Rebahan dan tidak melakukan apa-apa mungkin terdengar buang-buang waktu. Namun di baliknya, terdapat konsep yang dikenal dengan the art of doing nothing.
Seni tidak melakukan apa-apa, the art of doing nothing, adalah konsep dari Belanda bernama niksen. Niksen adalah praktik penghilang setres yang berdasar pada konsep 'ada'. Orang yang menerapkan niksen tidak perlu melakukan apa-apa.
Lantas, apakah niksen bisa berakibat buruk karena terlalu lama tidak melakukan apa-apa? Justru sebaliknya. Seorang psikolog mengatakan, the art of doing nothing malah bisa membantu otak lebih produktif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjelasan Psikologi dari The Art of Doing Nothing
Psikolog Susan Weinschenk dalam Psychology Today dilansir Minggu (25/12) menjelaskan konsep niksen ini dengan cara kerja otak. Tuturnya, ketika manusia memberi jeda pada jaringan fokus, manusia akan membebaskan jaringan lain yang berhubungan dengan imajinasi dan kreativitas.
Jaringan yang diberi nama jaringan imajinasi ini akan bekerja memecahkan masalah dan memunculkan ide-ide baru berdasarkan apa yang manusia konsentrasikan sebelumnya.
"Jadi memang benar bahwa istirahat dan menatap ke luar angkasa sebentar akan membantu kamu menemukan ide dan solusi masalah," jelas Weinshenk.
Tantangan dari The Art of Doing Nothing
Weinshenk, yang merupakan praktisi yoga, menyadari adanya tantangan tidak melakukan apa-apa di masa ini. Pada kelas yang ia ajar, ia meminta para muridnya untuk mempraktikkan meditasi yang telah dipelajari di rumah.
Selain itu, Weinshenk juga meminta murid untuk berlatih niksen lima menit sehari. Ia meminta mereka untuk duduk di alam terbuka atau menatap ke luar jendela atau hanya menatap ke langit.
Jawaban dari para muridnya berada di luar dugaan. Mereka mengeluhkan 'tugas' dari Weinshenk karena merasa tidak punya waktu atau ada tanggung jawab lain.
Psikolog Perilaku ini pun menjelaskan, penolakan dari muridnya untuk tidak melakukan apa-apa karena terciptanya kebiasaan sibuk. Manusia sekarang ini kecanduan melakukan banyak hal.
"Kita harus membuktikan sesuatu kepada diri kita sendiri dan dunia. Saya tidak yakin apakah sesuatu itu, tetapi itu melibatkan perjuangan, menjadi produktif, sibuk, work hard, play hard," jelasnya.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Iona Health dalam The European Journal of GeneralPractice, sulit bagi manusia untuk keluar dari lingkaran kebutuhan yang meningkat ini. Sebab usia dewasa sedang disibukkan dengan visi untuk terus meningkatkan kualitas diri.
Masa kini telah menjadi masa untuk terus melakukan kegiatan. Sehingga tidak ada waktu untuk bengong dan rebahan, karena terlalu sibuk bekerja.
Melihat kelebihan dari rebahan dan tidak ngapa-ngapain, apakah detikers tertarik melakukan the art of doing nothing?
(nir/nwk)