Kenapa Orang Bisa Terbangun Jam 3 Pagi dan Overthinking Dini Hari?

Kenapa Orang Bisa Terbangun Jam 3 Pagi dan Overthinking Dini Hari?

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 01 Jan 2023 18:00 WIB
Ilustrasi seorang wanita yang tidak bisa tidur dan akhirnya tetap terjaga sampai pagi
Kenapa orang terbangun jam 3 pagi dan jadi overthinking? Foto: Thinkstock
Jakarta -

Terkadang, orang secara alami dapat terbangun di pukul 3 pagi. Kondisi ini lalu kadang diikuti dengan ingatan-ingatan tentang peristiwa yang sudah terjadi dan disesali. Ingatan ini membuat pikiran jadi cemas, gundah, merasa bersalah, dan kadang jadi menangis.

Namun, pikiran-pikiran khawatir ini lalu menguap di siang hari. Di periode waktu ini, orang cenderung merasakan kekhawatiran dini hari tadi tidak beralasan dan tidak produktif. Lantas, kenapa orang terbangun jam 3 pagi dan jadi overthinking begitu, ya?

Kenapa Kebangun Jam 3 Pagi dan Jadi Overthinking?

Pengaruh Jam Sirkadian Tubuh

Peneliti psikologi Gregg Muray menjelaskan, saat tidur malam normal, sistem neurobiologi tubuh mencapai titik balik sekitar jam 3 atau 4 pagi, seperti dilansir laman IFL Science.

Direktur Centre for Mental Health, Swinburne University of Technology ini menuturkan, pada kisaran waktu tersebut, suhu inti tubuh mulai meningkat, dorongan tidur berkurang karena sudah cukup tidur, sekresi hormon tidur melatonin memuncak, dan kadar hormon stres kortisol meningkat untuk menyiapkan tubuh bangun tidur.

Semua aktivitas ini terjadi saat tubuh mendeteksi kode di lingkungan tidur, seperti kemunculan cahaya dini hari. Kemampuan ini terjadi karena ada ritme sirkadian, yaitu jam internal tubuh yang dipengaruhi cahaya.

Terbangun dari Tidur Ringan

Muray menjelaskan, pada dasarnya, orang terbangun beberapa kali sepanjang malam. Orang juga cenderung tidur lebih ringan di paruh kedua malam menuju pagi hari sehingga lebih mudah terbangun. Kendati orang seringkali tidak sadar saat ia terbangun, keterjadiannya memicu stres pada tubuh.

Kondisi terbangun di jam seseorang seharusnya tidur juga memicu orang tersebut mengalami anxious wakefulness (terbangun dengan rasa cemas), seperti dijelaskan Murray dalam The Conversation.

Kecemasan pada dasarnya terbangun dari mengidentifikasi masalah, "mengunyah-ngunyah" asumsi terburuk, dan mengabaikan aspek-aspek yang dapat membantu pemecahan masalah itu sendiri.

Titik Terendah Fisik dan Kognitif Otak

Sekitar pukul 3 dini hari, manusia memasuki titik terendah secara fisik dan kognitif. Periode ini merupakan waktu pemulihan fisik dan emosional dalam tubuh.

Namun, sekitar jam 3 pagi tersebut, manusia juga berada di waktu dengan cahaya alami minim serta sumber daya koneksi sosial dan aset budaya paling terbatas.

Sederhananya, lebih sulit mengontak teman dekat di jam 3 pagi saat terbangun dengan rasa cemas. Di samping itu, lebih bahaya juga untuk jalan-jalan ke luar rumah untuk mengalihkan pikiran saat hari masih gelap.

Dengan demikian, semua akses ke cara coping atau mengatasi kecemasan sebagai orang dewasa sangat terbatas di waktu ini. Akibatnya, pikiran seseorang jadi cenderung mengasumsikan hal-hal terburuk (catastrophizing).

Sementara itu, ketika terbangun saat matahari terbit, orang secara alami dapat melakukan aktivitas dengan normal dan menyadari bahwa ada berbagai opsi solusi dan cara mengatasi hal-hal yang dicemaskan pada jam 3 pagi tadi.



Simak Video "Menjaga Kecantikan Lewat Tidur Cukup dan Berkualitas"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia