Para cendekiawan muslim, contohnya Syekh Assim di atas berpendapat, Nabi Muhammad SAW tak pernah azan sebab tanggung jawabnya sewaktu hidup untuk umatnya lebih besar. Sementara, tanggung jawabnya menjadi khalifah tidak mungkin diamanatkan kepada orang lain.
Baca juga: Kenapa Nabi Muhammad SAW Tidak Pernah Azan? |
"Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengumandangkan azan, karena beliau sudah banyak disibukkan dengan urusan yang lebih penting dan bernilai lebih besar bagi umatnya," terang Syekh Assim dalam laman resminya.
Imam Nawawi dalam Kitab al Majmu' sebagaimana dikutip dari laman Kantor Wilayah Mufti Malaysia menghubungkan hujjah ini dengan sabda Umar bin Khattab RA. Seperti dinarasikan al Baihaqi, Umar bersabda:
لَوْ كُنْتُ أُطِيقُ الأَذَانَ مَعَ الْخِلافَةِ لأَذَّنْتُ
Artinya: "Jika aku mampu (memenuhi kewajiban) untuk mengumandangkan azan sekaligus (memenuhi tugas) untuk khilafah, aku akan menyerukan azan,"
Ada pula alasan lainnya yaitu, Rasulullah sebagai sosok yang selalu istiqomah dalam melakukan sesuatu. Layaknya disebutkan sebelumnya, waktu-waktu beliau sudah disibukkan dengan urusan umat, sehingga dia tidak bisa berkomitmen dalam mengumandangkan azan tiap kali salat. Pendapat ini diungkapkan oleh Imam Izzuddin Abdul Salam melalui Kitab Ahasin al Kalam.
Itulah sebagian pendapat yang menjelaskan mengapa Nabi tak pernah azan.
Bilal bin Rabah, Muazin Pilihan yang Dikenal Bersuara Merdu
Dikutip dari buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid, saat Masjid Nabawi selesai didirikan, Nabi Muhammad SAW mensyariatkan azan sebelum ditunaikannya salat. Azan pada waktu itu difungsikan sebagai penanda salat dan bentuk ajakan kepada umat muslim untuk berjamaah di masjid.
Awalnya, setiap akan salat lima waktu, kaum muslim masih belum mengenal azan. Mereka hanya memanfaatkan hitungan waktu dalam pelaksanaan salat lima waktu.
Kemudian, setelah para sahabat berkumpul untuk salat, Nabi Muhammad SAW menunjuk sosok yang yanag mengumandangkan azan. Akhirnya, Bilal bin Rabah pun dipilih untuk mengumandangkan azan dengan suara yang keras sampai terdengar di seluruh penjuru Madinah.
Bilal bin Rabah memang dikenal sebagai sahabat dari golongan hamba sahaya yang bersuara merdu. Oleh sebab itu, dia juga memiliki predikat Muadzdzin ar Rasul.
Muazin yang Dijamin Surga
Sosok Bilal mempunyai nama lengkap Bilal bin Rabah Al Habasyi. Syaikh Muhammad Sa'id Mursi dalam bukunya yang berjudul Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah mengatakan bahwa Bilal beberapa kali dipanggil sebagai Abu Abdillah.
Bilal memiliki perawakan yang tinggi dan kurus. Dia berasal dari kalangan budak berkulit hitam. Ibunya merupakan kelompok hamba sahaya yang dimiliki pimpinan Quraisy bernama Umayyah bin Khalaf.
Setelah menjadi budak Umayyah bin Khalaf itulah, Bilal mengetahui perihal agama Islam dan menemui Rasulullah SAW untuk mengikrarkan dirinya masuk Islam. Walau ada sejumlah versi riwayat yang menerangkan masuknya Bilal ke agama Islam, namun pertemuan Nabi Muhammad SAW dan Bilal membawa angin segar ke dalam agama Islam.
Sosok yang ditunjuk sebagai muazin oleh Nabi ini adalah salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadits Bukhari:
... فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ ...
Artinya:"....Sesungguhnya aku mendengar suara gerakan dua sandalmu (Bilal) di hadapanku di surga..." (HR. Bukhari).
(nah/kri)