Mutiara Ramadan Prof Nasaruddin Umar: Secerdas Filsuf Bisa Tertipu, Kenapa?

ADVERTISEMENT

Mutiara Ramadan Prof Nasaruddin Umar: Secerdas Filsuf Bisa Tertipu, Kenapa?

Rahma Indina Harbani - detikEdu
Senin, 11 Apr 2022 19:45 WIB
Jakarta -

Ahli filsafat atau filsuf merupakan salah satu profesi yang banyak melibatkan kerja otak. Tuntutan dari profesinya itu pula yang membuat seorang filsuf terbiasa mengasah logikanya hingga melahirkan kecerdasan dan memori otak yang lebih baik.

Namun, Prof Nasaruddin Umar menyebut, seorang filsuf yang cerdas pun sebetulnya masih bisa menjadi korban 'penipuan'. Atau yang kemudian disebut sebagai ahli filsafat yang tertipu.

Apa yang dimaksud dengan ahli filsafat yang tertipu?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tertipu dalam kontes di sini bukanlah tertipu dalam hal material. Sebaliknya, Imam Besar Masjid Istiqlal ini menyebut, ahli filsafat yang tertipu adalah mereka yang terlalu sibuk mengaitkan segala hal dengan logika.

"Filsafat tanpa memberikan ruang pada batinnya itu juga (disebut dengan) ahli filsafat yang tertipu," kata Prof Nasaruddin Umar dalam Mutiara Ramadan detikcom, Senin (11/4/2022).

ADVERTISEMENT

Menurut penuturannya, ahli filsafat yang tertipu ini memiliki kecenderungan untuk merusak keimanan. Seperti, mempertanyakan eksistensi Tuhan bahkan hingga menganggapnya tidak ada.

Untuk itulah, mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag) ini mengingatkan para filsuf, khususnya bagi filsuf muslim, untuk tetap menyeimbangkan pikiran dan hati.

"Bagi kita yang jika ingin menjadi filsuf atau yang tidak tertipu, mari kita menyeimbangkan antara pikiran dan hati," terang dia.

Salah satu cara untuk menyeimbangkan keduanya dapat dilakukan dengan salat. Kala waktu azan tiba, kata Prof Nasaruddin, seorang filsuf yang baik tetap mengamalkan salat dalam rangka untuk mengistirahatkan otak dan pemikirannya.

Salat dapat menurunkan aktivitas beta otak yang aktif digunakan dalam filsafat menjadi alfa. Hal ini pula yang membuat salat menjadi penenang sekaligus momen untuk mengambil jeda sejenak.

"Kita berwudhu dengan air, basuh pusat syaraf yang terdiri di bagian kepala, tangan, dan kaki. Maka turunlah suasana beta (di otak) menjadi alfa," tutur dia.

Setelahnya, baru bisa dilanjutkan untuk melanjutkan kegiatan sebagai seorang filsuf. Sebab itulah, tokoh muslim ini juga mengingatkan agar para filsuf muslim tidak hanya menghabiskan waktu untuk menggunakan akal hingga lupa dengan hatinya yang lalai dengan perintah Allah SWT.

"Kalau otaknya jalan terus tapi hatinya tidak pernah diasah atau sebaliknya. Itu terjadi ketidakseimbangan," kata Prof Nasaruddin.

Pada dasarnya, para ahli filsafat yang tertipu adalah orang yang melewatkan kenikmatan dalam beribadah yang tidak dapat dinalar dengan logika. Selengkapnya tonton Mutiara Ramadan Prof Nasaruddin Umar: Ahli Filsafat yang Tertipu DI SINI.

(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads