Monyet di Pura Uluwatu, Bali terkenal hingga mancanegara dengan julukan 'monyet mafia' dan 'monyet preman'. Rupanya, julukan ini diberikan karena kebiasaan monyet di Uluwatu menyabet barang-barang turis dan staf pura.
Sandal, topi, kamera, bahkan segepok uang tunai dari loket tiket bisa disabet dari pengunjung pura yang sedang lengah. Saking seringnya kejadian, petugas pura rutin mengingatkan turis agar awas dengan barang bawaannya.
Namun, peneliti mendapati bahwa rangkaian perilaku rampok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Uluwatu ini unik, alias berbeda dengan monyet liar dan hewan liar di negara lain.
"Ini perilaku yang unik. Pura Uluwatu adalah tempat satu-satunya di Bali di mana perilaku ini ditemukan," kata Fany Brotcorne, ahli primata dari University of Liège, Belgia, dikutip dari laman New Scientist.
Berbagai tim peneliti peneliti lalu meneliti kenapa geng monyet di Uluwatu ini suka mengambil barang orang dan penyebab mereka jago melakukannya. Apa temuannya?
Kenapa Monyet di Uluwatu Suka Merampok Barang Manusia?
Barter dengan Makanan
Rupanya, aksi para monyet di Uluwatu mengambil barang orang adalah praktik pertukaran alias barter antara manusia dan primata di alam.
Setelah merampok barang-barang, monyet-monyet ini menunggu petugas pura atau pengunjung untuk menawarkan barter antara hasil rampok dengan makanan. Alhasil, para petugas pura lama-lama jadi jago barter dengan monyet.
Makanan monyet ekor panjang sendiri adalah 64 persen buah-buahan, sisanya pucuk-pucuk, daun-daunan bagian tumbuhan lain, dan hewan buruan seperti serangga, katak dan kepiting, dikutip dari laman Pusat Studi Satwa Primata IPB University.
Sementara itu, di pura, monyet-monyet ini kadang ditawari barter biskuit hingga pisang.
"Biasanya terjadi dua tahap, setelah mengambil barang yang tidak bisa dimakan dari manusia, monyet ekor panjang tampak menggunakannya sebagai sandera, dan mengembalikannya dengan syarat barter makanan," tulis Brotcorne dkk dalam Intergroup Variation in Robbing and Vartering by Long-tailed Nacaques at Uluwatu Temple (Bali, Indonesia) di jurnal Primates usai meneliti 4 bulan di lokasi.
Perilaku ini tidak umum ditemui pada monyet di negara lain. Contoh, monyet di India cenderung langsung memakan hasil ladang petani, serta masuk rumah-rumah di desa dan di kota yang dekat habitatnya. Perilaku ini dikhawatirkan muncul karena habitat yang rusak dan kurangnya makanan monyet ekor panjang di berbagai wilayah di dunia.
Monyet Tahu Barang yang Penting
Sementara itu, studi Dr Jean-Baptista Leca mendapati bahwa monyet di Uluwatu jago memilih barang yang dinilai lebih penting atau lebih berharga agar orang terpicu untuk mau barter, seperti dikutip dari The Guardian.
Penelitian Leca menunjukkan, monyet di Uluwatu cenderung menyabet dompet, handphone, kamera, sampai kacamata ketimbang tas kamera kosong dan jepit rambut.
"Monyet-monyet ini sudah ahli menyabet barang-barang tersebut dari turis yang lengah dan tidak mendengarkan petugas pura. Petugas pura mengingatkan agar turis menyimpan semua barang berharga di dalam tas tangan, yang dikalungkan ke leher atau digendong," kata Dosen Psikologi dari Univeristy of Lethbridge, Kanada yang meneliti perilaku monyet di lokasi selama lebih dari 9 bulan.
Bayaran Harus Setara
Para monyet ini rupanya juga meminta agar makanan yang dibarter setara dengan harapannya. Karena itu, kawanan monyet di Uluwatu tidak segan bernegosiasi.
Mereka bahkan bisa menunggu petugas pura dan turis hingga 17-25 menit agar dapat buah yang enak untuk barter dengan kacamata. Sementara itu, barang yang tidak terlalu berharga bisa lebih mudah dibarter dengan makanan yang lebih sederhana.
Teknik Merampok Diwariskan ke Anak
Brotcorne mendapati, perilaku monyet di Uluwatu adalah kasus adaptasi cerdik yang sangat khusus terhadap lingkungan yang yang sering dikunjungi manusia.
Dari 5 kelompok monyet yang diteliti, 2 kelompok yang paling suka merampok adalah yang berada di area padat turis, seperti dikutip dari laman Smithsonian Magazine. Makin lama berada di sekitar manusia, para monyet makin jago mengambil barang orang.
Teknik merampok juga diwariskan ke bayi monyet di Uluwatu hingga usia 4 tahun. Para monyet lain juga mempelajari teknik merampok dari kawanan yang sudah ahli, tulis Leca dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society.
Leca mengatakan, perilaku monyet di Uluwatu merampok dan barter ini merupakan ekspresi kecerdasan budaya monyet.
"Perilaku ini dipelajari secara sosial dan dijaga dari generasi ke generasi setidaknya selama 30 tahun di populasi ini (Uluwatu)," kata Leca dalam penelitiannya yang didanai Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada (NSERC) and the Alberta Gambling Research Institute (AGRI).
Nah, jika detikers berkunjung ke Pura Uluwatu, Bali, jangan lupa pegang barang berharga saat bertemu para monyet ini, ya!
Simak Video "Viral! Wanita Ngaku Selamat dari Sambaran Petir yang Bakar Pura Uluwatu"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwk)