Kehidupan di Kutub Utara terkenal sangat keras dan membuat hewan sulit bertahan hidup. Namun, serangga menjadi salah satu spesies yang tidak membeku meskipun berada di suhu ekstrem.
Melansir Phys, Senin (18/7/2022), ahli ekologi Arktik di Sheffield University, Callaghan, mengatakan bahwa sejatinya para serangga dapat membeku. Namun, mereka berhasil mengembangkan banyak strategi untuk menghindari kematian akibat suhu dingin.
Pada dasarnya, kata Callaghan, para serangga terbagi menjadi dua kategori, yakni menghindari beku atau menoleransinya. Untuk menghindari dingin, banyak serangga beristirahat selama berbulan-bulan atau dikenal dengan dormansi. Hal ini biasanya terjadi saat serangga baru dalam fase telur atau larva.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa serangga mengeluarkan air dari tubuhnya sebagai respons terhadap dingin. Kondisi ini menjaga tubuhnya dari pembentukan kristal es yang mungkin terjadi. Serangga jenis ini menoleransi dingin dengan membekukan diri tetapi tidak membahayakan kehidupannya. Ketika es mencair pada akhir musim dingin, mereka akan bergerak lagi.
Sementara itu, ada pula serangga yang menghindari cara beradaptasi dengan membekukan dirinya. Banyak di antara mereka yang menghasilkan senyawa seperti gliserol alkohol alami yang bekerja sebagai zat antibeku.
Bahan kimia tersebut dapat mencegah pembentukan kristal es dan memungkinkan serangga yang tinggal di tempat dingin menjadi sangat dingin. Artinya, air dalam tubuh mereka dapat turun ke suhu minus tanpa membeku.
Berdasarkan hasil penelitian kolaboratif di Arktik, seekor kumbang memiliki tubuh sangat dingin hingga mencapai di bawah -50 derajat Celcius. Es di dalam tubuhnya akhirnya berubah menjadi seperti kaca tapi tidak merusak tubuhnya selama proses vitrifikasi berlangsung.
Strategi Lain Serangga dalam Beradaptasi
Sejumlah serangga mempunyai strategi masing-masing untuk beradaptasi dalam musim dingin. Contohnya, ngengat musim gugur akan menghambat pertumbuhannya (diapause) dalam bentuk telur di cabang-cabang pohon birch.
Telur-telur tersebut akan dibunuh oleh ulat selama musim dingin ketika suhu turun di bawah -33 derajat Celcius. Kondisi ini akan mengurangi kerusakan pohon birch di musim semi dan musim panas.
Namun, ketika suhu musim dingin meningkat, jumlah telur ngengat yang bertahan akan lebih tinggi dan ulat akan lebih banyak merusak pohon birch. Hal tersebut membuat serangga ini berhasil melewati kondisi cuaca buruk dan memperpanjang siklus hidupnya.
(kri/twu)