan ratusan juta tahun, loh! Begini penjelasan selengkapnya.

Proses Terbentuknya Pegunungan Himalaya

Pembentukan Awal

Pegunungan Himalaya pada dasarnya terbentuk karena tumbukan antara lempeng tektonik India dengan Eurasia. Sebelumnya, 300 juta tahun dari hari ini, seluruh benua di Bumi saling menempel satu sama lain tak terpisahkan oleh lautan. Benua raksasa ini diberi nama "Gondwanaland".

Namun selama era Mesozoikum sekitar 65-250 juta tahun yang lalu, Gondwanaland terpisah menjadi beberapa benua yang kini dikenal sebagai Afrika, Australia, Amerika Selatan, Antartika, Madagaskar dan India. Pemisahan berbagai benua ini terjadi ketika Samudra Atlantik, Pasifik dan Hindia terbuka, seperti dikutip dari Science ABC.

Pada saat itu, sebuah pulau yang diketahui sebagai kawasan India kini mulai berpisah dari benua Afrika dan terapung di Samudra Tethys ke arah timur laut selama 85-90 juta tahun. Ia bergerak dengan kecepatan rata-rata 18-19 cm per tahun hingga akhirnya bergabung ke benua Eurasia.

Tumbukan Lempeng

Melansir dari Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 63 - 68 yang ditulis oleh Torkis Sihombing, disebutkan Himalaya terbentuk karena tumbukan benua sepanjang batas konvergensi lempeng India dan lempeng Eurasia.

Tumbukan tersebut mulai pada Zaman Kapur Akhir, sekitar 70 juta tahun lalu, ketika lempeng Indo-Australia, yang bergerak dengan kecepatan sekitar 15 cm/tahun, menabrak Lempeng Eurasia. Awalnya sekitar 50-60 juta tahun yang lalu, kemajuan lempeng India ke utara secara dramatis melambat menjadi 4-6 cm per tahun.

Bagian Lempeng Tektonik

Perlambatan ini menunjukkan bahwa tabrakan benua awal antara Asia dan India telah dimulai. Benua dan kerak samudra terdiri dari berbagai potongan batuan yang tidak beraturan lalu hancur, yang dikenal sebagai lempeng tektonik.

Bumi juga memiliki lempeng litosfer yang terdiri dari 15-20 lempeng tektonik bergerak. Lempeng-lempeng ini akan bertabrakan satu sama lain dengan kecepatan berbeda melalui proses konveksi. Gerakan dan pemisahan lempeng tersebut disebut pergeseran tektonik.

Bila membedahnya lebih dalam, di lempeng litosfer terdapat lapisan kulit yang dinamakan astenosfer. Pada bagian astenosfer, terjadi konveksi yang lebih lemah yang dapat melelehkan bebatuan atau menghasilkan gas dan cairan panas.

Cairan atau gas yang lebih dingin dan lebih padat dipindahkan oleh gerakan ke atas dari cairan yang lebih panas. Panas internal menghasilkan gaya gravitasi dan selanjutnya mendorong pelat dari bawah.

Himalaya Mulai Terbentuk

Lempeng India dan Eurasia sama-sama memiliki kerapatan batuan yang rendah (daya apung tinggi) sehingga keduanya tidak dapat diturunkan, meskipun energi potensial di dalam mantelnya tinggi. Kondisi ini menyebabkan pengangkatan relatif batuan sedimen ringan yang membentuk anak benua India.

Ahli geologi percaya bahwa lempeng India terdorong ratusan kilometer di bawah lempeng Asia, khususnya di bawah dataran tinggi Tibet. Hal ini disebabkan penebalan kerak Tibet Selatan hampir dua kali lipat dari ketebalan normal (75 km), sedangkan ketebalan kerak India (Himalaya Selatan) hanya sekitar 40 km!

Karena hal tersebutlah pegunungan Himalaya terbentuk dan ditopang oleh litosfer India yang cukup tebal serta kokoh. Di sisi lain, daya apung yang tinggi dari kerak Tibet mempertahankan ketinggiannya sekitar 4.500 meter.

Pada suhu tinggi, sedimen dan inti metamorf mencair, yang akhirnya membentuk magma. Penebalan dan pemadatan magma menandai penghentian aktivitas vulkanik. Siklus tektonik ini setua Bumi itu sendiri, dan sering disebut sebagai ' tarian benua '. Hingga hari ini, 'tarian' ini terus membantu mengangkat Pegunungan Himalaya semakin tinggi.

Keadaan Geografis Himalaya

Meski memiliki banyak puncak gunung tertinggi, Pegunungan Himalaya adalah yang termuda dalam sejarah geologis. Diperkirakan, hingga saat ini Pegunungan Himalaya masih bertambah tinggi setidaknya 1 cm per tahun.

Pegunungan Himalaya memiliki suhu yang dingin, tetapi menghangat lebih cepat dari beberapa tahun terakhir karena perubahan iklim.

Dikutip dari Science ABC, penelitian mengungkapkan risiko krisis air yang tinggi di pegunungan Himalaya. Permukaan air tanah telah mencapai tahap kritis. Untuk mengatasi krisis tersebut, perencanaan kota khusus pegunungan yang terencana dengan baik dan berkelanjutan harus dipertimbangkan.

Salah satu negara yang berhasil dalam penanggulangan masalah ini adalah Nepal. Kini, Nepal telah membatasi wilayah perkotaan mereka untuk menghemat air bagi ekosistem di masa mendatang.

Nah itulah penjelasan bagaimana Pegunungan Himalaya bisa terbentuk. Jadi makin tahu kan, detikers!



Simak Video "Ratusan Warga Kaki Gunung Gede Berdemo Tolak Proyek Geothermal"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/twu)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia