Serangkaian peristiwa gempa bumi terjadi usai gempa Cianjur, Jawa Barat, (21/11/2022) lalu. Pakar gempa Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Gayatri Indah Marliyani, ST, MSc, berpendapat, gempa Cianjur tidak memicu gempa di wilayah lain di Indonesia.
Diketahui sepanjang pekan pertama Desember 2022, gempa Garut terjadi pada Sabtu (3/12) pukul 16.49 WIB dengan magnitudo 6,4. Pusat gempa berada di kedalaman 118 Km, 52 km barat daya Garut.
Lalu pada Minggu (4/12), terjadi Gempa Bangkalan pada pukul 22.02 WIB. Lokasi gempa berada di pada koordinat 6.42 LS dan 112.60 BT, berjarak 77 km di barat laut Bangkalan. Di hari tersebut, gempa Gunungkidul juga terjadi sebanyak 4 kali. Pada Selasa (6/12), terjadi gempa Jember, Jawa Timur dengan magnitudo 6,2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beda Jenis Kegempaan dan Lokasi Sumber Gempa
Dosen Teknik Geologi UGM ini menuturkan, gempa Garut tidak memicu gempa Probolinggo pada Kamis (24/11) dengan magnitudo 4,1. Gempa Garut pada Sabtu (3/12) dengan magnitudo 6,1 dan gempa Jember Jatim pada Selasa (6/12) dengan magnitudo 6,2.
Menurut Gayatri, gempa yang terkait dengan gempa Cianjur hanya rentetan gempa susulan. Gempa ini terkonsentrasi di sekitar daerah episenter dengan frekuensi dan magnitudo yang semakin mengecil.
Gempa di Probolinggo sendiri menurutnya terkait dengan aktivitas sesar aktif Probolinggo yang berada di darat. Sementara itu, gempa Garut berkaitan dengan proses subduksi.
"Gempa Garut tersebut terjadi pada zona intraplate lempeng IndoAustralia yang menyusup di bawah Pulau Jawa. Sementara itu, gempa di Jatim berada pada zona prisma akresi di zona subduksi Jawa bagian timur," tuturnya, dikutip dari laman UGM, Rabu (7/12/2022).
Gayatri mengatakan, berdasarkan jenis kegempaan dan lokasi sumber gempa, gempa-gempa tersebut tidak berkaitan satu sama lain.
Fenomena Alam di Daerah Tektonik Aktif
Di sisi lain, ia membenarkan bahwa wilayah di sepanjang zona subduksi memang berada pada daerah tektonik aktif. Contohnya di kawasan sepanjang lepas pantai barat Sumatera sampai Lombok.
Akibatnya, banyaknya kejadian gempa bumi di sekitar wilayah ini menurutnya wajar. detik.com/tag/gempa
"Gempa yang terjadi adalah fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan energi ketika tubuh batuan kerak bumi retak, patah, dan bergerak akibat tekanan yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik di Bumi," katanya.
Ia menjelaskan, terdapat banyak lempeng-lempeng tektonik yang saling bertabrakan di Indonesia. Contohnya yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, Filipina dan beberapa lempeng lainnya.
Lebih lanjut, lempeng-lempeng ini bergerak dengan kecepatan sekitar 4-7 cm per tahun. Akumulasi energi terbentuk dari pergerakan di batas-batas tumbukan lempeng ini. Akibatnya, terjadi retakan dan pergerakan patahan yang disertai dengan gempa Bumi.
Terjadi Setiap Hari
Gayatri menuturkan, sebutan rentetan gempa oleh warga Indonesia timbul karena meningkatnya perhatian pada fenomena alam ini.
Ia menjelaskan, jika diamati, gempa di wilayah Indonesia sendiri terjadi setiap hari terjadi, terutama gempa-gempa bermagnitudo kecil (M2-3).
Sementara itu, gempa besar (>M5) pun terjadi hampir setiap tahun di Indonesia.
"Hanya tidak selalu menimbulkan kerusakan sehingga tidak selalu menjadi perhatian. Adanya peristiwa yang dianggap rentetan oleh masyarakat sebenarnya lebih terkait kepada perhatian masyarakat yang meningkat terhadap kejadian gempa sesudah terjadinya gempa merusak di Cianjur belum lama ini," tuturnya.
Gayatri mengingatkan, warga tidak perlu khawatir, tetapi tetap penting untuk menyadari diri tinggal di wilayah rawan gempa Bumi. Dengan begitu, warga lebih waspada dan siap menghadapi kemungkinan yang terjadi.
"Literasi terhadap kondisi geologi di sekitar area tempat tinggal dan beraktivitas juga perlu ditingkatkan dengan mencoba memahami betul prosedur dan jalur evakuasi di manapun berada," pungkasnya.
(twu/nwk)