Riset Tunjukkan, Anak Muda yang Kuliah Punya Kesehatan Mental Lebih Baik

Riset Tunjukkan, Anak Muda yang Kuliah Punya Kesehatan Mental Lebih Baik

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 17 Des 2022 16:00 WIB
Kesehatan Mental Remaja Eropa Terganggu Akibat Pandemi COVID-19
Foto: DW (News)/ Ilustrasi Riset Tunjukkan, Anak Muda yang Kuliah Punya Kesehatan Mental Lebih Baik
Jakarta -

Sebuah penelitian yang dirilis pada September 2022 lalu menunjukkan, anak muda yang kuliah memiliki kesehatan mental lebih baik.

Studi tersebut pun menjelaskan, lingkungan universitas memberikan pengaruh positif atas kinerja profesional bagi mereka yang memiliki riwayat tekanan mental. Selain itu, orang kulit hitam dan Asia lebih berkemungkinan kecil menderita gangguan mental ketimbang orang kulit putih.

Para penulis turut menggarisbawahi, mereka yang tumbuh di lingkungan tertinggal dan tidak pernah kuliah lebih mungkin mengalami kesehatan mental.

Masalah Mental di Usia Dini Merugikan Saat Dewasa

Peneliti utama dalam studi tersebut, Dr Anesa Hosein mengatakan, "Memiliki masalah kesehatan mental pada usia dini bisa menimbulkan kerugian signifikan pada kesehatan mental seseorang ketika dewasa, dengan risiko lain pada kehidupan pendidikan dan profesionalnya."

Hosein menyebutkan, dampak kesehatan mental ini juga dibentuk oleh keanggotaan di lingkungan sosial. Sebagai contoh, trauma dan viktimisasi orang-orang kulit hitam dapat meningkatkan risiko psikosis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikosis adalah kelainan jiwa yang disertai disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan.

Dikutip dari Science Daily, para ahli menganalisis data dari Longitudinal Study of Young People di Inggris yang melakukan survei terhadap mereka yang lahir antara tahun 1989 dan 1990.

Tim tersebut menggunakan metode Multilevel Analysis of Individual Heterogenity and Discriminatory Accurancy untuk memprediksi peluang apakah faktor seperti etnis, jenis kelamin, identitas seksual, dan status sosial ekonomi berkaitan dengan kesehatan mental seseorang pada usia 25 dan membandingkannya berdasarkan pengalaman mengenyam pendidikan tinggi.

Riset ini menunjukkan, perempuan dan orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai minoritas seksual memiliki kemungkinan mengalami gangguan kesehatan mental pada usia 25. Hosein menyampaikan, bagi para minoritas seksual, pendidikan tinggi bisa dilihat sebagai lingkungan yang terbuka dan inklusif di mana para individul dapat lebih bebas mengeksplorasi diri.

"Memiliki wadah untuk mengekspresikan identitas seksual bisa menurunkan risiko menyakiti diri sendiri di kemudian hari," kata dia.

Dewasa Awal Saat yang Menantang untuk Kesehatan Mental

Peneliti lain, Dr Nicola Byrom menambahkan, perhatian akan kesehatan mental di lingkungan pendidikan tinggi terus meningkat.

"Penelitian ini mengingatkan kepada konteks yang lebih luas, yaitu masa dewasa awal adalah saat-saat yang menantang untuk kesehatan mental," ungkap Byrom.

Menurutnya, kerap kali lebih mudah untuk mengidentifikasi tantangan ini di dalam lingkungan kampus. Namun, mengetahui konteks yang lebih luas adalah hal yang vital jika berupaya mengurangi beban kesehatan mental di kalangan dewasa muda.

Sementara, Asisten Direktur Kebijakan di Universities UK (UUK), Mr John De Purry mengatakan, narasi publik akan kesehatan mental mahasiswa dapat terus-menerus negatif. Hal ini terlepas ada usaha signifikan dari kampus untuk mendukung para anak didiknya.

"Penelitian berbasis data Longitudinal Study of Young People in England ini membangun narasi di konteks yang lebih luas tentang kesehatan mental dewasa muda," kata dia.

"(Studi) juga menemukan bahwa pendidikan tinggi bisa meningkatkan kesehatan mental. Kini, kita harus memahami dengan lebih baik, apa yang dapat diterapkan kepada mahasiswa," lanjutnya.

Riset mengenai kaitan antara kesehatan mental dan pengalaman mengenyam pendidikan tinggi ini ditulis dalam publikasi ilmiah bertajuk "Differences in Mental Health Inequalities Based on University Attendance: Intersectional Multilevel Analyses of Individual Heterogeneity and Discriminatory Accuracy".



Simak Video "Studi Terbaru Ungkap Perkiraan Jumlah Semut di Bumi"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nwy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia