Hari Kartini diperingati setiap 21 April, merujuk pada hari kelahiran R. A. Kartini. Peringatan Hari Pahlawan Nasional tersebut berlangsung sejak 1964, di mana ketentuannya juga terdapat dalam Keputusan Presiden RI nomor 108/1964.
Kartini lahir pada tahun 1879. Mengutip dari buku Kartini: Sebuah Biografi Rujukan Figur Pemimpin Teladan oleh Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, dia dilahirkan di kota kecil Mayong, Keresidenan Jepara, Pantura Laut Jawa.
Tokoh nasional tersebut memiliki banyak hal yang masih tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Sejumlah di antaranya telah dirangkum oleh detikedu dari sumber yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4 Sisi Positif Kartini
1. Tumbuh Lebih Cepat saat Balita dan Cerdas Sejak Kecil
Berdasarkan keterangan R. A. A. A. Kardinah Reksonegoro, Kartini semasa kecil selalu bergerak menandakan banyaknya energi. Dia menunjukkan tanda pertumbuhan lebih cepat, di mana sudah mulai berjalan saat usia delapan bulan.
Saat usianya sembilan bulan, Kartini telah memiliki inisiatif sendiri, dan berwatak bebas serta berani. Dia dapat berjalan-jalan di sekeliling rumah tanpa merasa takut.
Jelang satu tahun, sifat ingin tahu dan kecerdasannya mulai terlihat. Kartini gemar mengamati sesuatu yang membuatnya menarik dengan serius.
2. Hal-hal yang Membentuk Pandangan Hidup Kartini
Terdapat tiga hal pokok yang membangun pandangan hidup Kartini, yaitu:
- Situasi Tanah Air sebelum dan selama era penjajahan Belanda.
- Feodalisme yang masih sangat kuat dan menjadi hambatan besar masuknya berbagai ide baru dari Barat.
- Lingkungan dan asal usul keluarga Condronegoro.
3. Memiliki Gagasan Pendidikan Perempuan Secara Terperinci
Meski mengetahui sejarah Tanah Air dari ayah, paman, maupun bacaan, perhatian utama Kartini tertuju atas keadaan rakyat di lingkungannya pada abad 19 memasuki abad 20. Di samping itu, di antara para orang Belanda, ada kaum etis, penganut aliran etika yang memiliki niat sungguh-sungguh mengangkat nasib pribumi ke taraf yang lebih manusiawi.
Namun, bagi Kartini, hal itu bukan gagasan baru. Ia sudah sejak lama memikirkan nasib rakyat dan mencari solusi atas hal ini.
Dia menyimpulkan, untuk keluar dari kebodohan, rakyat harus diberi pendidikan. Khususnya tentang pendidikan perempuan, dia sudah memiliki gagasan yang sudah terperinci.
4. Kritis terhadap Kebudayaan Barat
Kartini memiliki simpati terhadap ide-ide kaum etis Belanda. Namun, dia tetap kritis terhadapnya.
Dia memahami kebudayaan Barat tidaklah sempurna. Kartini kerap melihat orang Eropa waktu itu bersikap munafik, sombong, dan gila hormat.
Di samping itu, yang dikehendakinya berbeda dari kaum etis. Pahlawan Nasional itu tidak menghendaki bangsanya menjadi orang Belanda atau setengah Belanda.
Inilah beberapa sisi lain R. A. Kartini yang tak banyak diketahui. detikers sudah membaca biografinya?
(nah/nwy)