Kubah Masjid Kebakaran, Ini Sejarah Berdirinya Jakarta Islamic Centre

ADVERTISEMENT

Kubah Masjid Kebakaran, Ini Sejarah Berdirinya Jakarta Islamic Centre

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 20 Okt 2022 12:00 WIB
Arsitektur Masjid Raya Jakarta Islamic Centre di Koja, Jakarta Utara, terlihat sangat indah. Gaya campuran Turki dan Timur Tengah membuat masjid ini terlihat khas.
Foto: Pradita Utama/Masjid di JIC
Jakarta -

Kubah Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) alami kebakaran pada, Rabu (19/10) sore. Penyebab kebakaran masih dalam proses penyidikan oleh Polres Metro Jakarta Utara.

Sebelum terjadi kebakaran, Jakarta Islamic Center dikenal sebagai kawasan dengan arsitektur bangunan yang indah. Kawasan JIC juga merupakan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam.

Sejarah Berdirinya Jakarta Islamic Center

Kawasan yang ditempati oleh JIC, dulunya merupakan bekas Lokasi Resosialisasi (Lokres) Kramat Tunggak, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokres Kramat Tunggak adalah nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yang menempati lahan seluas 109.435 m2, dikutip dari laman resmi Islamic Centre, Kamis (20/10/2022).

Sebelum berdirinya masjid, Area Kramat Tunggak (kramtung) adalah tempat prostitusi yang dikenal tak hanya di Indonesia tapi juga hingga ke seluruh Asia Tenggara.

ADVERTISEMENT

Sejak dibuka tahun 1970-an, area lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat hingga akhirnya menimbulkan masalah.

Terutama pada masyarakat di lingkungan sekitar dan sekaligus citra Jakarta sebagai sebuah kultur Betawi yang identik sebagai komunitas Islam yang multikultur dan toleran.

Kondisi demikian ini menimbulkan desakan dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup.

Kemudian pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999.

Pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998. Selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramat Tunggak.

Ide Pembangunan Islamic Centre

Setelah lahan dibebaskan, ada yang mengusulkan kawasan itu dibangun untuk pusat perdagangan (mall), perkantoran dan lain sebagainya.

Namun Gubernur DKI Jakarta saat itu yakni H. Sutiyoso memiliki ide lain yaitu membangun Islamic Centre.

Gagasan untuk membangun Jakarta Islamic Centre (JIC) dikemukakan Gubernur Sutiyoso kepada Prof. Azyumardi Azra yang saat itu menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah). Ide tersebut mendapatkan respons yang sangat positif.

Rencana itu kemudian dilanjutkan dengan konsultasi antara masyarakat, ulama, praktisi baik skala lokal maupun regional bahkan international. Hasilnya adalah adanya sebuah master plan pembangunan JIC pada tahun 2002.

Untuk memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC, pada Agustus 2002 dilakukan Studi Komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris dan Perancis.

Setelah itu, turut dirumuskan juga Organisasi dan Manajemen JIC dengan dikeluarkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre).

Pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.


Sebagai Simbol Kebangkitan Islam

Sejak diresmikan oleh Gubernur Sutiyoso pada 4 Maret 2003, kehadiran JIC tidak sekadar hanya mengubah tempat prostitusi menjadi sebuah masjid.

Lebih dari itu, JIC diharapkan menjadi salah satu simpul pusat peradaban Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang menjadi simbol kebangkitan Islam di Asia dan Dunia.

Ciri peradaban itu tergambar pada kelengkapan fasilitasi fungsi-fungsi kemakmuran masjid yang terdiri dari fungsi peribadatan, fungsi kediklatan dan fungsi perdagangan/bisnis.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads