.webp)
Adanya perbedaan tradisi dan budaya di Korea Selatan tentu membuat suasana lebaran berbeda dengan Indonesia. Mahasiswa S2 sekaligus karyawan Kominfo ini juga tidak bisa merayakan lebaran dengan keluarga besar di Indonesia.
Lebaran kali ini menjadi tahun kedua Luigi merayakan lebaran di negeri orang. Tinggal di daerah Daejeon, Luigi biasanya melaksanakan salat Ied di masjid yang terletak di kawasan Daejeon. "Di kota saya tinggal (Daejeon) ada dua masjid yang melaksanakan salat Ied. Tahun lalu, pelaksanaan salat Ied harus dibagi beberapa sesi. Dimulai dari jam 6 waktu Korea," ujar Luigi saat dihubungi detikEdu pada Sabtu (30/04/2022).
Tahun lalu lebaran di Korea ada tradisi halal bihalal, hanya saja dilakukan sesama muslim Indonesia saja. Halal bihalal dilakukan kecil-kecilan karena aturan social distancing yang sangat ketat tahun lalu.
Luigi menceritakan, biasanya halal bihalal tujuannya rumah orang Indonesia. Jadi tuan rumah menyiapkan makanan khas lebaran Indonesia seperti opor, lontong, rendang hingga kue kering. Sehingga lumayan bisa mengobati kerinduan berlebaran di Indonesia.
"Untuk tahun ini, sejak tanggal 15 April 2022 aturan social distancing di Korea sudah tidak berlaku, sehingga pelaksanaan salat Ied berjamaah di Daejeon, khususnya di Islamic Center of Daejeon (ICD) sudah mendapat izin dari pemerintah Korea dan rencananya akan dilaksanakan di lapangan terbuka," jelas Luigi.
Suasana malam takbiran juga dirasakan sangat berbeda dibanding Indonesia. Tidak ada takbiran di Korea Selatan. "Biasanya kami sebagai mahasiswa, paginya salat Ied sebentar. Setelah salat Ied langsung kembali ke rutinitas masing-masing seperti kuliah atau melanjutkan penelitian di laboratorium," tambah Luigi.
"Qadarullah beberapa hari sebelum Idul Fitri saya dinyatakan positive Covid-19. Jadi lebaran tahun ini rencananya lebaran kumpul sama suami dan anak di rumah saja. Dan salat berjamaah di rumah," kata dia.
(lus/erd)
