Tahun Baru 2023 tinggal menghitung hari. Pada perayaan tahun baru, banyak orang akan menyalakan kembang api dan membuat resolusi awal tahun.
Seperti yang diketahui, tahun baru masehi adalah perhitungan tahun yang baru dalam kalender masehi. Kalender ini umum digunakan secara universal di seluruh dunia pada saat ini.
Oleh karena itu, mulai 31 Desember hingga memasuki 1 Januari, seluruh dunia akan merayakan dengan berbagai hal. Tapi bagaimanakah sejarah perayaan tahun baru dimulai?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perayaan Tahun Baru Sudah Ada Sejak Dulu
Asal usul perayaan tahun baru pertama kali tercatat sejak sekitar 4.000 tahun lalu atau sejak 2.000 tahun sebelum masehi (SM).
Tujuan perayaan tahun baru ini dalam rangka menghormati kedatangan tahun baru yang dilakukan oleh bangsa Babilonia (1696-1654 SM).
Mereka merayakan tahun baru dengan berbagai macam ritual, seperti festival keagamaan besar-besaran yang disebut Akitu selama 11 hari.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Anthony Aveni, seorang astronom dan antropolog di Colgate University, New York, dan penulis "The Book of the Year: A Brief History of Our Seasonal Holidays".
Ia menjelaskan bahwa orang zaman dahulu merayakan tahun baru dengan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi atau ritual tertentu.
"Banyak orang memukul-mukul sudut ruangan kamar mereka demi menakut-nakuti makhluk menakutkan yang dianggap bergentayangan di malam hari. Apapun (bentuk perayaannya) untuk bikin roh jahatnya takut," ujar Aveni dikutip dari Live Science.
Kembang Api sebagai Pengusir Roh Jahat
Adapun kemunculan perayaan tahun baru dengan kembang api berkaitan dengan bangsa Cina. Mereka pertama kali menemukan kembang api pada kisaran abad ke-7 kalender Masehi.
Bangsa Cina menggunakan kembang api dengan tujuan untuk mengusir roh jahat.
Oleh karena itu, pada Tahun Baru Cina, bahkan jauh di masa lalu, dikatakan sudah bisa menjadi sebuah cerminan mengenai ingar-bingar yang identik pada sebuah perayaan tahun baru.
Sementara itu, menurut Aveni, tradisi pesta kembang api di dunia barat memiliki kecenderungan untuk berevolusi secara independen. Artinya bukan lagi berarti untuk mengusir roh jahat tapi untuk hal lain bagi mereka.
Sejarah Pembuatan Resolusi Awal Tahun, Ada Sejak Mesopotamia Kuno
Selain kembang api, tahun baru juga diiringi dengan orang-orang yang membuat resolusi awal tahun sebagai harapan.
Banyak orang berjanji untuk melakukan yang lebih baik di tahun berikutnya. Kebiasaan ini ternyata sudah ada sejak zaman Mesopotamia Kuno.
Masyarakat Babilonia Kuno membuat resolusi lisan pada bulan Maret (waktu tahun baru zaman dahulu), selama Festival Tahun Baru 12 hari mereka.
Namun, saat itu resolusi tahun baru bukan hanya untuk perbaikan diri tapi mereka harus membuat sumpah kepada raja yang duduk atau baru, dan dianggap penting untuk menjaga kerajaan agar tetap disukai para dewa.
Resolusi atau sumpah semacam ini juga dilakukan bangsa Romawi kepada kaisar pada bulan Maret (waktu tahun baru dahulu), ketika tahun baru mereka dimulai.
Meskipun tradisi Romawi ini tidak secara langsung diterjemahkan ke dalam resolusi tahun baru, tapi pada tahun 1740-an, gereja Metodis memiliki praktik mengadakan kebaktian pembaruan pada 31 Desember.
Kebaktian tersebut menawarkan kesempatan kepada orang-orang untuk melihat kembali tahun yang telah berlalu dan memperbarui hidup mereka untuk berkomitmen kepada Tuhan.
(faz/nwy)