Tanggal 11 Oktober 2022 diperingati sebagai Hari Anak Perempuan Internasional atau International Day of the Girl ke-10.
Hari Anak Perempuan Internasional bermula dari Deklarasi Beijing di World Conference on Women 1995 yang menyuarakan hak-hak anak perempuan.
Pada 19 Desember 2011, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menetapkan 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa Memperingati Hari Anak Perempuan Internasional?
Hari Anak Perempuan Internasional bertujuan untuk memperingati hak anak perempuan dan masalah khusus yang dihadapi anak perempuan di berbagai wilayah di dunia.
Berdasarkan Sustainable Development Goals Report 2021, 10 juta anak perempuan berisiko mengalami pernikahan anak.
COVID-19 juga memperparah risiko pernikahan anak karena ekonomi di tengah pandemi jadi lebih sulit, sekolah tutup, dan layanan kesehatan reproduksi terganggu.
Lebih lanjut, anak perempuan menjadi korban utama eksploitasi seksual (72 persen dari korban yang terdeteksi), sementara anak laki-laki menjadi korban utama kerja paksa di bawah umur (66 persen dari korban yang terdeteksi).
Hampir 1 dari 4 anak perempuan usia 15-19 tahun di dunia tidak sekolah, bekerja, atau menempuh pelatihan, sementara 1 dari 10 anak laki-laki mengalaminya.
Sementara itu, lebih dari setengah total sekolah yang berlokasi di negara kurang berkembang tidak punya toilet terpisah untuk siswa sesuai jenis kelaminnya masing-masing. Dua pertiga toilet di negara-negara tersebut juga tidak punya penerangan dari listrik.
Di tingkat pendidikan tinggi, kurang dari 15 persen perempuan yang lulus di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) di lebih dari dua pertiga negara-negara sedunia.
Di tengah masalah-masalah di atas, berbagai upaya mendapati bahwa perempuan remaja bisa memajukan diri dan sekitarnya lewat keterampilan dan kesempatan, termasuk untuk perempuan, laki-laki, dan anak laki-laki di sekitarnya.
Antara tahun 1995-2018, jumlah perempuan remaja usia 15-24 tahun buta huruf menurun dari 100 juta menjadi 56 juta. Kendati demikian, 1 dari 10 perempuan remaja di dunia masih buta huruf.
Pergerakan tersebut senada dengan proporsi pernikahan anak. Sejak 1995, proporsi 1 dari 4 anak berisiko menjadi korban pernikahan turun menjadi 1 dari 5 anak. Namun, progres ini tidak merata di dunia. Karena itu, masih ada jutaan anak yang berisiko menjadi korban perkawinan anak, terutama anak-anak miskin.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Dukung Anak Perempuan di Dunia?
PBB mencatat, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk turut memperingati hak-hak anak perempuan di dunia dan berkontribusi. Beberapa di antaranya yaitu:
- Bagikan kisah kehidupan lewat tulisan dan video tentang perempuan pembuat perubahan, jejaring inspiratif yang menggunakan sumber daya perempuan, memberi ruang untuk perempuan memimpin, dan memperkuat layanan bagi perempuan.
- Bagikan kisah kehidupan lewat tulisan dan video di atas untuk menyebarkan kepemimpinan, aksis, dan dampak mereka untuk menginspirasi orang lain.
- Melibatkan pejabat pemerintah, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan untuk berinvestasi tepat sasaran dalam mengatasi ketidaksetaraan yang dialami anak perempuan, terutama saat mengakses layanan dukungan kesehatan mental dan psikososial saat konflik, migrasi paksa, bencana alam, dan dampak perubahan iklim.
- Melibatkan tokoh perempuan berpengaruh utama di seluruh industri untuk menjadi wajah perubahan yang menjadi teladan (role model) anak perempuan dan membawa perubahan persepsi publik tentang pemimpin perempuan.
- Memperkuat komitmen untuk meningkatkan kesadaran tentang faktor-faktor yang menghambat anak perempuan di negara dan wilayah masing-masing, serta berupaya mengatasinya. anak
(twu/kri)