Berasal dari Bahasa Bugis, Benarkah Latto-latto Asli Indonesia?

Berasal dari Bahasa Bugis, Benarkah Latto-latto Asli Indonesia?

Anisa Rizki - detikEdu
Kamis, 05 Jan 2023 11:00 WIB
Latto-latto
Benarkah latto-latto berasal dari Indonesia? Begini asal-usulnya. Foto: M Bagus Ibrahim
Jakarta -

Latto-latto,mainan yang tengah viral di kalangan masyarakat dan digemari anak-anak. Sewaktu diayunkan, muncul bunyi 'tok-tok-tok' yang khas dan membuat siapa saya yang memainkan ketagihan.

Mainan latto-latto merupakan pendulum dengan dua bola pemberat yang terikat tali dengan cincin di atasnya. Selain itu, latto-latto juga disebut sebagai salah satu mainan tradisional yang ada sejak 1990-an lho, detikers.

Kata 'latto-latto' berasal dari bahasa Bugis. Lantas, apa benar mainan viral yang satu ini asli Indonesia?

Benarkah Latto-latto Berasal dari Indonesia?

Mengutip unggahan Instagram Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), latto-latto memang berasal dari bahasa Bugis dan telah populer sejak lama di Indonesia.

Namun, mainan viral ini bukan asli Indonesia. Di negara Eropa, latto-latto terkenal dengan sebutannya yang beragam, seperti clacker balls, clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, hingga clankers.

Sementara itu, di Amerika Serikat, latto-latto disebut sebagai Newton's yo-yo.

Jadi, dari Mana Asal Latto-latto?

Latto-latto berkembang ada sejak tahun 1960-an dan digandrungi pada masanya di Amerika Serikat dan Eropa. Desain latto-latto mirip dengan boleadoras, senjata untuk gaucho (koboi Argentina) yang mencoba menangkap guanaco (hewan mirip llama).

Mengutip dari laman Quartz, pada awal tahun 1970-an jutaan latto-latto telah terjual di seluruh dunia. Bahkan, saking populernya latto-latto di periode tersebut, hampir sebagian besar warga di Calcinatello, provinsi kecil di Italia, mengadakan kompetisi tahunan bagi penggemar latto-latto.

Namun, pada 1960-1970, sebagian besar mainan tersebut dibuat dari kaca, sementara sebagian kecil dari kayu. Akibatnya, saat dibenturkan dengan keras, bola-bolanya dapat pecak dan menyebabkan insiden cedera mata pada sejumlah anak di Amerika Serikat (AS).

Kejadian tersebut mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melarang latto-latto beredar pada 1966. Keputusan ini pun didukung beberapa komunitas dan Organisasi Masyarakat untuk Mencegah Kebutaan (Society for the Prevention of Blindness).

Oleh sebab itu, latto-latto akhirnya dibuat dari bahan plastik dan dan kembali populer pada 1990-an. Setidaknya, risiko yang timbul akibat latto-latto berbahan plastik tidaklah sebesar yang berbahan kaca.

Tren Latto-latto dari Homo Ludens

Tren latto-latto ternyata berkaitan dengan peran manusia sebagai makhluk yang suka bermain atau homo ludens. Ini diungkapkan oleh dosen Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari.

Menurutnya, manusia sebagai homo ludens merupakan makhluk yang suka bermain dan mempunya tren permainan pada setiap eranya. Tren permainan anak-anak atau orang dewasa selalu mengikuti perkembangan ekonomi dan zaman,. Kondisi ini dipengaruhi oleh kesukaan bermain homo ludens.

Ikhsan menuturkan, penyebab populernya latto-latto juga karena adanya produsen media permainan anak. Tren semacam ini akan terulang pada waktu mendatang.

Selain itu, ia menambahkan, teknologi juga mempengaruhi popularitas latto-latto. Bertahannya tren permainan latto-latto ditentukan dari kemunculan permainan-permainan lainnya.

Lihat juga Video: Momen Jokowi-RK Jajal Latto-latto Disambut Gelak Tawa

[Gambas:Video 20detik]




(twu/twu)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia