Anak UGM Analisis Quarter Life Crisis dengan Kawruh Jiwa, Apa Hasilnya?

ADVERTISEMENT

Anak UGM Analisis Quarter Life Crisis dengan Kawruh Jiwa, Apa Hasilnya?

Anisa Rizki - detikEdu
Sabtu, 12 Nov 2022 16:30 WIB
ilustrasi stres
Ilustrasi kecemasan (Foto: thinkstock)
Jakarta -

Detikers pernah mendengar quarter life crisis? Fenomena ini umumnya dialami ketika seseorang menginjak usia 20-29 tahun, termasuk mahasiswa. Menjadi hal yang menarik untuk diulas, tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian mengenai quarter life crisis.

Quarter life crisis merupakan keadaan yang memungkinkan seseorang merasa belum memiliki gambaran jelas akan diri dan tujuan hidupnya. Fenomena ini ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebih, pesimis, cemas, dan perasaan tertekan hingga mengganggu aktivitas bahkan sampai mengakibatkan depresi. Penyebabnya sendiri biasanya karena tuntutan yang dialami pada usia dewasa awal.

Mengutip dari laman resmi kampus pada Sabtu (12/11/2022), tim yang beranggotakan empat orang mahasiswa Filsafat dan Psikologi itu meneliti tentang quarter life crisis yang dialami oleh mahasiswa Yogyakarta dengan judul "Dinamika Quarter Life Crisis pada Mahasiswa: Analisis berdasar Perspektif Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian Dianalisis dengan Perspektif Kawruh Jiwa

"Kami melakukan penelitian mengenai dinamika quarter life crisis yang terjadi pada mahasiswa di Yogyakarta dan kemudian dianalisis menggunakan Perspektif Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram," kata Farahdita Salma Zharifa, salah satu anggota tim dari jurusan Filsafat angkatan 2020.

Selain Farah, ada juga Esa Geniusa Religsiwa Magistravia (Filsafat 2020), Rizky Amelia Febrianti (Filsafat 2019), dan Rishki Pratama Kusuma Arum Jati (Psikologi 2019). Keempat mahasiswa ini dibimbing oleh Dr Septiana Dwiputri Maharini, dosen pendamping penelitian.

ADVERTISEMENT

Penggunaan Perspektif Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram dinilai cocok dan memungkinkan untuk dipakai dalam mengkaji fenomena quarter life crisis pada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta karena berlatar belakang budaya Indonesia.

Dari penelitian yang dilakukan, terdapat 14 dari 17 partisipan mahasiswa yang mengalami quarter life crisis dengan rentang usia partisipan adalah 20-23 tahun yang umumnya mahasiswa tingkat akhir.

Kemudian, pihaknya memilih 3 dari partisipan mahasiswa dengan baseline skor tertinggi untuk diwawancara.

Quarter Life Crisis yang Dialami Partisipan Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan partisipan mahasiswa berhasil mengungkapkan bahwa kekhawatiran yang dialami mengenai kelanjutan karier, pendidikan, percintaan, dan finansial. Munculnya kekhawatiran ini disebabkan adanya tuntutan diri maupun lingkungan.

"Kekhawatiran yang dialami menimbulkan perilaku diri berupa perbandingan diri, insecurities, keragu-raguan, dan ketidakpuasan kondisi. Adanya kondisi tersebut menimbulkan dampak emosional, fisiologis, maupun fungsi diri," tambah Farah.

Perspektif Kawruh Jiwa merupakan teori mengenai 'rasa' yang memuat konsep 'karep' atau keinginan yang sifatnya mulur (berkembang) dan mungkret (menciut). Menurut Suryomentaraman, keinginan yang bersumber dari diri sendiri apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kekhawatiran yang menyebabkan rasa susah.

"Rasa susah tidak bersifat abadi karena ada rasa bungah atau senang. Oleh sebab itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi quarter life crisis adalah dengan mengelola dan memahami tentang rasa 'karep' atau keinginan yang terdapat pada diri agar tidak terjebak pada rasa penyesalan, penderitaan, dan kekhawatiran yang berujung menyebabkan kondisi krisis," ungkapnya.

Perspektif Kawruh Jiwa Jadi Solusi Mahasiswa Hadapi Quarter Life Crisis

Tim PKM-RSH UGM berkesimpulan bahwa konsep Kawruh Jiwa dapat dijadikan sebagai regulasi diri bagi mahasiswa dalam menghadapi quarter life crisis melalui pangawikan pribadi atau mengenal dan memahami kesadaran diri dan mawas diri, caranya dengan memilah rasa yang dimiliki dengan tujuan untuk membentuk identitas pribadi.

Selanjutnya melakukan evaluasi dan introspeksi diri untuk dapat memilih hal yang perlu dilakukan agar mencapai well being, memungkretkan karep (keinginan), memiliki sikap positif dari proses mengenal diri, dan membentuk pandangan hidup yang lekat dengan nilai spiritual seperti beribadah serta memaknai kegagalan secara positif.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads