Seperti apa bentuk alam semesta kita? Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas. Tapi bagi para astronom, ini bukan sekadar pertanyaan melainkan teka teki yang harus dicari jawabannya.
Tentu saja tidak mudah. Kita tidak bisa keluar dari alam semesta dan melihat bagaimana bentuk alam semesta. Jangankan alam semesta. Untuk keluar dari Tata Surya pun baru wahana Voyager yang bisa melakukannya.
Untuk memahami bentuk galaksi Bimasakti pun dilakukan lewat pengamatan dari dalam Bimasakti untuk kemudian dibandingkan strukturnya dengan hasil pengamatan galaksi lain. Tapi, bukan tidak mungkin.
Berdasarkan relativitas Einstein di mana ruang waktu bisa melengkung, ada tiga kemungkinan untuk bentuk alam semesta. Alam semesta datar seperti kertas, tertutup seperti bola, atau terbuka seperti pelana. Nah, bentuk alam semesta ini juga sekaligus menceritakan masa lalu dan masa depan alam semesta.
Jadi seperti apa bentuk alam semesta? Berdasarkan pengamatan, dalam skala besar, alam semesta berada dalam keadaan homogen dan isotropik serta pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta.
Homogen memberi arti di mana pun pengamat berada di alam semesta ia akan mengamati hal yang sama. Sedangkan isotropi artinya ke arah manapun pengamat memandang ia akan melihat hal yang sama. Dengan demikian tidak ada tempat istimewa di alam semesta.
Model ini menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat. Nasib alam semesta sendiri ditentukan oleh pertarungan antara momentum pemuaian dan gaya gravitasi.
Laju pemuaian alam semesta ini dinyatakan oleh konstanta Hubble. Sedangkan besarnya gravitasi ditentukan oleh kerapatan dan tekanan materi di alam semesta.
Jika tekanan materi rendah, seperti halnya terjadi pada sebagian besar bentuk materi, maka nasib alam semesta akan ditentukan oleh kerapatan. Nilai kerapatan sangat berperan penting untuk menentukan bentuk alam semesta jika dibandingkan dengan kerapatan kritis.
Apakah kerapatan alam semesta lebih besar, sama atau kurang dari kerapatan kritis akan ikut menentukan nasib alam semesta. Singkatnya, struktur alam semesta bergantung pada dua faktor.
Kerapatan dan laju pemuaian atau laju pengembangan alam semesta. Kalau berdasarkan relativitas Einstein di mana ruang waktu bisa melengkung, alam semesta itu hanya ada tiga kemungkinan untuk bentuk alam semesta. Alam semesta datar seperti kertas, tertutup seperti bola, atau terbuka seperti pelana.
Dari bentuk alam semesta ini pula kita bisa mengetahui masa lalu dan masa depan alam semesta. Seperti apa akhir dari alam semesta kita.
Baca juga: Mengenal Benda-Benda Langit dalam Tata Surya |
Simak Video "Ledakan Bintang Coronae Borealis Bakal Terjadi Dalam Waktu Dekat"
(nwy/nwy)