Hari Aksara Internasional, Angka Buta Aksara Indonesia Tinggal 1 Persen?

ADVERTISEMENT

Hari Aksara Internasional, Angka Buta Aksara Indonesia Tinggal 1 Persen?

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 09 Sep 2022 18:30 WIB
Sejumlah orang tua mencari buku pelajaran anak sekolah di sentra buku bekas Blok M Square, Jakarta, Senin (18/7/2022). Sentra buku bekas ini bisa menjadi alternatif orang tua dalam mencari buku sekolah anak.
Berapa angka literasi di Indonesia? (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Tepat pada 8 September setiap tahunnya, dunia global memperingati Hari Aksara Internasional (HAI). Diresmikan, pada Konferensi Umum UNESCO, hari tersebut menjadi peringatan tentang literasi dan pengentasan buta aksara.

Sejak tahun 1967, perayaan Hari Literasi Internasional (HAI) telah berlangsung di seluruh dunia untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya literasi. Meski kemajuan telah dicapai, angka buta aksara yang menurun misalnya, tantangan masih terasa.

UNESCO dalam situs resminya menerangkan, masih ada setidaknya 771 juta penyandang buta aksara hingga saat ini. Indonesia, termasuk salah satu negara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) tahun 2021, angka buta aksara Indonesia menginjak 2,7 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia. Menurut Iwan Syahril, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, angka ini mengalami penurunan dari survey tahun sebelumnya.

"Mengacu pada hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) tahun 2021, angka buta aksara di Indonesia tinggal 1,56 persen atau 2,7 juta orang. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan data buta aksara tahun 2020 dengan angka buta aksara 1,71 persen atau sekitar 2,9 juta orang," paparnya dikutip dari situs Radio Kemdikbud, Kamis (8/9/2022).

ADVERTISEMENT

Menurut data tersebut, provinsi dengan angka buta aksara pada usia 15-44 tahun diraih pada provinsi Aceh dengan persentase 0,06 persen, disusul DI Yogyakarta 0, 07 persen. Kemudian provinsi dengan angka buta aksara tertinggi di rentang usia yang sama adalah Provinsi Papua yaitu 19,03 persen dan Nusa Tenggara Barat 2,70 persen.

Untuk meningkatkan angka literasi dan menurunkan buta aksara, Kemendikbudristek berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dan masyarakat melalui kebijakan Merdeka Belajar.

"Hari Aksara Internasional yang kita peringati pada hari ini, mengedepankan semangat penuntasan buta huruf. Hal ini sejalan dengan semangat utama dari Merdeka Belajar yaitu meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik. Kami di Kemendikbudristek saat ini terus mendorong dengan berbagai upaya untuk mencapai tujuan itu," ujar Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek.

Nadiem menyebut, salah satu terobosan besar Merdeka Belajar adalah penerapan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Ia menjelaskan, ANBK bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi dan numerasi pada peserta didik.

Hasil ANBK tidak menentukan kelulusan tetapi sebagai bahan refleksi dan evaluasi pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil Asesmen Nasional tahun 2021, dikatakan Nadiem, terdapat 43 persen peserta didik yang mampu memenuhi standar minimum untuk literasi.

"Untuk itu, kita harus semakin mendorong inisiatif-inisiatif yang berfokus pada peningkatan kemampuan literasi, salah satunya dengan menerapkan Kurikulum Merdeka," jelasnya.

Data buta aksara Indonesia tahun 2021 dapat diakses DI SINI. Berapa presentase angka buta aksara di daerahmu, detikers?




(nir/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads