Fenomena Ekuinoks Terjadi Hari Ini, Matahari Tepat di Atas Khatulistiwa

ADVERTISEMENT

Fenomena Ekuinoks Terjadi Hari Ini, Matahari Tepat di Atas Khatulistiwa

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 23 Sep 2022 15:30 WIB
Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Indonesia, Mulai 21 Februari
Fenomena ekuinoks 23 September 2022, matahari tepat di atas khatulistiwa. Foto: Infografis detikcom
Jakarta -

Fenomena ekuinoks bulan September terjadi pada hari ini (23/9/2022). Ekuinoks adalah peristiwa ketika kedudukan Matahari tepat berada di garis khatulistiwa.

Fenomena ini juga ditandai dengan Matahari yang terbit dan tenggelam tepat di posisi timur dan barat. Oleh sebab itu, panjang siang dan malam sama-sama 12 jam.

Ekuinoks terjadi dua kali selama Bumi mengelilingi matahari, yakni bulan Maret dan bulan September. Mengutip detikInet, fenomena ekuinoks bulan Maret disebut dengan ekuinoks musim semi di belahan Bumi selatan. Sementara, ekuinoks September disebut ekuinoks musim gugur untuk belahan Bumi utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikatakan sebelumnya, ketika peristiwa ekuinoks terjadi, durasi siang dan malam sama-sama 12 jam. Sebagai catatan, bidang khatulistiwa Bumi (ekuator) memiliki posisi miring 23,4 derajat terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi mengitari Matahari).

Baik belahan Bumi utara atau selatan, posisinya agak miring ke arah matahari. Walau begitu, sumbu Bumi akan tegak lurus dengan Matahari saat terjadi fenomena ekuinoks.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, peristiwa ekuinoks juga terlihat dengan Matahari yang terbit dan terbenam tepat di posisi timur dan barat. Ekuinoks merupakan tanda bergantinya musim yang terjadi sebanyak dua kali dalam setahun, yakni Maret dan September.

Dalam konteks di Indonesia, ekuinoks pada bulan Maret adalah tanda peralihan musim hujan ke kemarau. Sebaliknya, ekuinoks bulan September adalah tanda peralihan musim kemarau ke musim hujan.

Penjelasan BRIN

Peristiwa ekuinoks memicu hari tanpa bayangan, seperti bisa disaksikan di Pontianak, Kalimantan Barat hari ini (23/9/2022). Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suraina menjelaskan Matahari ada di ketinggian maksimum atau puncak kulminasi di Pontianak pada pukul 11.35.10 WIB.

Kota tersebut adalah salah satu kota yang berlokasi di garis khatulistiwa. Pengamat yang berada di garis khatulistiwa akan mengalami matahari berada tepat di atas kepala saat tengah hari pada hari tanpa bayangan ini.

Menurutnya, saat matahari tepat berada di titik Zenit atau di atas kepala, maka tidak ada bayangan yang dibentuk oleh benda tegak tidak berongga, pada tengah hari.

"Sehingga fenomena ini disebut juga sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari," kata dia dalam situs BRIN, dikutip dari CNN Indonesia.

Sementara, peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang sebelumnya juga menyampaikan hal yang senada. Disebabkan nilai deklinasi Matahari sama dengan lintang geografis Indonesia, Matahari akan ada tepat di atas kepala saat tengah hari.

"Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari," jelasnya.

Andi mengatakan, fenomena tersebut bisa diamati dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi dalam waktu yang berbeda, bergantung letak geografis masing-masing.

Menurutnya, hari tanpa bayangan Matahari terjadi sebanyak dua kali dalam setahun, untuk wilayah yang berlokasi di antara Garis Balik utara atau garis khatulistiwa. Sementara, daerah yang berada di Garis balik Utara dan Garis Balik Selatan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali dalam setahun, yakni saat Solstis Juni (21/22 Juni) ataupun Solstis Desember (21/22 Desember).




(nah/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads